Proses Dan Dampak Pelaksanaan Program Kemitraan Antara Pt. Pertani (Persero) Cabang Pemasaran Malang Dengan Petani Mitra (Studi Kasus Di Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang)

Main Author: AnggrainiPutri, Nita
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131829/1/Skripsi_-_Nita_Anggraini_Putri_%280910440296%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/131829/
Daftar Isi:
  • Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi agar manusia bisa bertahan hidup. Perkembangan sektor pertanian sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak asasi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif, seperti yang dituangkan dalam konsep ketahanan pangan. Namun, seiring dengan bertambahnya penduduk Indonesia setiap tahunnya, maka tingkat konsumsi terutama produk pangan juga akan bertambah. Penduduk yang besar ini akan berdampak pada permintaan kebutuhan pangan yang semakin besar tetapi di Indonesia produksi pangan terutama beras tidak berbanding lurus dengan produksi beras di Indonesia. Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam memenuhi permintaan beras adalah pengembangan kemitraan yang merupakan kerjasama antara kedua belah pihak dan juga harus saling menguntungkan. Kemitraan antara PT. Pertani (Persero) Cabang Pemasaran Malang tersebut merupakan program dari BUMN yang bekerjasama dengan penyandang dana yaitu Bank milik pemerintah dan bekerjasama pula dengan Penyuluh Pertanian setempat. Program kemitraan ini disebut dengan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K). Pihak BUMN menempatkan perusahaan sebagai penyedia sarana produksi. Bank milik pemerintah dalam hal ini adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai pemberi kredit yang bekerja sama langsung dengan PT. Pertani (Persero) Cabang Pemasaran Malang. Sedangkan petani sebagai penyedia lahan dan tenaga kerja yang dalam pelaksanaan kemitraannya petani akan dibimbing oleh PPL setempat. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendiskripsikan proses pelaksanaan kemitraan di Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari. (2) Mendiskripsikan dampak pelaksanaan kemitraan terhadap penerapan teknologi petani mitra di Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari. (3) Mendiskipsikan dampak pelaksanaan kemitraan terhadap produksi padi dan pendapatan petani mitra dan non mitra di Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yaitu di Kelompok Tani Bina Tirta I di Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif (description research). Metode penentuan responden yang digunakan adalah teknik sensus. Responden adalah petani mitra 18 orang dan 10 petani non mitra. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dokumentasi. Sedangkan untuk metode analisis data yaitu analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan kemitraan antara PT Pertani (Persero) Cabang Pemasaran Malang dengan petani mitra dimulai dengan sosialisasi program GP3K, pendaftaran program GP3K dan pelaksaaan program GP3K. Pendaftaran program GP3K diawali dengan penentuan kelompok tani, penetapan mitra pendukung, pengumpulan dokumen, penyusunan RDKK dan perjanjian kerjasama. Sedangkan untuk pelaksanaan program GP3K yaitu berupa budidaya padi, pembinaan dan pendampingan dan pemanenan. 2. Pelaksanaan program kemitraan antara PT Pertani (Persero) Cabang Pemasaran Malang dengan petani mitra mendapatkan jumlah skor maksimal 26,1. Hal ini termasuk dalam kategori sedang. Masih minimnya penerapan teknologi pada usahatani padi pada petani mitra ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya bimbingan dari Spot worker atau dari PPL setempat. Penerapan teknologi paling rendah adalah penggunaan jarak tanam. Rata-rata skor jarak tanam hanya 2,44 point dari skor maksimal 6 point. Hanya 40,67 % petani yang menerapkan teknologi sesuai anjuran. Mereka beralasan sistem jajar legowo memakan biaya produksi yang lebih tinggi karena tenaga kerja yang digunakan lebih banyak dan jumlah bibit padi yang ditanam lebih sedikit 3. Pendapatan petani mitra lebih besar dari pada petani non mitra. Pendapatan petani mitra sebesar Rp.19.025.838 dan petani non mitra sebesar Rp. 16.031.260. Meskipun biaya usahatani petani mitra lebih besar daripada petani non mitra, namun pendapatan dari petani mitra tetap tinggi. Hal ini disebabkan penerimaan usahatani petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada Spot Worker dari PT Pertani (Persero) Cabang Pemasaran Malang untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang tertera pada surat perjanjian kerjasama yaitu melakukan monitoring dan bimbingan kepada petani. Adanya sanksi bagi kedua belah pihak jika tidak mampu melaksanakan kewajiban yang tertuang dalam perjanjian kerjasama kemitraan. Sehingga pelaksanaan kemitraan antara petani mitra dengan PT Pertani (Persero) Cabang Pemasaran Malang. Spot worker atau penyuluh lapang memberikan bimbingan teknis terkait dengan anjuran budidaya padi,tidak hanya dengan memberikan buku panduan budidaya padi namun juga menjelaskan kepada petani. Sehingga penerapan teknologi petani mitra dapat meningkat. Petani disarankan untuk lebih mematuhi anjuran PT Petani dalam melakukan budidaya padi, sehingga produksi yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian petani dapat lebih meningkatkan pendapatan mereka.