Aplikasi Agens Hayati dalam Menekan Perkembangan Penyakit Hawar Daun Kentang Phytophthora infestans dan Layu Bakteri Ralstonia solanacearum
Main Author: | Minarni, Ani |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131560/1/Ani_Minarni_125040200111050_SKRIPSI.pdf http://repository.ub.ac.id/131560/ |
Daftar Isi:
- Tanaman kentang adalah tanaman hortikultura yang dibudidayakan oleh petani Indonesia pada wilayah dataran tinggi. Produksi tanaman kentang di Indonesia selama tahun 2013 sampai 2014 mengalami penurunan hasil produksi sebesar 87.85%. Patogen yang sering menyerang tanaman kentang dan menyebabkan kerugian yang cukup besar adalah jamur Phytophthora infestans penyebab penyakit hawar daun dan bakteri Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu bakteri. Mikroba Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, Trichoderma sp., mikoriza dan konsorsium merupakan mikroba dari jenis bakteri dan jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh agens hayati terhadap pertumbuhan tanaman dan penekanan penyakit hawar daun yang disebabkan oleh patogen P. infestans serta penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh patogen R. solanacearum. Penelitian dilaksanakan di Dusun Dadapan, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur dan Laboratorium Penyakit, Sub Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan November 2015 hingga Juni 2016. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan: (1) Persiapan lahan dan penanaman (2) aplikasi agens hayati dan perawatan tanaman (3) pengamatan parameter pertumbuhan (4) identifikasi patogen. Hasil analisis data menunjukkan bahwa aplikasi agens hayati berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, akan tetapi tidak pada jumlah daun. Agens hayati tunggal B. subtilis menunjukkan pengaruh yang lebih signifikan terhadap rerata tinggi tanaman yaitu pada 56 hari setelah tanam mencapai 50.05 cm, dibandingkan perlakuan kontrol yang menunjukkan tinggi tanaman 29.33 cm. Aplikasi agens hayati terhadap penekanan penyakit hawar daun dan layu bakteri tidak menunjukkan pengaruh nyata. Pengaruh aplikasi agens hayati menunjukkan pengaruh nyata pada efektivitas pengendalian penyakit hawar daun, akan tetapi tidak pada penyakit layu bakteri. Efektivitas pengendalian penyakit hawar daun dengan jenis perlakuan konsorsium mikroba merupakan perlakuan dengan nilai efektivitas yang lebih signifikan yaitu sebesar 58.33%. Hasil identifikasi penyakit hawar daun di lapang yang kemudian dibiakkan pada media Carrot Agar menunjukkan kenampakan makoskopis koloni P. infestans berwarna putih krem, menghasilkan miselium udara, bentuk tepi koloni tidak beraturan. Hasil kenampakan mikroskopis menunjukkan hifa berwarna hialin, aseptat, psorangia berbentuk bulat lonjong dan memiliki 4-5 sporangiofora. Hasil identifikasi penyakit layu bakteri menunjukkan kesesuaian dengan tumbuhnya koloni bakteri berwarna merah pada media TTC, sehingga dapat dipastikan bahwa tanaman dengan gejala layu dilapang merupakan tanaman yang diserang oleh patogen R. solanacearum.