Daftar Isi:
  • Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu masak setelah cabe. Sebagai komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan bawang merah masih terbuka lebar tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga luar negeri (Suriani, 2011). Kebutuhan bawang merah cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia. Kebutuhan bawang merah cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia. Produksi bawang merah di Jawa Timur pada tahun 2014 sebesar 293,18 ribu ton dibandingkan pada tahun 2013 terjadi kenaikan produksi sebesar 50,09 ribu ton (20,61 persen) (Anonymous, 2015). Permintaan bawang merah di Jawa Timur perlu diimbangi dengan produksi dan produktivitas yang tinggi, sehingga perlu dilakukan teknik budidaya agar tidak kehilangan hasil akibat gulma. Kehilangan hasil bawang merah akibat gulma mencapai 40-80% (Verma dan Singh, 1997). Praktek penggunaan herbisida di lokasi pertanian terjadi karena kemampuan herbisida pada umumnya untuk mematikan beberapa jenis tumbuhan (gulma) tanpa mengganggu jenis lain atau tanaman lain (tanaman pokok). Jika dibandingkan dengan pengendalian secara manual, biaya pengendalian akan semakin tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan herbisida oksifluorfen dan pendimethalin dalam pengendalian gulma serta pengaruhnya terhadap hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Hipotesis digunakan adalah herbisida oksifluorfen dan pendimethalin dapat mengendalikan gulma pada budidaya bawang merah serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 hingga November 2015 bertempat di Desa Siman Kec. Kepung Kab. Kediri, Jawa Timur. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan yang diulang 3 kali. 8 perlakuan tersebut yaitu: Weedy (WED), Herbisida oksifluorfen dosis 1 l.ha-1 sebagai herbisida pra tumbuh (O10), Herbisida oksifluorfen dosis 1,5 l ha-1 sebagai herbisida pra tumbuh (O15), Herbisida oksifluorfen dosis 2 l ha-1 sebagai herbisida pra tumbuh (O20), Herbisida pendimethalin dosis 500 g ha-1 sebagai herbisida pra tumbuh (P10), Herbisida pendimethalin dosis 1000 g ha-1 sebagai herbisida pra tumbuh (P15), Herbisida pendimethalin dosis 1500 g ha-1 sebagai herbisida pra tumbuh (P20) dan Weed Free atau penyiangan manual saat tanaman berumur 15, 30, 45 hst (WFE). Pengamatan pada pertumbuhan dilakukan secara non destruktif dan destruktif dengan mengambil dua tanaman contoh untuk setiap perlakuan dan dimulai saat umur tanaman bawang merah 15 hst, 30 hst, 45 hst dan 60 hst. Pengamatan hasil tanaman bawang merah dilakukan dengan mengambil delapan tanaman contoh untuk setiap perlakuan pada saat tanaman berumur ± 75 hst. Pengamatan gulma meliputi analisis vegetasi, fitotoksisitas (tingkat keracunan) dan bobot kering total gulma. Pengamatan analisis vegetasi dan bobot kering total gulma dilakukan saat tanaman bawang merah umur 15, 30, 45 dan 60 hst. Sedangkan pengamatan fitotoksisitas (tingkat keracunan) pada gulma dan bawang merah dilakukan mulai 7 hari setelah aplikasi herbisida sampai 15 hari setelah aplikasi. Pengamatan gulma ditentukan dengan nilai SDR (Summed Dominance Ratio). Pengamatan komponen pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah meliputi: panjang tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun. Pengamatan hasil tanaman bawang merah meliputi: Bobot segar umbi ubinan (g), Bobot kering ubinan (g). Data yang didapatkan dari hasil pengamatan selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% dengan tujuan untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh dari perlakuan. Perlakuan yang berpengaruh nyata akan diuji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian gulma menggunakan herbisida oksifluorfen 1,5 l ha-1 pada 15, 30, 45, 60 hari setelah tanam secara signifikan menekan pertumbuhan gulma sebesar 82,43%, 83,09%, 53,07%, 50,56% apabila dibandingkan dengan perlakuan weedy atau tanpa pengendalian gulma. Pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida oksifluorfen 1,5 l ha-1 dan pengendalian gulma dengan aplikasi pendimethalin 1000 g ha-1 yang diaplikasikan secara pra tumbuh dapat menghasilkan panen sebesar 15,23 ton ha-1, 13,61 ton ha- 1 atau meningkat sekitar 52,70%, 57,73% dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual.