Uji Daya Hasil Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Polong Kuning Generasi F6 Pada Dataran Tinggi

Main Author: IntanErikaJulianti
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131677/1/JURNAL_%28INTAN_ERIKA_125040200111144%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/131677/2/SKRIPSI_%28INTAN_ERIKA_125040200111144%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/131677/
Daftar Isi:
  • Buncis (Phaseolus vulgaris L.) ialah sayuran buah yang termasuk dalam famili Leguminosae. Kacang buncis tergolong dalam sayuran dengan sumber protein cukup tinggi dan murah sehingga masyarakat Indonesia dari semua golongan dapat mengkonsumsinya. Kebutuhan dan permintaan buncis diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Perbaikan daya hasil melalui program pemuliaan tanaman telah banyak dilakukan. Persilangkan varietas introduksi Cherokee Sun yang berpolong kuning dan varietas lokal Surakarta (Mantili, Gilik Ijo, dan Gogo Kuning) yang berdaya hasil tinggi digunakan untuk pembentukan populasi dasar buncis polong kuning. Saat ini, seleksi terhadap turunan dari hasil persilangan ini telah mencapai generasi F5. Seleksi generasi F5 menghasilkan tiga galur buncis terpilih sehingga pengujian daya hasil dapat dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hasil beberapa galur buncis berpolong kuning generasi F6 yang ditanam pada dataran tinggi. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat satu atau lebih galur buncis berpolong kuning generasi F6 yang memiliki daya hasil lebih tinggi daripada varietas pembanding. Penelitian dilaksanakan di Desa Patok, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang dengan ketingggian tempat ± 1.100 m dpl pada bulan Januari – Mei 2016. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat pertanian dalam bercocok tanam, meteran, ajir bambu, mulsa plastik hitam perak (MPHP), timbangan analitik, papan label, jangka sorong, kamera, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah pupuk kandang atau kompos, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, dan pestisida. Bahan tanam yang digunakan adalah tiga galur buncis berpolong kuning generasi F6 (CSxGK 50-0-24, CSxGI 63-0-24, dan CSxGI 63-33-31), tiga tetua dari galur buncis generasi F6 (Cherokee sun, Gilikijo, Gogo kuning), dan satu varietas pembanding (Lebat 3). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor dengan 7 perlakuan yang diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 28 satuan percobaan. Pengamatan yang dilakukan adalah karakter kuantitatif yaitu umur awal berbunga (hst), umur awal panen (hst), jumlah klaster per tanaman, jumlah polong per klaster, jumlah polong per tanaman, panjang polong (cm), diameter polong (cm), jumlah biji per polong, bobot per polong (g), bobot polong per tanaman (g). Pengamatan karakter kualitatif yaitu tipe pertumbuhan warna standart bunga, warna dasar polong, warna utama biji, dan derajat kelengkungan polong. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data kuantitatif dianalisis dengan analisis ragam F pada taraf 5%, heritabilitas (h2), dan koefisien keragaman genetik (KKG). Apabila hasil dari analisis ragam F berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Analisis ragam menunjukkan bahwa galur buncis berpengaruh nyata pada semua karakter pengamatan. Galur CSxGI 63-33-31 memiliki rerata berat total polong per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan varietas Lebat 3 yaitu sebesar 786,98 gram. Galur CSxGK 50-0-24 dan CSxGI 63-33-31 menunjukkan keseragaman pada karakter kualitatif yaitu tipe pertumbuhan, warna dasar polong, warna standart bunga, dan warna utama biji. Keragaman karakter kualitatif masih terlihat pada galur CSxGI 63-0-24 terutama pada karakter warna dasar polong, warna standart bunga, dan warna utama biji. Heritabilitas arti luas dalam galur buncis generasi F6 menunjukkan nilai rendah pada hampir semua karakter pengamatan. Koefisien keragaman genetik ketiga galur buncis generasi F6 menunjukkan nilai rendah pada semua karakter pengamatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keragaman genetik dalam galur sudah kecil atau populasi tersebut sudah seragam.