Daftar Isi:
  • Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting dan bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2015) mencatat nilai produktivitas cabai pada tahun 2011-2015 berturut-turut yaitu 7,34 ton ha-1; 7,93 ton ha-1; 8,16 ton ha-1; 8,35 ton ha-1; dan 8,43 ton ha-1. Produktivitas tanaman cabai di Indonesia masih tergolong sangat rendah karena menurut (Agustin et al., 2010) menyatakan bahwa potensi produktivitas tanaman cabai bisa mencapai 20-40 ton ha-1. Adapun salah satu kegiatan atau usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman cabai yang lebih baik dan optimal yaitu dengan menggunakan varietas unggul dengan daya hasil tinggi. Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi di bidang pertanian, tidak terkecuali cabai (Syukur et al., 2012). Daya hasil merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh gen yang bersifat polygenic sehingga diperlukan seleksi pada karakter yang mendukung perbaikan produktivitas cabai. Untuk memperoleh verietas unggul maka parameter genetik yang digunakan antara lain: nilai duga heritabilitas, keragaman genetik dan kemajuan genetik harapan (KGH). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga nilai heritabilitas, keragaman genetik dan kemajuan genetik harapan pada beberapa karakter dari genotipe F5 cabai hasil silangan yang diuji dan memilih genotipe yang memiliki daya hasil tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dengan ketinggian 600 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2015. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih hasil seleksi generasi F4 persilangan TW 2 x PBC 473, TW2 x Jatilaba serta tetuanya meliputi varietas TW 2, PBC 473, dan Jatilaba, pupuk kompos, pupuk NPK, pupuk kandang ayam, herbisida dan insektisida. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik semai, gembor, cangkul, timbangan analitik, papan nama, meteran, penggaris, jangka sorong, ajir bambu, tali rafia, alat tulis, dan kamera. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan perbesaran atau augmented design. Pengamatan dilakukan terhadap semua tanaman cabai (metode single plant). Adapun pengamatan kuantitatif yaitu tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, umur berbunga, umur panen, diameter buah, panjang buah, tebal daging buah, panjang tangkai buah, bobot per buah, bobot buah per tanaman, jumlah buah per tanaman. Sedangkan untuk pengamatan kualitatif meliputi tipe pertumbuhan, posisi bunga, warna mahkota, tipe percabangan, warna daun, bentuk daun, bentuk tepi kelopak, bentuk pangkal buah, bentuk ujung buah, permukaan buah dan bentuk buah. Data hasil pengamatan kuantitatif dianalisis menggunakan analisis ragam Uji F, heritabilitas arti luas yang diturunkan dari nilai Kuadrat Tengah, Ragam Genetik, Ragam Fenotip dan Kemajuan Genetik Harapan (KGH). Skoring pemilihan calon genotipe unggul didasarkan pada karakter-karakter kuantitatif yang berbeda nyata secara Uji F dan juga berdasarkan tingkat keseragaman populasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik pada populasi F5 didominasi oleh keragaman genetik yang luas pada setiap karakter produksi, kecuali pada karakter tebal daging buah yang memiliki keragaman genetik sempit. koefisien keragaman karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, diameter buah, panjang buah, tebal daging buah, panjang tangkai buah dan bobot per buah memiliki nilai yang kecil dimana menunjukkan keadaan populasi tersebut homogen, sedangkan pada karakter bobot buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman memiliki nilai koefisien keragaman yang besar dimana menunjukkan bahwa keadaan populasi masih heterogen. Nilai duga heritabilitas pada setiap populasi F5 untuk karakter hasil memiliki nilai heritabilitas tinggi, namun hanya pada karakter tebal daging buah yang memiliki nilai heritabilitas sedang. Kemajuan Genetik pada populasi F5 pada karakter hasil memiliki nilai KGH tinggi, namun pada karakter umur berbunga, umur panen dan panjang buah memiliki KGH cukup tinggi, sedangkan pada karakter tebal daging buah nilai KGH agak rendah. Populasi F5 yang terpilih berdasarkan karakter produksi yang dievaluasi dengan tetuanya didapatkan 3 genotipe unggul secara berurutan yaitu A1.26.19, B2.58.5 dan A4.92.14.