Efisiensi Waktu Pinching dan Fotoperiodisitas pada Pertumbuhan Tanaman Krisan Pot (Chrysanthemum sp.) Jenis Standar
Main Author: | FitriaKusuma, Essenza |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131630/1/BAB_I_-_LAMPIRAN.pdf http://repository.ub.ac.id/131630/2/cover.pdf http://repository.ub.ac.id/131630/3/jurnal.pdf http://repository.ub.ac.id/131630/3/RINGKASAN.pdf http://repository.ub.ac.id/131630/ |
Daftar Isi:
- Tanaman hias krisan pot sering dimanfaatkan sebagai pelengkap dekorasi untuk mempercantik tampilan hunian, perkantoran, taman kota maupun dekorasi pernikahan. Permintaan krisan pot jenis standar ialah jenis krisan yang paling banyak penggemar. Di PT. Wahanakharisma Flora (WKF) penjualan krisan pot pada bulan Juni – Agustus 2015 sebanyak 6.000-12.000 pot (Kusuma, 2015). Perlu teknik khusus untuk mempercepat pertumbuhan dan panen pada tanaman krisan agar kebutuhan produksi dapat tercukupi. Teknik yang dapat diterapkan ialah dengan perlakuan pinching dan fotoperiodisitas. Pinching ialah kegiatan membuang tunas apikal untuk merangsang tumbuhnya tunas lateral dari ketiak daun. Pinching 5 hst mengakibatkan tanaman dapat dipanen pada saat berumur 4 bulan. Banyaknya permintaan krisan, menyebabkan waktu tersebut kurang sesuai karena pada saat dijual, krisan belum siap panen. Selain itu, untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman krisan membutuhkan waktu ˃12 jam dengan penambahan cahaya buatan pada malam hari. Di PT. WKF penambahan cahaya dilakukan pada jam 22.00-02.00 WIB secara siklik 10 menit menyala dan 10 menit mati selama 10 hst (Kusuma, 2015). Teknik pencahayaan tersebut kurang sesuai karena pada saat matahari terbenam pada jam 18.00-22.00 WIB tanaman krisan tidak mendapatkan cahaya tambahan sehingga mengakibatkan terjadinya inisiasi lebih cepat (Ariesna, 2014), karena krisan membutuhkan waktu gelap ≥ 12 jam untuk pembentukan bunga. Menurut Yusuf (2015) penambahan cahaya lampu yang dilakukan pada jam 18.00-04.00 WIB selama 10 hst dapat mempercepat pertumbuhan vegetatif. Namun, penambahan cahaya buatan yang terlalu lama akan menambah biaya produksi, sedangkan penambahan cahaya buatan yang kurang, mengakibatkan pertumbuhan krisan kurang optimal. Sehingga perlu adanya waktu pinching dan fotoperiodisitas yang tepat untuk merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman krisan agar mempercepat pertumbuhan dan waktu panen. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui waktu pinching dan fotoperiodisitas yang paling sesuai untuk tanaman krisan pot jenis standar, sehingga menghasilkan pertumbuhan dan umur panen yang tercepat. Hipotesis dari penelitian ini yaitu waktu pinching 0 hst dan fotoperiodisitas 17 jam dapat mempercepat pertumbuhan dan umur panen krisan pot jenis standar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2016 di Atha Flora yang berlokasi di jalan Masjid Banaran RT 1 RW 2 dusun Banaran desa Bumiaji Kota Batu, Jawa Timur dengan ketinggian tempat ±1000 mdpl, suhu rata-rata 14°C pada malam hari dan 25°C pada siang hari. Alat yang digunakan yaitu: polybag diameter 10 cm dan tinggi 15 cm, lampu TL 18 watt warna oranye, penggaris, kamera, label, alat tulis menulis, plastik hitam, mulsa plastik putih dan paranet 60%. Bahan yang digunakan yaitu: bibit krisan jenis standar varietas tobacco umur 2 minggu, media tanam cocopeat dan arang sekam 4:1, pupuk NPK 1 g/l, pupuk ZA 0,5 g/l, MgSO4 0,2 g/l, pupuk daun (growmore) 0,8 g/l, Paklobutrazol 0,03 g/l. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Tersarang (Nested Design) dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 2 faktor, yaitu fotoperiodisitas (L) sebagai faktor pertama terdiri dari 3 taraf: (L0) fotoperiodisitas 12 jam, (L1) fotoperiodisitas 17 jam, (L2) fotoperiodisitas 22 jam dan pinching (P) sebagai faktor kedua terdiri dari 3 taraf: (P1) pinching 0 hst (saat tanam), (P2) pinching 5 hst, (P3) pinching 10 hst. Pengamatan dilakukan pada pertumbuhan vegetatif, pertumbuhan generatif dan kualitas bunga. Pengamatan vegetatif meliputi: umur muncul tunas lateral (hst), jumlah tunas lateral, tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai/tanaman) dan luas daun (cm2/tanaman). Pengamatan generatif meliputi: umur inisiasi berbunga (hst) dan saat coloring (hst). Kualitas bunga meliputi: diameter bunga (cm), umur panen (hst) dan vaselife/lama kesegaran bunga (hsp). Data dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil pengamatan berpengaruh nyata, pinching 0 hst dengan fotoperiodisitas 12, 17 dan 22 jam lebih cepat memunculkan tunas lateral dari pada pinching 5 dan 10 hst. Jumlah cabang paling banyak pada perlakuan pinching 10 hst pada fotoperiodisitas 17 dan 22 jam. Pinching 0 hst pada lingkungan fotoperiodisitas 22 dan 17 jam menunjukkan panjang cabang paling panjang. Jumlah dan luas daun terbanyak pada perlakuan pinching 10 hst pada fotoperiodisitas 22 jam dan berbanding lurus dengan jumlah cabang. Umur inisiasi berbunga tercepat yaitu pada perlakuan pinching 0 hst, 5 dan 10 hst pada fotoperiodisitas 12 jam namun lebih lama coloring atau panen. Krisan membutuhkan waktu ˃ 12 jam untuk pembentukan vegetatif, jika kurang maka akan cepat masuk fase generatif. Sedangkan waktu pinching 0 hst dengan fotoperiodisitas 22 jam dapat mempercepat waktu coloring dan panen. Diameter bunga terbesar dan tinggi tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan fotoperiodisitas 22 jam dibanding dengan fotoperiodisitas 12 dan 17 jam. Sedangkan vaselife/lama kesegaran bunga paling lama yaitu pada fotoperiodisitas 17 dan 22 jam dibandingkan dengan fotoperiodisitas 12 jam.