Daftar Isi:
  • Perkembangan di bidang teknologi, industri serta pertambahan penduduk di daerah perkotaan hingga daerah pedesaan yang semakin meningkat menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi komplek pemukiman dan lahan industri baru yang menyebabkan produktivitas semakin menurun pada bidang pertanian. Mengatasi lahan produksi pertanian yang semakin berkurang, salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan cara bercocok tanam secara vertikal atau yang dikenal dengan sistem vertikultur. Salah satu tanaman sayuran yang dapat dikembangkan pada sistem vertikultur ialah tanaman bawang daun. Tanaman ini mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga di samping dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dapat juga untuk menambah pendapatan keluarga. Permasalahan pada budidaya tanaman bawang daun ialah umur dan produksi tanaman sangat ditentukan oleh bibit. Menurut Misran (2014) bibit ialah tanaman muda yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman pada tahap selanjutnya. Salah satu upaya untuk mencapai sasaran tersebut ialah dengan cara pemilihan penggunaan umur bibit. Upaya lain yang dapat dilakukan ialah dengan menambah bahan organik. Kascing ialah bahan organik hasil kotoran cacing yang bercampur dengan tanah dan bahan organik lain. Pupuk kascing mengandung unsur hara yang lengkap, maka diperlukan penelitian yang dapat memberikan informasi sehingga pupuk kascing dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi tanaman. Penelitian dilaksanakan di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan rata-rata ketinggian ±1.062 m dpl pada bulan Maret hingga Mei 2016. Alat yang digunakan ialah talang air beserta rak bambu, cetok, penggaris, timbangan digital, label, kamera, oven, LAM, gembor dan alat tulis. Bahan yang digunakan ialah bibit bawang daun, tanah, arang sekam, kascing dan amplop. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor. Faktor 1 ialah umur bibit yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: U1: umur bibit 1 bulan, U2: umur bibit 2 bulan, U3: umur bibit 3 bulan. Faktor 2 ialah jumlah pemberian kascing terdiri dari 4 taraf, yaitu: K0: tanpa kascing, K1: 100 g kascing/tanaman, K2: 200 g kascing/tanaman, K3: 300 g kascing/tanaman. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 36 satuan perlakuan. Pengamatan dilakukan dengan cara non destruktif dan panen. Pengamatan pertumbuhan dilakukan pada saat tanaman berumur 30 HST, 40 HST, 50 HST, 60 HST dan pada 70 HST sekaligus dilakukan pengamatan panen. Pengamatan pertumbuhan meliputi jumlah daun per tanaman (helai), tinggi tanaman (cm) dan jumlah anakan per tanaman (anakan.tanaman-1). Pengamatan panen meliputi bobot segar total tanaman (g.tanaman-1), bobot konsumsi per tanaman (g.tanaman-1) dan bobot kering total tanaman (g.tanaman-1). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% dan apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNJ dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara umur bibit dan pemberian kascing tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun. Perlakuan umur bibit berpengaruh pada parameter jumlah daun per tanaman, jumlah anakan per tanaman, bobot segar total tanaman, bobot konsumsi per tanaman dan bobot kering total tanaman, sedangkan perlakuan kascing berpengaruh pada parameter tinggi tanaman bawang daun. Perlakuan umur bibit 2 bulan dan 3 bulan menunjukkan hasil yang lebih baik pada parameter jumlah daun per tanaman, sedangkan perlakuan umur bibit 3 bulan menunjukkan hasil yang paling baik pada parameter jumlah anakan per tanaman, bobot segar total tanaman, bobot konsumsi per tanaman dan bobot kering total tanaman. Pemberian kascing 100 hingga 300 g.tanaman-1 tidak memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa kascing, hal ini dikarenakan jenis tanah yang digunakan mengandung bahan organik tinggi sehingga tidak berpengaruh pada pemberian kascing.