Analisis Daya Saing Jagung (Zea Mays) Indonesia Di Pasar Internasional
Daftar Isi:
- Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Dalam lima tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional semakin nyata. Selama periode 2010-2014, rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mencapai 10,26 persen dengan pertumbuhan sekitar 3,90 persen (Kementrian Pertanian, 2015). Ekspor pertanian juga memiliki peranan dalam penyediaan bahan pangan, pemasok bahan baku industri, membuka lapangan kerja baru, serta meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Jagung merupakan komoditas pangan kedua setelah beras, selain menjadi makanan pokok masyarakat, jagung juga digunakan sebagai bahan baku pakan ternak dan beraneka macam industri. Dalam 20 tahun kedepan, penggunaan jagung untuk pakan diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60 persen kebutuhan nasional (Ditjen Tanaman Pangan, 2006 dalam Utomo, 2012). Pada saat tertentu Indonesia harus mengimpor jagung dengan jumlah yang cukup tinggi, tetapi saat musim panen raya Indonesia juga mengekspor ke beberapa negara Asia. Fenomena ini dapat menggambarkan prospek dan kemampuan daya saing komoditi jagung Indonesia di waktu yang akan datang serta peluang untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor jagung utama di dunia. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai posisi daya saing jagung Indonesia di pasar internasional untuk mengetahui produksi dan ekspor jagung Indonesia di pasar internasional serta analisis tentang spesialisasi perdagangan jagung untuk menentukan Indonesia sebagai negara importir atau eksportir. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis perkembangan luas areal panen, produksi, produktivitas, ekspor dan impor jagung di Indonesia, (2) Menganalisis daya saing jagung Indonesia dengan negara lain di pasar internasional, (3) Menganalisis spesialisasi perdagangan jagung Indonesia di perdagangan internasional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Indonesia, dengan objek penelitian adalah perkembangan jagung Indonesia tahun 2001-2015 serta posisi daya saing dan spesialisasi perdagangan komoditas jagung bagi Indonesia pada periode tahun 2001-2011 dengan negara pembanding adalah Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Perancis, Ukraina dan Thailand. Pengumpulan data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Food Agriculture Organization (FAO) dan World Trade Organization (WTO). Data-data tersebut diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007. Metode analisis data yang digunakan ada 3 yaitu analisis deskriptif, analisis daya saing dan analisis spesialisasi perdagangan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Perkembangan luas areal panen jagung Indonesia pada periode 2001-2015 cenderung mengalami kenaikan walaupun cenderung berfluktuatif, Rata-rata perkembangan luas panen jagung Indonesia adalah 1,174 persen per tahun; Perkembangan produksi jagung Indonesia pada periode 2001-2015 menunjukkan adanya peningkatan hampir di setiap tahunnya, dengan rata-rata perkembangan produksi jagung Indonesia adalah 5,727 persen per tahun; Perkembangan produktivitas jagung Indonesia periode tahun 2001-2015 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 4,415 persen per tahun; perkembangan ekspor jagung Indonesia periode tahun 2001-2011 mengalami kondisi yang fluktuatif. Pada nilai ekspor jagung Indonesia pertumbuhan nilai ekspornya adalah sebesar US$ 11.337.727,3 per tahun dan untuk pertumbuhan volume ekspor jagung Indonesia sebesar 52.838,18 ton per tahun; perkembangan impor jagung Indonesia juga menunjukkan adanya perkembangan yang fluktuatif. Pada nilai impor jagung Indonesia rata-rata peningkatannya adalah sebesar US$ 1.028.527.000 per tahunnya sedangkan untuk pertumbuhan volume impor rata-rata peningkatannya sebesar 3.207.657 ton per tahun. 2. Posisi daya saing Jagung Indonesia lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Perancis, Ukraina dan Thailand. Hal ini diindikasikan dari nilai indeks RCA jagung Indonesia (0,0203) dibawah negara Amerika Serikat (1,1935), Argentina (6,531), Brazil (1,2103), Perancis (0,5442) Ukraina (1,5971) dan Thailand (0,274). Berdasarkan kaidah pengujian indeks RCA, berarti jagung Indonesia memiliki daya saing yang rendah atau dibawah rata-rata ekspor jagung negara pembanding. Daya saing jagung dibawah rata-rata negara lain disebabkan antara lain karena rendahnya nilai ekspor jagung Indonesia jika dibandingkan dengan nilai ekspor dari negara pesaing dan tingginya nilai ekspor total Indonesia. 3. Indonesia cenderung sebagai negara importir jagung dikarenakan hasil dari perhitungan indeks ISP menunjukkan tanda negatif yang berarti indonesia cenderung melakukan impor, besar ISP indonesia adalah -0,8245. Nilai ISP Indonesia ini merupakan nilai terendah bila dibandingkan dengan negara pembanding. Besar ISP negara pembanding adalah sebagai berikut Amerika Serikat (0,7786), Argentina (0,9876), Brazil (0,7682), Perancis (0,7769) Ukraina (0,0246) dan Thailand (0,6859). Rendahnya nilai ISP Indonesia dipengaruhi oleh rendahnya nilai ekspor jagung Indonesia dan tingginya nilai impor jagung Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain. Dari hasil penelitian ini, perbaikan daya saing jagung Indonesia perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung. Sebagai langkah awal Indonesia perlu melakukan beberapa cara yaitu: (1) peningkatan produksi jagung Indonesia dengan cara memperbaiki kualitas dan mutu dari jagung Indonesia dengan cara penggunaan benih jagung hibrida yang unggul dan memiliki kualitas yang baik serta penggunaan teknologi budidaya yang maju, serta penanaman jagung sebaiknya varietasnya disesuaikan untuk kebutuhan yang dominan di Indonesia yaitu untuk industri pakan ternak. (2) Ekstensifikasi yaitu perluasan areal panen jagung Indonesia. Selain itu rehabilitasi lahan yang lama sangatlah penting yaitu dengan cara memperbaiki kandungan unsur hara dalam tanah agar kesuburan tanah tetap terjaga. Penggunaan budidaya yang tepat juga sangatlah penting karena bila budidaya yang dilakukan tidak tepat akan dapat merusak lingkungan dan mengurangi jumlah produksi jagung.