Respon Petani Dan Hubungan Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Jeruk Keprok Batu 55 Terhadap Pendapatan Usahatani Tumpangsari (Studi Kasus Di Dusun Sumberbendo Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten M

Main Author: NovitaRizkyAmalia
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131553/1/SKRIPSI_NOVITA_RIZKY_AMALIA.pdf
http://repository.ub.ac.id/131553/
Daftar Isi:
  • Sub sektor hortikultura memiliki peran strategis pada berbagai aspek kehidupan manusia, seperti aspek biologis, ekonomi, dan sosial. Oleh sebab itu, sub sektor hortikultura harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas yang baik, dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Buah-buahan menjadi alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizinya. Salah satu buah prioritas nasional yang memiliki peminat paling banyak adalah buah jeruk. Namun, jumlah konsumsi tersebut tidak didukung dengan selera konsumsi masyarakat terhadap jeruk lokal. Untuk itu, pemerintah memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat melalui kebijakan impor. Volume kuota impor nasional menunjukkan jenis buah jeruk yang paling banyak diimpor adalah jeruk keprok (dikenal dengan nama jeruk mandarin). Selama ini masyarakat menganggap jeruk keprok impor lebih unggul dibandingkan jeruk keprok produksi dalam negri. Padahal, Indonesia memiliki varietas jeruk keprok yang unggul dan tidak kalah jika dibandingkan dengan jeruk keprok impor.Salah satu varietas unggul jeruk keprok yang dimiliki wilayah Jawa Timur adalah jeruk keprok Batu 55. Adanya varietas unggul ini membuat jeruk nasional berpeluang untuk dikembangkan di Indonesia. Dirjend Hortikultura mengambil langkah solutif untuk menyelesaikan masalah tersebut, yaitu ditetapkannya Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) dengan basis komoditas unggulan. Dinas Pertanian Kabupaten Malang mengadopsi program tersebut dengan nama Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Jeruk Keprok Batu 55. Daerah yang dipilih sebagai kawasan pengembangan jeruk keprok Batu 55 ini adalah Dusun Sumber Bendo Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Respon petani dalam pelaksanaan program ini dirasa penting. Petani di Dusun Sumber Bendo Desa Kucur menanam tanaman hortikultura semusim (seperti cabai, bunga kol, buncis, dan kacang tanah). Sebelum adanya program. Dengan adanya program ini petani dihadapkan pada pilihan untuk menanam jeruk keprok Batu 55 yang merupakan tanaman tahunan, tentunya petani harus menunggu dalam waktu yang lebih lama untuk memperoleh pendapatan dari usahatani jeruk keprok Batu 55. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Menganalisis dukungan yang diberikan instansi terkait terhadap petani peserta program, (2) Menganalisis respon petani terhadap program, (3) Menganalisis hubungan dukungan instansi terkait terhadap petani peserta program dengan respon petani terhadap program, (4) Menganalisis respon petani terhadap program dengan pendapatan usahatani tumpangsari jeruk keprok Batu 55 dengan tanaman lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mencari informasi mengenai program di Dusun Sumber Bendo Desa Kucur. Sedangkan penelitian kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan dukungan instansi terkait terhadap petani peserta program dengan respon petani terhadap program. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus, karena terdapat Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Jeruk Keprok Batu 55 di Dusun lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive). Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari informan dan sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan terdiri dari: analisis deskriptif kuantitatif, model interaktif, dan perhitungan pendapatan usahatani. Hasil penelitian ini adalah: (1) Dukungan yang diberikan oleh instansi terkait terhadap peserta program termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 76%. Artinya, sebagian besar komponen dukungan yang diberikan oleh instansi terkait tersampaikan kepada petani peserta program. Tetapi diantara komponen dukungan yang lain, komponen dukungan pelatihan Balitjestro memiliki persentase terendah hanya mencapai 47%. Hal tersebut dikarenakan tidak semua petani peserta program mengetahui jika terdapat pelatihan budidaya jeruk keprok Batu 55 oleh Balitjestro. (2) Respon petani terhadap program tergolong tinggi, dengan persentase kesediaan petani sampel mengikuti program terbesar pada tahun pertama, sama halnya dengan persentase penerapan GAP dan tumpangsari pada budidaya jeruk keprok Batu 55 yang mencapai 76%. (3) Pada analsis berdasarkan penyajian persentase menggunakan tabel silang terdapat indikasi hubungan dengan sifat yang kuat antara dukungan yang diberikan oleh instansi terkait dengan respon petani terhadap program. Hal ini sesuai dengan teori stimulus respon bahwa respon akan mengikuti jika terdapat stimulus. Kekuatan hubungan kedua variabel disebabkan oleh komponen dukungan yang diberikan oleh instansi terkait sesuai dengan kebutuhan petani peserta program, sehingga petani bersedia menerapkan anjuran-anjuran yang diberikan dalam budidaya jeruk keprok Batu 55. (4) Sebaliknya, pada penyajian persentase menggunakan tabel silang respon petani dengan pendapatan usahatani tumpangsari didapatkan hasil tidak terdapat indikasi hubungan diantara kedua variabel tersebut. Tidak adanya indikasi hubungan ini disebabkan oleh pendapatan yang diterima oleh petani tidak dapat ditentukan berdasarkan respon petani terhadap program seperti penerapan GAP dalam budidaya jeruk keprok Batu 55 dan penggunaan jarak tanam yang sesuai pada sistem tumpangsari. Faktor-faktor yang tidak dapat diprediksi oleh petani seperti serangan hama dan penyakit pada tanaman dan jatuhnya harga karena panen melimpah membuat pendapatan yang diterima petani rendah. Bahkan terdapat dua petani yang mengalami kerugian. Dinas Pertanian Kabupaten Malang adopt the program named Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Jeruk Keprok Batu 55. The area that choosen as the development areas to apply this program is Sumber Bendo, Kucur Village, Dau Sub District, Malang Regency. The response of the farmers on the implementation of the program is necessary because the farmers in Sumber Bendo planting some seasonal plants (such as chilli, cauli flower, stringbean, and peanut) before the existence of this program. In this program the farmers faced the option to plant jeruk keprok Batu 55 which known as annual plant, indeed the farmers had to wait a little bit longer for get the income of jeruk keprok Batu 55 cultivation. So, the research purposes are: (1) analyzing supported from related agencies to farmers participant program, (2) analyzing farmers respons to implementation program, (3) analyzing relation between supported from related agencies to farmers participant with farmers respons to implementation program, and (4) analyzing relation between farmers respons to implementation programe with intercropping income jeruk keprok Batu 55 with other plant.