Kajian Tanaman Sisipan Andewi (Cichorium endivia) terhadap Bawang Daun (Allium Porum L.) pada Media Karpet Sistem Vertikultur

Main Author: TiaraDewi, Wening
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131574/1/BAB_1-5_-_WENING_TIARA_DEWI_125040201111143.pdf
http://repository.ub.ac.id/131574/2/DAFTAR_ISI_-_WENING_TIARA_DEWI_125040201111143.pdf
http://repository.ub.ac.id/131574/3/COVER_-_WENING_TIARA_DEWI_125040201111143.pdf
http://repository.ub.ac.id/131574/
Daftar Isi:
  • Lahan sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha tani, dari tahun ke tahun semakin berkurang karena digunakan untuk kegiatan pembangunan diluar sektor pertanian. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014, data menunjukkan alih fungsi lahan pertanian di Pulau Jawa terjadi setiap tahunnya seluas 27.000 hektar. Sementara secara nasional konversi lahan pertanian mencapai 100.000 hingga 110.000 hektar per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, maka pendekatan yang dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan sistem tanam secara intensif, yaitu pemanfaatan ruang atau lahan. Salah satu bentuk pemanfaatan ruang adalah sistem tanam secara vertikal atau lebih dikenal sebagai vertikultur. Menurut Lukman (2013), vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Terdapat banyak model dan bahan untuk vertikultur. Penggunaan vertikultur model karpet ini memiliki kelebihan dalam hal aerasi. Sifat karpet yang mudah menyerap air membuat air irigasi lebih mudah terserap, di sisi lain apabila terjadi kelebihan air dalam kantong vertikultur, masih memungkinkan perkolasi. Sistem vertikultur dapat dioptimalkan dengan menanam tanaman utama dan tanaman sisipan. Dengan demikian, selain didapatkan hasil tanaman utama, juga diperoleh keuntungan tambahan. Hal ini akan lebih memanfaakan penggunaan kantong vertikultur dengan maksimal. Pada penelitian ini akan dicoba penanaman tanaman bawang daun (Allium porum L.) secara vertikultur dengan tanaman sisipan andewi (Cichorium endivia) pada berbagai umur tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui produksi dan analisis usaha tani bawang daun tumpangsari andewi pada sistem vertikultur. Hipotesis dari penelitian ini ialah tanaman sisipan andewi (Cichorium endivia) pada umur 40 HST tidak mempengaruhi produksi tanaman bawang daun (Allium porum L.) Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan April 2106 di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari satu perlakuan yaitu tumpangsari Bawang Daun dan umur Andewi dengan lima taraf yang diulang sebanyak lima kali, antara lain P1= Monokultur bawang daun, P2 = Tumpangsari bawang daun dengan andewi umur 30 HST, P3 = Tumpangsari bawang daun dengan andewi umur 40 HST, P4 = Tumpangsari bawang daun dengan andewi umur 50 HST, P5 = Tumpangsari bawang daun dengan andewi umur 60 HST. Pengamatan pada tanaman bawang daun dan andewi dilakukan secara berkala dengan interval waktu 10 hari yaitu pada 30, 40, 50 dan 60 HST. Parameter yang diamati ialah panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan per tanaman, bobot segar total per tanaman, bobot kering total per tanaman, dan bobot segar konsumsi per tanaman. Analisa data menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan komponen pertumbuhan panjang tanaman, jumlah daun, luas daun dan jumlah anakan bawang daun tidak terpengaruh dengan tumpangsari tanaman andewi pada 30 dan 40 HST, namun akan menurunkan komponen pertumbuhan tersebut apabila tumpangsari terjadi hingga 50 dan 60 HST. Penanaman tumpangsari bawang daun dan andewi sampai dengan 40 HST memberikan hasil bobot segar bawang daun yang sama berturut-turut, monokultur seberat 32,89 g/tanaman, tumpangsari andewi 30 HST seberat 30,69 g/tanaman dan tumpangsari andewi 40 HST 26,15 g/tanaman. Penanaman andewi secara tumpangsari yang semakin lama yakni pada 50 dan 60 HST akan menurunkan bobot segar konsumsi bawang daun 16,73 dan 11,26 g/tanaman atau sekitar 49,13 % dan 65,76 % bila dibandingkan tanaman monokultur. Secara kuantitas, tumpangsari bawang daun dan andewi yang semakin lama yakni pada 40, 50 dan 60 HST menghasilkan total bobot segar konsumsi masing-masing 829,45, 695,35 dan 852,25 g/m2 atau sekitar 95,95 %, 64,27 % dan 101,33 % lebih besar daripada monokultur. R/C pada perlakuan tumpangsari bawang daun dan andewi 40, 50 dan 60 HST mempunyai nilai 1,14, 1,00 dan 1,37 sehingga usaha tani layak untuk dilakukan dan dilanjutkan.