Daftar Isi:
  • Wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah penghasil tembakau Paiton yang dibutuhkan untuk bahan baku rokok kretek dan diminati banyak konsumen karena kadar nikotinnya yang rendah. Permasalahan yang dihadapi dari tahun ke tahun adalah beragamnya produksi dan mutu tembakau paiton di sentra-sentra penanaman disebabkan antara lain oleh beragamnya jenis varietas tanaman tembakau yang ditanam, teknik budidaya, dan kesuburan lahannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar hara N, P, K, C- Organik, dan pH tanah dengan produksi dan mutu tembakau paiton di Kabupaten Probolinggo. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Nopember 2014, dengan metode survei antara lain pengambilan contoh tanah di 40 titik sentra tembakau Paiton yang tersebar di tujuh kecamatan berdasarkan Satuan Peta Lahan (SPL) untuk dianalisa kadar hara N, P, K, C-Organik, dan pH tanahnya, kemudian wawancara petani responden tentang budidaya, hasil produksi dan mutu tembakau. Data survey dianalisa statistik dengan uji normalitas, dan analisa korelasi sederhana dengan tingkat siknifikan 5%. Hasil penelitian ini adalah lahan sawah dengan bentuk lahan dataran aluvial lebih memberikan rata-rata produksi (1058,32 kg/ha), indeks mutu (94,817), dan indeks tanaman (101,035) yang lebih tinggi dari pada lahan sawah dan tegalan dengan bentuk lahan dataran vulkanik. Kadar N, P, K, C-Organik, dan pH tanah tidak berkorelasi nyata (p-value>0,05) terhadap prouksi dan mutu tembakau. Faktor lain yang memberikan pengaruh keragaman produksi dan mutu tembakau antara lain keragaman varietas tembakau (Paiton 1, Sampores, Serongsong, dan Super), virus TMV (Tobacco Mozaik Virus) yang menyebabkan penyakit keriting pada tanaman tembakau, dan teknik budidaya tanaman tembakau antara lain pemberian dosis pupuk {lahan sawah dengan bentuk lahan aluvial rata – rata lebih besar (269 kg Urea + 40 kg SP36 + 204 kg ZA + 9 kg ZK) dari pada lahan tegalan dengan bentuk lahan dataran vulkanik (153 kg Urea + 40 kg SP36 + 225 kg ZA + 30 kg Phonska) dan lahan sawah dengan bentuk lahan dataran vulkanik (94 kg Urea + 36 kg SP36 + 281 kg ZA + 12 kg Phonska)}. teknik pemberian pupuk (dikocor, disebar, tabur), jarak tanam tanaman tembakau {jarak tanam (30x40)x30 memberikan hasil produksi dan mutu yang lebih tinggi}, dan perluasan areal lahan yang tidak potensial.