Daftar Isi:
  • Tanaman wortel ialah tanaman sub tropis yang biasa di tanam pada dataran tinggi berkisar 1000-1500 mdpl serta menghendaki suhu18-20°C untuk mendapatkan kondisi yang sesuai bagi pertumbuhan umbi. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, taraf pendidikan, taraf hidup serta kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi dan keamanan pangan, permintaan wortel akan semakin meningkat pada tahun mendatang. Berdasarkan data BPS (2015), perkembangan konsumsi wortel ditingkat rumah tangga di Indonesia selama2002-2013 berfluktuasi namun cenderung meningkat 2,59 % per tahun. Peningkatan konsumsi tersebut perlu diimbangi dengan produksi yang memadai namun terkendala pada luas area pertanaman. Pada dataran tinggi area pertanaman tanaman wortel bersaing dengan tanaman sub tropis lain seperti kentang, kubis, brokoli. Hal tersebut berdampak pada hasil produksi yang menyebabkan harga wortel dapat meningkat pada suatu saat. Salah satu cara untuk memperluas area pertanaman ialah dengan melakukan budidaya tanaman wortel didataran medium yang memiliki ketinggian 400-700 mdpl. Masalah budidaya tanaman wortel didataran medium pada ketinggian 400-700 mdpl ialah suhu yang relatif tinggi berkisar 20-25 °C. Pada suhu tersebut produktivitas tanaman wortel akan rendah. Salah satu cara untuk menurunkan suhu ialah dengan memeberikan mulsa pada permukaan tanah. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh interaksi tingkat ketebalan mulsa jerami dan ketinggian tempat pada pertumbuhan dan hasil tanaman wortel. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2016 di dua lokasi yaitu dataran tinggi (1065mdpl) di Desa Bremi dan dataranmedium (579mdpl) di DesaBetek, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo. Alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, kayu/bambu, timbangananalitik scout-pro type SPS601, penggaris, GETAC PS535F, papan label ukuran 30 x 15 cm, termometer, jangkasorong digital carmel Hill Machinery, kamera digital canon ixus 145 , alattulis, LAM (Leaf Area Meter) type LI 3100 dan oven binder type 115V. Bahan yang digunakan adalah benih wortel varietas New Kuroda, kompos, pupukUrea (46% N), pupuk SP-36 (36% P2O5), pupuk KCl (60% K2O) dan mulsa jerami. Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang dengan dua faktor. Faktor pertama ialah ketinggian tempat yang terdiri dari 2 taraf yaitu T1 = dataran tinggi (1065mdpl) dan T2 = dataran medium (579mdpl) dan faktor kedua ialah tingkat ketebalan mulsa jerami yang terdiri dari 4 taraf yaitu M0 = ketebalan mulsa 0 kg.m2, M1 =ketebalan mulsa2 kg.m2, M2 = ketebalan mulsa 4 kg.m2, M3 = ketebalan mulsa6 kg.m2. Parameter pertumbuhan meliputi luasdaun (cm2.tanaman), indeks luas daun (cm2.tanaman) dan berat kering total tanaman (g.tanaman). Parameter panen meliputi panjang umbi (cm), diameter umbi (cm), bobot segar umbi konsumsi perpetak (kg.m2) dan bobot segar umbi konsumsi perhektare (ton.ha). Parameter pengamatan lingkungan meliputi mengukur suhu tanah dan udara pada pukul 07.00, pukul 12.00, dan 16.00. Data yang di peroleh di analisis menggunakan (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat interaksi, maka analisis data di lanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian mulsa jerami 4 dan 6 kg.m2 didataran medium 579 mdpl menghasilkan luas daun dan indeks luas daun yang lebih luas dibandingkan dengan perlakuan lain pada dataran yang sama dan perlakuan lain pada dataran tinggi 1065 mdpl. Pemberian mulsa 4 dan 6 kg.m2 mampu meningkatkan bobot kering total tanaman wortel masing-masing 24,24 g.tanaman dan 27,66 g.tanaman sekitar 20,95% dan 38,02% dari pada tanpa menggunakan mulsa baik di dataran medium maupun dataran tinggi. Laju Pertumbuhan Tanaman yang dihasilkan pada perlakuan ketebalan mulsa 6 kg.m2 lebih tinggi sebesar 23,18 g.m2 hari1 sekitar 32,03% dibandingkan dengan perlakuan ketebalan mulsa 0 kg.m2. Pada ketinggian tempat 1065 mdpl menghasilkan Laju Pertumbuhan Tanaman lebih tinggi sebesar 23,54 g.m2 hari1 sekitar 35,67% dibandingkan dengan ketinggian tempat 579 mdpl. Pada komponen hasil perlakuan ketebalan mulsa 6 kg.m2 dengan ketinggian 1065 mdpl menghasilkan panjang umbi lebih panjang 23,93 cm sekitar 20,85%, diameter umbi lebih besar 5,20 sekitar 111,40%, bobot segar umbi konsumsi (kg.m2) lebih tinggi 3,31 cm sekitar 571,87% dan bobot segar umbi konsumsi (ton.ha1) lebih tinggi 33,12 ton.ha1 sekitar 72,14% dibandingkan dengan perlakuan ketebalan mulsa 0 kg.m2 dengan ketinggian 579 mdpl.