Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Tebu Di Desa Sutojayan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang

Main Author: Anggiadita, Nanda
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131548/1/SKRIPSI_-_NANDA_ANGGIADITA_pdf.pdf
http://repository.ub.ac.id/131548/
Daftar Isi:
  • Gula merupakan salah satu hasil olahan yang memiliki permintaan tinggi dari masyarakat Indonesia. Hasil olahan tersebut dibutuhkan pada skala rumah tangga ataupun skala industri dalam jumlah yang besar. Tetapi pada kenyataannya kebutuhan gula dalam negeri belum dapat terpenuhi dengan baik. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jendral Perkebunan (2013), jumlah kebutuhan gula mencapai 2.956.000,00 ton pada tahun 2014. Jumlah realisasi produksi gula hanya sebesar 2.091.501,00 ton (Badan Ketahanan Pangan, 2015). Jadi selisih kebutuhan gula yang belum terpenuhi adalah 864.499,00 ton. Pemerintah memiliki program jangka panjang tahun 2020 hingga 2025 yaitu menjadi negara penghasil gula bagi negara lain di Asia Pasifik. Pencapaian program tersebut diawali dengan mencapai swasembada gula nasional pada tahun 2010 hingga 2015 (Departemen Perindustrian, 2009). Tetapi pada kenyataannya adalah rendahnya produksi gula dibandingkan dengan tingkat kebutuhan gula menyebabkan pemerintah melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila setiap tahun produksi gula tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat maka swasembada gula juga tidak akan tercapai dengan baik. Tanaman tebu atau dalam nama ilmiahnya disebut dengan Saccharum officinarum L. merupakan bahan baku utama pengolahan gula. Tebu termasuk dalam salah satu komoditas unggulan pada sektor pertanian. Apabila dilihat dari luasan lahan tanaman perkebunan, komoditas tebu berada pada urutan ketiga setelah komoditas karet dan kelapa sawit (Badan Pusat Statistik, 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditas tebu banyak ditanami oleh masyarakat di Indonesia. Badan Pusat Statistik (2013) mempublikasikan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki luasan lahan dan menghasilkan produksi tebu tertinggi. Luasan lahan tanam tebu di Jawa Timur adalah 1.243.390,00 hektar. Jumlah produksi tebu yang dihasilkan adalah 1.255.825,00 ton. Data dari Dinas Perkebunan Jawa Timur (2010) menunjukkan bahwa Kabupaten Malang memiliki luasan lahan tebu paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya yaitu 37.352,00 hektar. Jumlah produksi tebu yang dihasilkan juga paling tinggi yaitu sebesar 191.428,00 ton. Pabrik gula memiliki kontribusi yang tinggi dalam pengolahan hasil produksi tebu menjadi gula untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu pabrik gula di Kabupaten Malang adalah PG. Kebon Agung yang memiliki kapasitas giling sebesar 12.000,00 ton tebu per hari. Pakisaji merupakan salah satu kecamatan yang menjadi wilayah kerja bagi PG. Kebon Agung. Berdasarkan data sekunder dari pabrik yang diperoleh saat survey pendahuluan, Kecamatan Pakisaji adalah salah satu wilayah kerja yang menghasilkan produksi tebu tinggi yaitu 92.000,00 ton. Salah satu desa yang menghasilkan produksi tebu di Kecamatan Pakisaji adalah Desa Sutojayan. Seluruh petani tebu yang bermitra dengan pabrik tergabung dalam sebuah kelompok tani yang bernama kelompok tani Podojoyo. Berdasarkan informasi key informan dari pihak pabrik dapat diketahui bahwa petani mitra yang bekerjasama dengan pabrik tidak menggunakan input sesuai dengan rekomendasi. Hal tersebut juga terjadi pada petani tebu yang menjadi mitra pabrik di Desa Sutojayan. Permasalahan yang ada pada lokasi tersebut adalah memiliki tingkat rata-rata produktivitas tebu aktual yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat produktivitas potensial. Produktivitas tebu pada Kecamatan Pakisaji diasumsikan sebagai tingkat potensial yang dapat dicapai oleh petani di Desa Sutojayan yaitu sebesar 70,00 ton/ hektar/ tahun (Pemerintah Kabupaten Malang, 2014). Berdasarkan data dari pabrik dapat diketahui bahwa produktivitas tebu aktual Desa Sutojayan adalah 60,52 ton/ hektar/ tahun. Permasalahan tersebut juga dapat disebabkan karena penggunaan input oleh petani yang tidak sesuai dengan rekomendasi dari pabrik. Farrell (1957) dalam Coelli et al (1998) menjelaskan bahwa kombinasi penggunaan input yang dilakukan oleh petani berkaitan dengan efisiensi teknis. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu (1) Menganalisis faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi hasil produksi pada usahatani tebu, (2) Menganalisis tingkat efisiensi teknis pada kegiatan usahatani tebu, dan (3) Mengidentifikasi karakteristik responden terkait dengan tingkat efisiensi yang dicapai dalam kegiatan usahatani tebu. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan kedua adalah SFA (Stochastic Frontier Analysis) dengan menggunakan software STATA 14. Metode penelitian yang digunakan pada tujuan ketiga adalah analisis statistik deskriptif. Kesimpulan pertama yang didapatkan dari penelitian ini adalah variabel bibit dan tenaga kerja dapat mempengaruhi produksi tebu secara signifikan pada taraf 5 persen. Hubungan kedua variabel tersebut terhadap produksi tebu adalah positif. Variabel yang tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi tebu adalah luas lahan, pupuk ZA, pupuk Phonska, dan herbisida. Hubungan yang terjadi antara pupuk Phonska dengan produksi tebu adalah negatif, sedangkan untuk variabel luas lahan dan pupuk ZA adalah positif. Kesimpulan kedua yaitu rata-rata indeks efisiensi teknis yang dicapai responden adalah sebesar 0,950. Indeks efisiensi teknis minimum yang dicapai adalah sebesar 0,870 dan indeks maksimum sebesar 0,989. Berdasarkan indeks rata-rata yang dicapai maka diketahui bahwa responden memiliki peluang sebesar 5 persen untuk mencapai tingkat produksi yang maksimum. Asumsi yang digunakan pada pernyataan tersebut adalah dengan tingkat teknologi dan penggunaan input yang sama pada setiap responden. Kesimpulan ketiga adalah mengenai karakteristik responden terkait dengan indeks efisiensi teknis yang dicapai. Karakteristik responden pada penelitian ini berkaitan dengan faktor sosial ekonomi serta pengambilan keputusan yang dimiliki oleh masing-masing responden. Rata-rata indeks efisiensi teknis yang cukup tinggi dapat dicapai oleh responden dengan beberapa macam karakteristik yang dominan. Karakteristik responden tersebut terdiri dari umur antara 51 – 60 tahun, tingkat pendidikan terakhir adalah pendidikan dasar, pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan utama, jumlah tanggungan keluarga adalah 3 – 4 orang, pengalaman berusahatani tebu berkisar antara 21 – 30 tahun, menggunakan varietas tebu BL (Bululawang), jumlah luasan lahan yang digunakan untuk menanam tebu sebesar 0,10 – 0,50 hektar, dan dengan status lahan adalah milik sendiri.