Daftar Isi:
  • Pertanian menjadi salah satu sektor primer yang menyokong perekonomian Indonesia, karena ternyata sektor pertanian lebih tahan menghadapi krisis ekonomi dibandingkan dengan sektor lainnya (Fauzi, 2007). Sektor pertanian Indonesia dalam periode 2010-2013 bersumbangsih terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) sebesar 14,9% per tahun, tetapi jumlah tersebut masih kalah dengan sektor jasa dan industri (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2013). Hal ini mencerminkan kehidupan petani di Indonesia khususnya petani tanaman pangan yang masih identik dengan kemiskinan dan kehidupan serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Surung dan Dahlan, 2012). Beras menjadi komoditas pertanian sekaligus komoditas pangan utama di Indonesia dengan nilai konsumsi yang tertinggi dan juga menjadi salah satu komoditas dalam program pemerintah untuk mencapai swasembada pangan (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2013). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik1 (2014) , kebutuhan akan beras selalu tinggi dari tahun ke tahun, hal ini menjadi pemicu bagi para petani untuk menanam padi. Selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarganya sendiri, padi juga mudah untuk dijual. Provinsi dengan kontribusi produksi beras terbesar di Indonesia adalah Jawa Timur dan Kabupaten Malang sebagai penyumbang terbesarnya (Badan Pusat Statistik1 ,2014). Desa Mangunrejo merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra padi di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dengan luasan lahan untuk ditanami padi mencapai 346 ha (BPS3, 2014). Pendapatan petani padi di Desa Mangunrejo tidak terlalu besar, karena akibat padatnya penduduk yang memaksa penguasaan lahan petani kecil. Hal tersebut dibenarkan juga oleh Kementerian Pertanian1 (2011), penyebab utama kemiskinan penduduk perdesaan yang sebagian besar berpenghasilan utama sebagai petani adalah karena sebagian besar petani tergolong petani kecil dengan rata-rata luas penguasaan lahan kurang dari 0,25 ha. Pendapatan yang diterima petani dari hasil berusahatani padi hanya cukup untuk memenuhi sebagian kebutuhan pokok keluarga petani. Petani akan selalu berusaha untuk dapat meningkatkan pendapatan dari usahatani yang dijalankannya sehingga bisa mengangkat taraf hidup dan kesejahteraan keluarganya. Dewasa ini banyak tenaga kerja yang kurang berminat untuk bekerja di bidang pertanian, karena menganggap pendapatannya rendah. Sebagai perbandingan saja tenaga kerja di luar bidang pertanian menggunakan UMK sebagai acuan pengupahannya. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi besarnya pendapatan dari usahatani padi, dan tentu saja ada faktor yang paling dominan atau berpengaruh paling besar terhadap pendapatan usahatani padi. Secara umum yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Apa faktor yang Berpengaruh Dominan terhadap pendapatan usahatani padi di Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis tingkat pendapatan usahatani padi, (2) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dominan pada pendapatan usahatani padi. Penelitian ini dilakukan di Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Metode penentuan lokasi penelitian adalah purposive dengan pertimbangan bahwa desa ini mempunyai luasan tanam untuk padi yang terluas di Kecamatan Kepanjen. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai Juni 2015. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified proportionate random sampling dengan strata luas lahan, yang dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Parel, et al. (1973). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 46 orang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) membandingkan rata-rata pendapatan usahatani padi di daerah penelitian dengan tingkat UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) yang berlaku di daerah penelitian dan selanjutnya diuji dengan uji t, (2) Analisis regresi linier berganda dengan menggunakan koefisien regresi yang telah distandarisasi (Standardized cofficient). Pada hasil analisis didapatkan: (1) Pendapatan usahatani padi rata-rata per luasan lahan petani di daerah penelitian (0,81 ha) per bulan adalah Rp 1.942.493,27 dan UMK Kabupaten Malang sebesar Rp 1.962.000 (Dinas Tenaga Kerja, 2015). Rata-rata pendapatan usahatani padi per luasan lahan garapan petani di daerah penelitian (0,81 ha) per bulan tidak berbeda nyata dengan UMK Kabupaten Malang. Sehingga tingkat kesejahteraan petani tidak berbeda dengan tingkat kesejahteraan tenaga kerja yang bekerja di bidang non pertanian. (2) Nilai R2 adalah 0,885 atau 88,5%, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah produksi, biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, dan harga output mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 88,5%, sedangkan sisanya sebesar 11,5% dipengaruhi faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap pendapatan usahatani padi secara berurutan adalah jumlah produksi, luas lahan, biaya benih, dan harga output. Penelitian ini belum dapat menyimpulkan pengaruh umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman berusahatani, biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani padi di daerah penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (1) Pendapatan usahatani padi di daerah penelitian masih perlu ditingkatkan lagi supaya lebih besar dari UMK yang berlaku sehingga banyak tenaga kerja yang tertarik untuk bekerja di bidang pertanian. (2) Upaya peningkatan pendapatan di daerah penelitian dapat dicapai dengan peningkatan produktivitas yang didukung dengan intensifikasi lahan usahatani menggunakan sistem tanam dengan teknologi baru seperti SRI (System of Rice Intensification) atau jajar legowo, menambah jumlah penggunaan mesin-mesin pertanian, penggunaan benih unggul yang tepat guna, pemupukan yang berimbang, dan peningkatkan harga output dengan cara menjual hasil panen dalam bentuk beras. (3) Perlu penelitian lebih lanjut tentang pengaruh variabel umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani, biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani padi dengan menggunakan sampel yang lebih banyak.