Toleransi Genotipe Padi (Oryza Sativa L.) Pada Fase Vegetatif Dan Fase Generatif Terhadap Cekaman Kekeringan

Main Author: SitiAfrianingsih
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131661/1/%5Bjurnal%5D_Siti_Afrianingsih_-_125040201111022.pdf
http://repository.ub.ac.id/131661/2/%5BSkripsi%5D_Siti_Afrianingsih_-_125040201111022.pdf
http://repository.ub.ac.id/131661/
Daftar Isi:
  • Produksi padi tahun 2014 hanya mencapai 70,55 juta ton dengan konsumsi beras 114,12 kg per kapita per tahun, maka akan terjadi kekurangan lebih dari 70 juta ton bila tidak ada peningkatan produksi dan luasan lahan untuk mencukupi kebutuhan pada tahun 2040. Kendala utama dari keberlangsungan produksi padi yaitu luas lahan sawah yang minimum. Pada total luas lahan padi Indonesia tahun 2014 terdiri dari agroekosistem sawah irigasi 8,11 juta ha, sawah tadah hujan 2,9 juta ha, lahan sawah gogo 0,4 juta ha dan sawah dengan resiko tergenang 0,615 juta ha (Badan Pusat Statistik, 2015). Lahan tadah hujan dan lahan gogo memiliki kendala utama yaitu kekeringan, sehingga dari lahan kering yang ada di Indonesia masih terbuka peluang yang sangat luas untuk pengembangan tanaman padi toleran kekeringan. Varietas unggul padi toleran kekeringan merupakan teknologi utama yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi pada lahan kering. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengujian genotipe padi pada setiap agroekosistem untuk mengetahui genotipe padi yang toleran terhadap kekeringan pada fase vegetatif dan fase generatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan calon individu genotipe padi yang toleran terhadap kekeringan pada fase vegetatif dan fase generatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan April 2016 bertempat di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Subang Jawa Barat. Dilaksanakan dengan dua kegiatan yaitu (1) pengujian toleransi kekeringan pada fase vegetatif dengan menggunakan materi genetik yaitu 30 genotipe padi (Dro 1, IR64, Ciherang, Inpari 30, Zhongzu 14, Huanghuazhan, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 6, Inpago 8, Inpago 9, Inpari 10, Inpari 13, Inpara 4, Situbagendit, Mekongga Gajah Mungkur, Salumpikit (Cek toleran), IR20 (cek peka), Lipigo 1, Lipigo 2, Lipigo 4, Obs 8412 (UDH OPT), BP17280M-26D-IND, BP17280M-48D-0-SKI, BP17282M-41D-1-SKI, BP17280-M-66C-2-IND, BP1728-0M-50D-IND dan BP14352e-2-3-3Op-JK-0), (2) Pengujian toleransi kekeringan pada fase generatif dengan menggunakan materi genetik yaitu hasil dari seleksi pada fase vegetatif yang toleran kekeringan. Penelitian ini menggunakan dua rancangan lingkungan yaitu (1) Rancangan Pola Tersarang (Nested Design) dengan dua faktor pada fase vegetatif. Faktor petama pada perlakuan ini yaitu cekaman pada fase vegetatif dengan dua taraf yaitu dikeringkan setelah 5 HSS (C1) dan diberikan air secara normal (C2). Faktor kedua yaitu 30 genotipe padi (2) Rancangan Petak Terbagi (split plot design) pada fase generatif. Mainplot pada percobaan tersebut yaitu cekaman kekeringan dengan taraf pertama perlakuan normal pada fase vegetatif dilanjutkan normal fase generatif (C1), taraf ke dua perlakuan kering pada fase vegetatif dilanjutkan normal fase generatif (C2) dan taraf ke tiga perlakuan kering pada fase vegetatif dilanjutkan kering fase generatif (C3). Subplot pada penelitian ini yaitu genotipe yang terpilih toleran kekeringan fase vegetatif dilanjutkan pada fase generatif. Pemilihan utama genotipe toleran kekeringan pada fase vegetatif yaitu dengan skoring menggulung daun, mengering daun dan tanaman recovery berdasarkan SES (Standar Evaluation System for Rice) 2014, sedangkan pemilihan utama genotipe toleran kekeringan pada fase generatif yaitu genotipe yang terpilih pada fase vegetatif kemudian diuji kembali pada fase generatif dengan masing-masing perlakuan selanjutnya dihitung nilai indeks toleransi kekeringan pada karakter bobot gabah isi. Data dianalisis dengan sidik ragam uji F 5% dan apabila terdapat interaksi dilanjutkan dengan uji Scott-Knott 5% pada fase vegetatif dan uji beda DMRT 5% pada pengujian fase generatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 genotipe yang diuji skoring menggulung daun, mengering daun dan tanaman recovery pada fase vegetatif di dapatkan tujuh genotipe yang masuk pada skor 1-3, dari ketujuh genotipe tersebut merupakan kategori toleran hingga agak toleran. Genotipe yang terpilih yaitu Dro1, IR64, Huanghuazan, Situ Bagendit, Salumpikit Gajah mungkur dan BP14352e-2-3-3Op-JK-0. Perlakuan kering yang diberikan pada fase vegeatatif dilanjutkan normal fase generatif (C2) dan perlakuan kering fase vegetatif dilanjutkan kering fase generatif (C3) menyebabkan penundaan berbunga, strerilitas yang meningkat, peningkatan jumlah anakan tidak produktif, peningkatan gabah hampa, penurunan terhadap panjang tajuk, jumlah anakan produktif, berat kering akar, berat kering tajuk, jumlah gabah isi, persentase gabah isi dan bobot gabah isi. Genotipe yang terpilih pada perlakuan kering fase vegetatif dilanjutkan normal fase generatif (C2) berdasarkan STI (Stress Tolerance Index) adalah genotipe Huanghuazan, Dro 1, Situ Bagendit, Gajah Mungkur, dan BP14352e-2-3-3Op-JK-0 dengan nilai STI yang diperoleh yaitu berkisar antara 0–0,0527. Pada perlakuan cekaman kering pada fase vegetatif dilanjutkan kering fase generatif (C3) nilai STI yang diperoleh yaitu berkisar antara 0–0,0527 masuk dalam kategori rendah atau tidak toleran (peka).