Keragaman Genetik Dan Fenotipik 3 Galur Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Berpolong Ungu Generasi F6 Di Dataran Rendah

Main Author: PratiwiKoiruningtias, Amalia
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131784/1/9._PDF.pdf
http://repository.ub.ac.id/131784/
Daftar Isi:
  • Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran buah yang cocok dibudidayakan dan berproduksi baik mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Buncis menjadi sumber protein, vitamin dan mineral yang penting dan mengandung zat – zat lain yang berkhasiat untuk obat dalam berbagai macam penyakit. Produksi buncis (Phaseolus vulgaris L.) di tingkat nasional (Indonesia) dari tahun 2010 – 2014 terus mengalami peningkatan, yaitu mulai dari 336.5 ton (2010), menjadi 342.1 ton (2011), 347.7 ton (2012), 353.6 ton (2013) dan 359.7 ton (2014) (Anonymous, 2016a). Peningkatan produksi buncis dapat diimbangi dengan perbaikan dan peningkatan mutu genetik melalui persilangan dan program seleksi agar mencapai hasil produktivitas yang maksimal. Keragaman genetik dan fenotip memiliki peranan yang penting dalam program pemuliaan tanaman. Menurut Kasno (1999) keragaman terjadi antar galur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genotip dan fenotip tiga galur Buncis berpolong ungu generasi F6 di dataran rendah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat keragaman genotip dan fenotip yang rendah pada populasi tiga galur Buncis berpolong ungu. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian yang berlokasi di Kebun Percobaan Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur pada ketinggian ± 330 mdpl, dengan suhu rata-rata 27 – 29°C dan curah hujan 85 – 546 mm/bulan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016. Penelitian menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan dan empat kali ulangan sehingga terdapat 28 satuan percobaan, setiap ulangan terdiri dari tujuh plot yaitu tiga plot galur generasi F6, tiga plot tetua dan satu plot varietas pembanding. Tetua dan galur berperan sebagai perlakuan sehingga terdapat tujuh perlakuan. Jumlah tanaman setiap plot yaitu 30 dan total tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 840 tanaman. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 10 tanaman dan diambil secara acak. Parameter pengamatan yang digunakan meliputi parameter kuantitatif antara lain: umur awal berbunga, umur awal panen, umur akhir panen, jumlah cluster per tanaman, jumlah polong per tanaman, panjang polong, diameter polong, berat polong dan berat polong per tanaman. Sedangkan karakter kualitatif diamati dengan melihat karakter-karakter dari tanaman yang didasarkan atas pedoman berdasarkan Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Buncis 2007. Penampilan karakter kuantitatif dan kualitatif galur buncis generasi F6 menunjukkan keseragaman. Galur GIxPQ-12-2-18, GIxPQ-35-11-23 dan PQxGK-1-12-29 memiliki nilai koefisien keragaman genotip (KKG) dan koefisien keragaman fenotip (KKF) kriteria rendah dan agak rendah. Nilai keragaman yang rendah menandakan adanya keseragaman dalam galur. Nilai duga heritabilitas dalam galur juga menunjukkan nilai yang rendah. Namun pada beberapa karakter seperti diameter polong, bobot per polong dan bobot polong per tanaman menunjukkan nilai heritabilitas yang tinggi. Nilai Koefisien Keragaman Genotip (KKG) pada galur GIxPQ-12-2-18 memiliki kriteria cenderung rendah dengan nilai KKG berkisar antara 0.17% - 45.66% dan nilai KKF juga cenderung rendah yakni berkisar antara 0.72% - 49.78%. Nilai KKG dan KKF tertinggi pada galur GIxPQ-12-2-18 terdapat pada karakter bobot polong per tanaman yaitu dengan kriteria agak rendah 45.66% dan 49.78%. Sedangkan nilai KKG dan KKF terendah terdapat pada karakter umur panen kering yaitu 0.17% dan 0.72%. Nilai heritabilitas pada galur GIxPQ-12-2- 18 cenderung rendah, namun ada beberapa karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi. Nilai heritabilitas tertinggi adalah pada karakter dimeter polong yakni 88.78%. Sedangkan nilai heritabilitas terendah terdapat pada karakter umur panen kering yakni 5.38%. Pada galur GIxPQ-35-11-23, nilai Koefisien Keragaman Genotip (KKG) dan nilai Koefisien Keragaman Fenotip (KKF) termasuk dalam kategori rendah karena berkisar antara 0-25% dan agak rendah berkisar antara 25% - 50%. Nilai KKG dan KKF tertinggi terdapat pada karakter bobot polong per tanaman yaitu dengan nilai 30.26% dan 35.01%. Sedangkan nilai KKG dan KKF terendah terdapat pada karakter umur panen kering yaitu dengan nilai 0.18 % dan 0.72%. Karakter yang memiliki kriteria heritabilitas terendah adalah umur panen kering yaitu dengan nilai 6.43%. Sedangkan nilai heritabilitas tertinggi terdapat pada karakter bobot per polong yaitu dengan nilai 74.7%. Galur PQxGK-1-12-29 memiliki nilai Koefisien Keragaman Genotip (KKG) berkategori rendah dengan nilai berkisar antara 0.21% - 29.41% dan nilai Koefisien Keragaman Fenotip (KKF) berkisar antara 0.72% - 42.9%. Nilai KKG dan KKF tertinggi terdapat pada karakter bobot polong per tanaman yaitu dengan nilai 29.41% dan 42.90%. Sedangkan nilai KKG dan KKF terendah terdapat pada karakter umur panen kering yaitu dengan nilai 0.21% dan 0.72%. Nilai heritabilitas pada galur ini memiliki nilai yang cenderung rendah. Nilai heritabilitas tertinggi terdapat pada karakter bobot polong per tanaman yakni 47%.