Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Kopi Robusta Kelompok Tani “Sekar Rindu” Di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang
Main Author: | AriNirwana |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131680/1/ANALISIS_RANTAI_PASOK.pdf http://repository.ub.ac.id/131680/2/COVER.pdf http://repository.ub.ac.id/131680/2/SKRIPSI_BAB_1-6.pdf http://repository.ub.ac.id/131680/3/LAMPIRAN.pdf http://repository.ub.ac.id/131680/4/DAFTAR_ISI.pdf http://repository.ub.ac.id/131680/5/RINGKASAN_DAN_SUMMRY.pdf http://repository.ub.ac.id/131680/ |
Daftar Isi:
- Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Berdasarkan data ICO (2016) produksi kopi di Brazil yaitu 48.095.000 ton, kemudian diikuti oleh negara Vietnam sebesar 19.467.000 ton, dan produksi kopi selanjutnya yaitu Indonesia dengan produksi sebesar 9.129.000 ton. Di Indonesia terdapat beberapa wilayah penghasil kopi diantaranya yaitu: Sumatra, Kalimantan, Papua maupun Jawa. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah sentral penghasil kopi yang ada di Indonesia. Terdapat 6 kawasan di JawaTimur yang merupakan penghasil kopi terbesar diantaranya yaitu: Ijen-Raung-Argopuro (Kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo), Bromo-Tengger-Semeru (Kabupaten Lumajang, Malang, Probolinggo), Kelud (Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang), Wilis (Kabupaten Madiun, Kediri, Trenggalek), Lawu (KabupatenMagetan, Ngawi) serta kawasan Pantura (Kabupaten Situbondo dan Probolinggo), untuk penghasil kopi di Kabupaten Malang terdapat di Kecamatan Dampit. Pada Kecamatan Dampit khususnya pada Kelompok Tani Sekar Rindu, Dusun Kampung Teh, Desa Sukodono petani di daerah tersebut banyak membudidayakan tanaman kopi jenis robusta. Terkait dengan teknik budidaya kopi di daerah tersebut sudah ada sejak zaman Belanda sampai dengan saat ini, selain itu tanaman kopi yang hidup di Desa Sukodono tumbuh dengan subur dikarenakan oleh keadaan iklim dan keadaan tanah yang subur. Pada Kelompok Tani Sekar Rindu terdapat beberapa permasalahan dalam melakukan budidaya kopi, seperti adanya serangan organisme pengganggu tanaman, penanganan pascapanen, daya tawar petani rendah, maupun terkait dengan permasalahan terkait dengan lembaga pemasaran yang ada di daerah tersebut khususnya di Kecamatan Dampit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam rantai pasok kopi robusta pada Kelompok Tani “Sekar Rindu” Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, (2) Menganalisis margin pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran dalam rantai pasok kopi robusta pada Kelompok Tani “Sekar Rindu” Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan purposive. Pada penentuan responden menggunakan dua metode, penentuan responden petani menggunakan metode sensus dan penentuan responden lembaga pemasaran menggunakan metode snowball sampling. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, maupun dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan pola aliran rantai pasok dan analisis margin pemasaran untuk mengetahui tingkat margin pemasaran pada struktur rantai pasok kopi robusta di Kelompok Kani Sekar Rindu. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) pada Kelompok Tani Sekar Rindu terdapat dua struktur rantai pasok yaitu struktur rantai pasok yang pertama terdiri dari petani, pedagang pengumpul (CV. Sumber Agung), dan konsumen. Struktur rantai pasok yang kedua terdiri dari petani, pedagang besar (PT. Asal Jaya), dan konsumen luar maupun dalam negeri. Pada hasil analisis margin pemasaran di Kelompok Tani Sekar Rindu yaitu: pada struktur rantai pasok pertama yaitu Rp 1.000,-, dan pada struktur rantai pasok kedua yaitu Rp 2.000,-. Pada nilai margin tersebut menggambarkan bahwa struktur rantai pasok yang paling efisien yaitu pada struktur pertama dengan nilai margin Rp.1.000,-. Hasil perhitungan farmer’s share didapatkan hasil yaitu pada struktur rantai pasok pertama nilai farmer’s share sebesar 95,65% sedangkan pada struktur rantai pasok kedua nilai farmer’s share sebesar 92,31%, sehingga dengan demikian struktur rantai pasok yang paling efisien yaitu pada struktur pertama, karena pada struktur pertama mempunyai nilai farmer’s share paling tinggi sebesar 95,65%. Pada struktur pertama petani yang menjual hasil kopinya langsung kepada pedagang pengumpul.