Pengaruh Konsentrasi Biourin Sapi Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Tanaman Buncis (Phaseolus Vulgaris L.)

Main Author: RahayuPancoroWati
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131669/1/JURNAL_%28Rahayu_Pancoro_Wati_125040200111013%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/131669/2/SKRIPSI_%28Rahayu_Pancoro_Wati_125040200111013%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/131669/
Daftar Isi:
  • Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu komoditas sayuran hasil pertanian. Kementerian Pertanian (2016) mengiformasikan bahwa produksi sayuran buncis di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir, 2011-2015 masing-masing mencapai 334,659 ton, 322,145 ton, 327,378 ton, 318,214 ton dan 297,284 ton. Data tersebut menunjukan bahwa produksi buncis mengalami penurunan, padahal peningkatan produksi buncis mempunyai arti penting dalam menunjang perbaikan gizi masyarakat, seiring dengan peningkatan populasi jumlah penduduk setiap tahun. Salah satu solusi untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil buncis adalah melalui perbaikan budidaya dengan memberikan biourin sapi sebagai bahan penyubur tanaman dan penggunaan varietas unggul. Biourin sapi adalah urin maupun feses sapi yang telah melalui proses fermentasi sehingga memiliki kandungan enzim, hormon, dan nutrisi bagi tanaman (Rinanto, Azizah dan Santosa, 2015). Hayati, Hayati dan Nurfandi (2011) menyatakan bahwa varietas adalah salah satu di antara banyak faktor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh konsentrasi biourin sapi dan varietas yang tepat pada tanaman buncis, sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2016, bertempat di Dusun Bakalan, Desa Dungus, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri dengan ketinggian tempat ± 100 m dpl dan memiliki jenis tanah Regosol coklat kekelabuan. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama konsentrasi biourin sapi yang terdiri dari 3 taraf, yaitu B0 (Tanpa biourin sapi), B1 (1 l urin sapi + 5 kg kotoran padat sapi + 25 l air) dan B2 (1 l urin sapi + 5 kg kotoran padat sapi + 50 l air) dan faktor kedua penggunaan varietas buncis yang terdiri dari 3 taraf yaitu V1 (Varietas Perkasa), V2 (Varietas Grand Bayu) dan V3 (Varietas Lebat-3). Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 27 satuan petak percobaan. Parameter pengamatan yang digunakan yaitu pengamatan pertumbuhan dan hasil panen. Pengamatan pertumbuhan dilakukan secara non destruktif meliputi panjang tanaman (cm), jumlah daun per tanaman, luas daun (cm2), jumlah cabang per tanaman, umur mulai berbunga (hst), jumlah bunga per tanaman, dan umur mulai terbentuk polong (hst). Pegamatan hasil panen meliputi jumlah polong per tanaman, panjang polong (cm), diameter polong (cm), periode panen, bobot segar polong per tanaman (g) dan bobot segar polong panen per hektar (ton ha-1). Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis keragamannya dan diuji berdasarkan uji F dengan taraf 5%, apabila terdapat pengaruh perlakuan yang nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan biourin sapi dan tiga varietas buncis pada parameter pengamatan pertumbuhan dan hasil panen. Secara terpisah perlakuan konsentrasi biourin sapi tidak berpengaruh nyata pada parameter pertumbuhan, tetapi berpengaruh nyata pada parameter hasil. Aplikasi biourin sapi meningkatkan hasil panen buncis dibandingkan dengan perlakuan tanpa biourin sapi, walaupun perlakuan konsentrasi biourin sapi B1 (1 l urin sapi + 5 kg kotoran padat sapi + 25 l air) tidak berbeda nyata dengan B2 (1 l urin sapi + 5 kg kotoran padat sapi + 50 l air). Aplikasi biourin sapi dapat meningkatkan hasil panen buncis per hektar sebesar 23-27% dibandingkan perlakuan tanpa biourin sapi. Penggunaan tiga varietas buncis berpengaruh nyata pada parameter pengamatan pertumbuhan dan hasil. Varietas Lebat-3 meningkatkan hasil panen buncis per hektar lebih tinggi sebesar 66,09% dibandingkan varietas Grand bayu dan 18,87% dibandingkan varietas Perkasa.