Analisis Preferensi Konsumen Beras Berlabel (Studi Kasus Di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang)
Daftar Isi:
- Salah satu komoditas pangan di Indonesia adalah beras, yang menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia sehingga pemerintah menempatkan beras sebagai komoditas yang harus selalu cukup tersedia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, sekitar 34% penduduk Indonesia bekerja di bidang pertanian dan sekitar 25,4 juta penduduk bermata pencaharian sebagai petani padi. Luas panen padi pada tahun 2015 adalah yang terbesar di antara tanaman pangan lainnya yaitu 14.178.172 Ha (Badan Pusat Statistik, 2016). Sekitar 65% pengeluaran rumah tangga tingkat menengah ke bawah digunakan untuk membeli bahan makanan dan 29% dari total pengeluaran digunakan untuk membeli beras (BPS, 2016). Menurut McCluskey dan Loureiro (2003), konsumen semakin berminat pada produk pangan berlabel menyusul meningkatnya kesadaran untuk hidup yang lebih sehat, aman, dan ramah lingkungan. Sedangkan menurut Caswell dan Padberg (1992), pangan berlabel hadir sebagai jawaban atas dilema tidak lengkapnya informasi tentang keamanan pangan. Kesadaran ini membuat konsumen siap untuk membayar lebih mahal atas produk-produk berlabel yang memiliki jaminan kesehatan, keamanan, dan ramah lingkungan. Produsen dituntut untuk menyediakan produk beras yang sesuai dengan keinginan konsumen, khususnya segmen pasar yang dituju. Beberapa produk beras berlabel yang ada di Indonesia antara lain beras Pandan Wangi, beras IR 64 atau Setra Ramos, beras Rojolele, beras IR 42, beras Cianjur dan beras merah. Beberapa karakteristik yang menentukan mutu beras adalah sifat fisik, sifat giling, cita rasa, sifat tanak, dan sifat gizi. Penampilan beras, cita rasa, dan kepulenan nasi dapat direpresentasikan oleh sifat fisikokimia beras (Damardjati, 1995). Konsumen memiliki perbedaan preferensi pada berbagai tingkat kelas sosial. Salah satu indikator yang menunjukkan perbedaan tingkat kelas sosial adalah pendapatan. Perbedaan pendapatan yang diterima seseorang akan menyebabkan perbedaan pola konsumsi. Konsumen yang berpendapatan di atas rata-rata cenderung memiliki pola konsumsi lebih beragam dibandingkan yang berpendapatan di bawah rata-rata. Usaha peningkatan kuantitas dan produktivitas beras untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dilakukan oleh pemerintah namun preferensi dan kepuasan juga terus berkembang menuntut adanya peningkatan pada kualitas beras. Produsen harus mengetahui perilaku konsumen untuk bisa menghasilkan beras sesuai harapan konsumen. Pengetahuan mengenai preferensi perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen. Pengetahuan mengenai kepuasan konsumen perlu diketahui juga supaya kinerja produk yang dinilai konsumen masih kurang memuaskan dapat ditingkatkan. Tujuan penelitian ini untuk : (1) menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli beras berlabel, (2) menganalisis tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja atribut beras berlabel dan (3) bagaimana tingkat kepuasan konsumen beras berlabel yang terkait dengan atribut beras. Pemilihan tempat dilakukan sengaja dengan mempertimbangkan di Kecamatan Tumpang terdapat banyak pemasaran beras, terutama produk beras berlabel. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016. Metode penentuan sampel pada penelitian ini adalah convenience sampling. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan proses pengambilan keputusan dalam pembelian beras berlabel oleh responden. Selain itu digunakan juga Important Performance Analysis (IPA) untuk melihat tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja atribut beras berlabel dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk melihat tingkat kepuasan konsumen terkait dengan atribut beras berlabel. Hasil analisis proses keputusan pembelian tahap pengenalan kebutuhan adalah bahwa alasan atau motivasi utama konsumen adalah kebiasaan. Pada tahap pencarian informasi, sebagian besar konsumen mengetahui tentang produk beras yang mereka konsumsi adalah dari penjual. Pada proses evaluasi alternatif, yang menjadi pertimbangan utamanya adalah kepulenan. Pada tahap keputusan pembelian, sebagian besar konsumen membeli secara terencana. Pada tahap perilaku pasca pembelian, sebagian konsumen memiliki keluhan terhadap beras yang dibeli dan menghadapi keluhan tersebut dengan cara membeli beras yang sama jenisnya di tempat lain. Hasil Important Performance Analysis (IPA) terhadap atribut-atribut beras diperoleh hasil bahwa kepulenan dan sifat fisik menempati posisi tertinggi dilihat dari rata-rata tingkat kepentingan dengan nilai 5 sedangkan jenis/varietas dan iklan berada pada posisi terendah dengan nilai 1. Ketersediaan beras menempati posisi terbaik dilihat dari rata-rata kinerja dengan nilai 4,68 sedangkan iklan berada pada posisi urutan terendah dengan nilai 1,68. Hasil analisis Customer Satisfaction Index (CSI) atau indeks kepuasan konsumen menunjukkan bahwa secara keseluruhan konsumen merasa puas terhadap produk beras dengan tingkat kepuasan sebesar 76%. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain : (1) produsen beras berlabel sebaiknya menentukan pangsa pasar dari produk yang dihasilkan karena karakteristik konsumen yang beragam di setiap daerah, (2) produsen beras berlabel sebaiknya lebih memperbaiki kinerja dari sifat fisik, kemasan, tempat pembelian dan harga karena atribut tersebut dianggap penting namun kenyataannya masih belum sesuai harapan konsumen.