Daftar Isi:
  • Masyarakat indonesia telah terbiasa mengkonsumsi beras untuk memenuhi kebutuhan kalori sehari-hari. Harga beras yang semakin hari semakin naik, tetap menjadi pilihan utama masyarakat. Adanya indikator kelayakan hidup manusia seperti pemenuhan akan kebutuhan pangan menjadi sangat vital mengingat bahwa masyarakat mengharapkan Pemerintah mampu mencukupi kebutuhan pangan dengan harga yang murah. Kata murah merujuk pada arti kesediaan, kemampuan dan kesanggupan membayar oleh konsumen. Dengan diketahuinya nilai kesediaan membayar atau Willingness To Pay (WTP) dapat menjadi acuan pembuatan kebijakan oleh Pemerintah serta sebagai tolak ukur bagi produsen atau penjual dalam menentukan harga dan segmen pasar. Metode penentuan responden menggunakan teknik accidental sampling dengan total responden sebanyak 90 orang dari Kota dan Kabupaten Malang. Metode pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner untuk mendapatkan data primer serta pencarian sumber terkait untuk mendapatkan data sekunder. Metode analisis data menggunakan teknik auction atau lelang yang terdiri dari Metode Kartu Pembayaran serta Metode Pertanyaan Terbuka. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa (1) Nilai toleransi kesediaan membayar (WTP) konsumen terhadap beras berlabel ditentukan oleh karakteristik pendapatan, jumlah anggota keluarga serta jenis kelamin. (2) Di Kabupaten Malang, semakin tinggi pendapatan, nilai toleransi semakin rendah. Sedangkan di Kota Malang tidak terdapat keterkaitan apapun. Hal tersebut disebabkan banyaknya nilai toleransi 0% di Kota Malang. (3) Karakteristik jumlah anggota keluarga di Kota Malang berkaitan dengan nilai toleransi, semakin tinggi jumlah anggota keluarga, nilai toleransi cenderung semakin rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh semakin banyak anggota keluarga, maka kebutuhan konsumen semakin banyak sehingga mereka lebih teliti terhadap harga. (4) Jenis kelamin di Kota dan Kabupaten Malang menunjukkan bahwa nilai toleransi WTP responden laki-laki lebih besar dibandingkan responden perempuan. (5) Dari seluruh nilai berdasarkan kaegori karakteristik serta wilayah, terdapat perbedaan nilai atau keragaman yang tidak besar. Hal tersebut disebabkan oleh kesediaan masyarakat secara keseluruhan tidak berbeda jauh. (6) Nilai toleransi WTP di Kota Malang lebih besar dibandingkan Kabupaten Malang. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain merek, kualitas beras atau pelayanan, toko, maupun biaya distribusi di Kabupaten yang tergolong cukup luas.