Tingkat Ketahanan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Hibrida Pada Kemasakan Buah terhadap Penyakit Antraknosa Colletotrichum acutatum

Main Author: Muamaroh, Siti
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131592/1/Siti_Muamaroh_%28125040200111041%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/131592/
Daftar Isi:
  • Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang diminati masyarakat Indonesia. Di Indonesia, produksi cabai merah segar pada tahun 2014 sebesar 1,075 juta ton. Dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi kenaikan produksi sebesar 61,73 ribu ton atau setara 6,09%. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan produktivitas sebesar 0,19 ton per hektar (Anonymous, 2015). Meskipun mengalami peningkatan produksi buah cabai merah, akan tetapi konsumsi untuk non rumah tangga seperti industri belum dapat terpenuhi (Ariyanti, 2015), sehingga sampai saat ini masih dilakukan impor. Salah satu hal yang menyebabkan produksi buah cabai menurun adalah serangan penyakit antraknosa. Penyakit antraknosa ini dapat menurunkan produksi dan kualitas sebesar 45 – 60% (Hidayat, Sulastriani, Kusandriani dan Permadi, 2004). Akhir-akhir ini di Indonesia menurut Syukur, Sriani, Jajah dan Widodo (2009) bahwa patogen antraknosa yang paling banyak menyerang tanaman cabai merah adalah cendawan Colletotrichum acutatum. Proses infeksi cendawan penyakit antraknosa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, genetik tanaman, dan fisiologi buah (Hidayat et al., 2004), sehingga perlu dilakukan pengujian ketahanan beberapa varietas cabai merah pada kemasakan buah yang berbeda akibat serangan penyakit antraknosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi antara varietas cabai merah hibrida dengan kemasakan buah yang telah diinfeksi cendawan C. acutatum dan menganalisis korelasi ketahanan penyakit antraknosa dengan ketebalan lapisan kutikula, kandungan capsaicin dan aktivitas enzim peroksidase. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2016 di Laboratorium Bioteknologi PT. Bisi Interbational Tbk, Farm Sumber Agung Kediri Jawa Timur dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Kultur Jaringan dan Mikroteknik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 3 kali ulangan. Perlakuan pertama berupa penggunaan varietas hibrida cabai merah yaitu V1 : Varietas Rimbun 3, V2 : Varietas Elegance, V3 : Varietas Imola, V4 : Varietas HPT 1729, V5 : Varietas HPT 1730, V6 : Varietas HPT 1777, V7 : Varietas Gada MK, V8 : Varietas HP 1072 N, V9 : Varietas Imperial 10, V10 : Varietas OR Twist 33. Sedangkan perlakuan kedua berupa kemasakan buah yang berbeda yaitu H1 : buah hijau dan H2 : buah merah. Karakter yang diamati ialah kejadian penyakit (%), kelas ketahanan penyakit, diameter nekrosis (cm), ketebalan lapisan kutikula (mm), kandungan capsaicin (mg/g), dan aktivitas enzim peroksidase (unit/ml). Analisa data menggunakan uji analisis ragam (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 5%. Apabila hasil pengujian menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata maka selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%. Selain itu juga dilakukan analisis korelasi antara kejadian penyakit dengan ketebalan lapisan kutikula, kandungan capsaicin, dan aktivitas enzim peroksidase serta diameter nekrosis dengan ketebalan lapisan kutikula, kandungan capsaicin, dan aktivitas enzim peroksidase. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi antara varietas cabai merah hibrida dan kemasakan buah yang ditunjukkan pada karakter pengamatan kejadian penyakit dan diameter nekrosis. Varietas Imola kemasakan buah merah (V3H2) dan varietas HPT 1729 kemasakan buah merah (V4H2) menunjukkan perlakuan yang tahan terhadap serangan penyakit antraknosa dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai korelasi antara rata-rata ketebalan lapisan kutikula terhadap kejadian penyakit dan diameter nekrosis secara statistik menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata yaitu sebesar -0,457 dan -0,478. Selanjutnya, nilai korelasi antara rata-rata kandungan capsaicin terhadap rata-rata kejadian penyakit dan rata-rata diameter nekrosis secara statistik menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata yaitu sebesar -0,467 dan -0,447. Akan tetapi, nilai korelasi antara rata-rata aktivitas enzim peroksidase terhadap rata-rata kejadian penyakit dan rata-rata diameter nekrosis secara statistik tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata.