Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Kambing Dan Waktu Aplikasi Pgpr (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Main Author: | SheilaReztaKania |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Lainnya |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131733/1/SKRIPSI_SHEILA_FP_125040201111065.PDF http://repository.ub.ac.id/131733/ |
Daftar Isi:
- Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Untuk menghasilkan bawang merah yang sehat, tidak terserang hama penyakit, memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang tinggi serta dengan jumlah umbi yang lebih banyak diperlukan pengelolaan yang baik, intensif, serta ramah lingkungan namun tetap dengan biaya produksi seminimal mungkin (Pitojo, 2005). Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan pupuk organik yang berasal dari kotoran kambing yang dikombinasikan dengan memanfaatkan bakteri rizosfer. Jenis pupuk organik yang biasa petani gunakan yakni berasal dari kotoran kambing yang sudah kering. Selain bahan yang murah dan mudah diperoleh, pupuk tersebut memiliki kandungan N 0,97%, P 0,69%, K 1,66% (Maryati et al., 2008) dimana kandungan unsur hara tersebut dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Agar fungsinya lebih maksimal, pemberian pupuk ini dapat dikombinasikan dengan aplikasi PGPR. Kelompok bakteri dalam PGPR memiliki kemampuan dalam mengkolonisasi akar tanaman, berperan dalam siklus unsur tanah, melarutkan unsur hara penting, menghasilkan hormon tumbuh, peningkatan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan air, dan sebagai agens biokontrol dari serangan patogen. Saat ini, beberapa produk PGPR sudah dikomersialkan (Osra, 2009). Dengan kombinasi keduanya dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil bawang merah akibat perbedaan dosis pupuk kotoran kambing dan aplikasi PGPR serta pengaruh kombinasi keduanya bagi pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum L.) Penelitian ini dilaksanakan di desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro pada bulan Desember 2015 hingga Februari 2016. Hipotesis yang diajukan adalah 1. Terdapat pengaruh interaksi antara berbagai dosis pupuk kotoran kambing dengan perbedaan waktu aplikasi PGPR terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah, 2. Pemberian dosis pupuk kotoran kambing 20 ton/ha memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum L.) dan 3. Waktu aplikasi bersama waktu tanam, 2, 4 dan 6 MST (W1) memberikan respon pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman bawang merah. Adapun alat yang digunakan yaitu lain sprayer (KSTT), tugal, jangka sorong, cangkul, pisau, pompa dan selang air, papan penanda, alat tulis, alat dokumentasi. Sedangkan bahan yang akan digunakan antara lain bibit bawang merah varietas Bauji, air untuk menyiram, PGPR kemasan botol (diperoleh dari jurusan HPT FP UB), pupuk kotoran kambing (diperoleh dari toko pertanian setempat), pupuk dasar Phonska, ZA, Urea dan KCl. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial yang dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) meliputi 2 faktor yaitu Faktor 1 = Dosis Pupuk Kotoran Kambing yaitu B0 (0 ton/ha), B10 (10 ton/ha) dan B20 (20 ton/ha). Sedangkan Faktor 2 = Waktu Aplikasi PGPR yaitu tiap W1 (bersama waktu tanam, minggu ke-2, minggu ke-4 dan minggu ke-6) ; W2 (bersama waktu tanam, minggu ke-2 dan minggu ke-4) ; W3 (bersama waktu tanam, minggu ke-3 dan minggu ke-6) ; W4 (tanpa PGPR). Pada rancangan tersebut didapat 12 perlakuan kombinasi. Perlakuan kombinasi tersebut diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 36 satuan kombinasi perlakuan. Parameter pengamatan terdiri dari jumlah daun, panjang daun, luas daun, jumlah anakan, jumlah umbi, diameter umbi, bobot segar dan kering umbi per tanaman, bobot basah dan kering brangkasan per tanaman dan per petak panen serta bobot kering umbi per petak panen. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Bila hasil pengujian diperoleh perbedaaan yang nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan dengan menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini ialah tidak terjadi interaksi antara dosis pupuk kotoran kambing dan perbedaan waktu aplikasi PGPR. Secara individual, dosis kotoran kambing memberikan pengaruh yang nyata pada parameter panjang daun 24 dan 52 HST, diameter umbi, bobot segar dan kering brangkasan pertanaman dan perpetak panen serta bobot kering umbi perpetak panen. Dosis 20 ton/ha mampu menghasilkan bobot segar dan kering brangkasan sebesar 1,75 kg dan 1,61 kg/m2 atau sama dengan 13,98 ton/ha dan 12,85 ton/ha serta menghasilkan bobot kering umbi sebesar 1,51 kg/m2 atau setara dengan 12,11 ton/ha. Aplikasi PGPR memberikan pengaruh sangat nyata dibandingkan tanpa aplikasi PGPR pada beberapa parameter diantaranya jumlah daun 38 HST, panjang daun 24 dan 52 ST, luas daun 24 dan 38 HST, bobot segar dan kering brangkasan perpetak panen serta bobot kering umbi perpetak panen. Perlakuan W1 menghasilkan bobot segar dan kering brangkasan perpetak panen sebesar 1,75 kg/m2 atau 13,63 ton/ha dan 1,55 kg/m2 atau 12,37 ton/ha serta menghasilkan bobot kering umbi perpetak panen 1,43 kg/m2 atau 11,47 kg/m2. Hasil analisis ekonomi, dosis pukan kambing paling efisien yakni 20 ton/ha (B20) yang dapat memberikan keuntungan paling banyak sebesar Rp. 33.998.750,-. Serta R/C ratio 2,66 yang berarti layak dijalankan. Aplikasi PGPR dengan perlakuan W2 (0, 2, 4 MST) dinilai lebih efektif karena meminimalisir biaya dan dapat memberikan keuntungan bagi petani sebanyak Rp 29.371.000,- (hanya berbeda 7 % dari perlakuan W1). R/C ratio yang dihasilkan sebesar 1,95 yang berarti aplikasi PGPR sebanyak 3 kali layak diterapkan.