Pengaruh Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Giberelin pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Baby Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
Daftar Isi:
- Baby buncis ialah sayuran polong yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berkhasiat sebagai obat berbagai macam penyakit. Saat ini menurut data Badan Pusat Statistik (2015) produksi buncis meningkat pada tahun 2009 - 2013. Jumlah produksi tersebut masih belum cukup memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pemerintah Indonesia masih harus mengimpor 30,91 ton buncis pada tahun 2012 (Deptan, 2012). Kondisi tersebut dikarenakan semakin sempitnya luasan panen tanaman buncis dan masih rendahnya produktivitas jika dibandingkan dengan potensi hasil produksi varietas saat ini. Dimana rata-rata produktivitas buncis tahun 2014 sebesar 11,11 ton/ha (Dirjen Hortikultura, 2015), sedangkan potensi hasil beberapa varietas buncis yang ditanam di Indonesia berkisar dari 16,3 - 27,5 ton/ha (Soegianto et al., 2013). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman buncis ialah dengan intensifikasi lahan melalui perbaikan teknik-teknik budidaya dengan menekan pertumbuhan vegetatif dan memaksimalkan pertumbuhan generatif tanaman. Pemangkasan pucuk dilakukan untuk menghambat dominansi apikal tanaman sehingga asimilat yang dihasilkan akan lebih terkonsentrasi pada perkembangan generatif tanaman dengan merangsang pertumbuhan tunas lateral yang lebih banyak yang diikuti keluarnya tangkai bunga. Pemberian giberelin dengan konsentrasi yang tepat saat awal berbunga berperan dalam proses penggiatan pembungaan serta menurunkan absisi bunga maupun buah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu pemangkasan pucuk dan konsentrasi giberelin yang tepat untuk meningkatkan produksi tanaman baby buncis. Hipotesis dari penelitian ini adalah (1) terdapat interaksi antara waktu pemangkasan pucuk dan konsentrasi giberelin yang dapat meningkatkan produksi tanaman pada baby buncis, dan (2) waktu pemangkasan pucuk dan konsentrasi giberelin tertentu mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman baby buncis. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2016 di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gunting, cangkul, tugal, timbangan analitik, penggaris, ember, handsprayer, Leaf Area Meter (LAM), oven, label, kamera, tali rafia, ajir, knapsack sprayer, mulsa plastik hitam perak dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi benih buncis verietas BC 038, Giberelin 20%, pupuk kandang ayam, Urea, ZA, KCl, SP-36, insektisida Metindo dan fungisida Antracol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 16 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali yaitu P0G0 (tanpa pemangkasan + konsentrasi 0 ppm), P0G1 (tanpa pemangkasan + konsentrasi 10 ppm), P0G2 (tanpa pemangkasan + konsentrasi 20 ppm), P0G3 (tanpa pemangkasan + konsentrasi 30 ppm), P1G0 (pemangkasan pucuk 14 hst + konsentrasi 0 ppm), P1G1 (pemangkasan pucuk 14 hst + konsentrasi 10 ppm), P1G2 (pemangkasan pucuk 14 hst + konsentrasi 20 ppm), P1G3 (pemangkasan pucuk 14 hst + konsentrasi 30 ppm), P2G0 (pemangkasan pucuk 35 hst + konsentrasi 0 ppm), P2G1 (pemangkasan pucuk 35 hst + konsentrasi 10 ppm), P2G2 (pemangkasan pucuk 35 hst + konsentrasi 20 ppm), P2G3 (pemangkasan pucuk 35 hst + konsentrasi 30 ppm), P3G0 (pemangkasan pucuk 14 dan 35 hst + konsentrasi 0 ppm), P3G1 (pemangkasan pucuk 14 dan 35 hst + konsentrasi 10 ppm), P3G2 (pemangkasan pucuk 14 dan 35 hst + konsentrasi 20 ppm), P3G3 (pemangkasan pucuk 14 dan 35 hst + konsentrasi 30 ppm). Parameter pengamatan yang diamati ialah pengamatan secara destruktif dengan cara mengambil 3 tanaman contoh untuk setiap perlakuan meliputi luas daun, panjang tanaman, dan bobot kering total tanaman. Pengamatan non destruktif meliputi jumlah daun, jumlah ruas dan jumlah cabang per tanaman. Pengamatan panen meliputi umur mulai berbunga, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan bunga per tanaman, umur mulai panen, jumlah polong per tanaman, bobot segar polong per tanaman, bobot polong segar per hektar, panjang polong dan diameter polong. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji F pada taraf 5% untuk mengetahui nyata tidaknya perlakuan. Apabila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji antar perlakuan dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Hasil dari penelitian ini adalah waktu pemangkasan pucuk dan konsentrasi giberelin menunjukkan adanya interaksi pada jumlah daun, luas daun, jumlah ruas, berat kering total tanaman, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot polong segar per tanaman dan bobot polong segar per hektar. Aplikasi waktu pemangkasan pucuk dua kali (14 dan 35 hst) dan konsentrasi giberelin 20 ppm meningkatkan hasil panen bobot polong segar per tanaman 39,89% dan bobot polong segar per hektar 44,65% dibandingkan perlakuan lainnya. Waktu pemangkasan pucuk 35 hst menunjukkan umur mulai panen lebih awal dibandingkan waktu pemangkasan pucuk lainnya. Konsentrasi giberelin tidak memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan hasil baby buncis.