Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Wijen (Sesamum Indicum L.) Pada Frekuensi Dan Waktu Penyiangan Gulma Yang Berbeda

Main Author: WiwitPrihatin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131838/1/BAB_1-5%2C_LAMPIRAN.pdf
http://repository.ub.ac.id/131838/2/Cover.pdf
http://repository.ub.ac.id/131838/3/RINGKASAN%2C_kata_pengantar%2C_dftr_isi_dll.pdf
http://repository.ub.ac.id/131838/
Daftar Isi:
  • Tanaman wijen (Sesamum indicum L.) ialah komoditas pertanian yang memiliki potensi agroindustri cerah, yaitu untuk keperluan bahan pangan, minyak, bahan dasar produk farmasi dan kosmetik, serta aneka industri. Minyak wijen mengandung berbagai asam amino, asam lemak jenuh 14% dan asam lemak tidak jenuh mencapai 85,8% yang sangat baik untuk kesehatan (Mardjono et al., 2006). Namun tingkat produktivitas wijen di Indonesia tergolong rendah yaitu sebesar 465 kg ha-1, padahal potensi produksinya dapat mencapai 1.600 kg ha-1 (Anindita, 2007). Kegiatan penyiangan gulma perlu dilakukan untuk mengurangi persaingan antara tanaman wijen dengan gulma, sehingga hasil dan produktivitas wijen meningkat. Dalam melakukan penyiangan juga perlu diketahui waktu yang tepat dimana gulma harus dikendalikan sehingga tidak sampai menurunkan hasil tanaman. Dengan mengetahui frekuensi dan waktu yang tepat, penyiangan menjadi efisien dari segi waktu, tenaga, dan biaya. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh frekuensi dan waktu penyiangan, serta menentukan frekuensi dan waktu penyiangan yang tepat pada pertumbuhan dan hasil tanaman wijen (Sesamum indicum L.). Hipotesis yang diajukan ialah perbedaan frekuensi dan waktu pengendalian gulma memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan dan hasil tanaman wijen. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Februari sampai Juni 2016 di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Alat yang digunakan pada penelitian ialah sabit, penggaris, meteran, papan nama, kertas label, bambu berukuran 50 cm x 50 cm, timbangan analitik, Leaf Area Meter (LAM), dan oven. Bahan yang digunakan ialah benih tanaman wijen varietas Sumberrejo 3, pupuk kandang sapi, pupuk Urea (46% N), pupuk SP-36 (36% P2O5), dan pupuk KCl (60% K2O). Rancangan yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 24 petak percobaan, dengan perlakuan: P1 (tanpa penyiangan), P2 (penyiangan umur 14 hst), P3 (penyiangan umur 28 hst), P4 (penyiangan umur 42 hst), P5 (penyiangan umur 14 hst + 28 hst), P6 (penyiangan umur 14 hst + 42 hst), P7 (penyiangan umur 28 hst + 42 hst) dan P8 (penyiangan umur 14 hst + 28 hst + 42 hst). Terdapat dua pengamatan yang dilakukan yakni pengamatan gulma dan pengamatan tanaman wijen yang dilakukan secara destruktif. Pengamatan gulma meliputi pengamatan analisis vegetasi dan bobot kering gulma yang dilakukan sebelum pengolahan tanah, 14 hst, 28 hst, 42 hst, dan 109 hst, sedangkan pengamatan tanaman wijen meliputi pengamatan pertumbuhan dan pengamatan panen yang dilakukan pada 49 hst, 63 hst, 77 hst, 91 hst dan 109 hst. Pengamatan pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman (cm), luas daun (cm2), jumlah total cabang per tanaman, dan bobot kering total tanaman (g). Pengamatan panen meliputi jumlah polong per tanaman, bobot kering polong per tanaman (g), bobot kering biji per polong (g), bobot 1000 biji (g), bobot kering biji per tanaman (g), dan hasil panen per hektar (ton). Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam uji F pada taraf 5%, dan dilanjutkan dengan uji antar perlakuan dengan menggunakan uji BNJ pada taraf 5% apabila ada interaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma Portulaca oleraceae L. dan Cleome rutidosperma DC. tumbuh dan mendominasi pada semua perlakuan serta pada semua umur pengamatan dengan nilai SDR lebih dari 10%. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi dan waktu penyiangan berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan yang terdiri dari tinggi tanaman, luas daun, jumlah cabang, dan bobot kering total tanaman, maupun pada komponen hasil tanaman yaitu jumlah polong per tanaman, bobot kering polong per tanaman, berat kering biji per tanaman, dan hasil (ton ha-1). Perlakuan penyiangan dengan frekuensi 3 kali yaitu umur 14 hst + 28 hst + 42 hst, dan perlakuan penyiangan 2 kali pada umur 14 hst + 28 hst, 14 hst + 42 hst, 28 hst + 42 hst efektif diterapkan karena dapat meningkatkan hasil tanaman wijen masing-masing sebesar 0,37 ton ha-1, 0,29 ton ha-1, 0,3 ton ha-1, dan 0,28 ton ha-1.