Analisis Usahatani Padi Dengan Inovasi Dan Optimalisasi Mikroorganisme Lokal (Studi Pada Desa Petiyintunggal Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik)

Main Author: NovitariaSipayung, Mutiara
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131539/1/cover_dan_lembar_pengesahan.pdf
http://repository.ub.ac.id/131539/3/kata_pengantar_dan_daftar_isi.pdf
http://repository.ub.ac.id/131539/4/isi_bab_1-6_dan_lampiran.pdf
http://repository.ub.ac.id/131539/
Daftar Isi:
  • Padi (Oryza Sativa) merupakan salah satu komoditas pangan yang paling penting di Indonesia. Namun jumlah hasil produksi masih belum dapat mencukupi permintaan yang ada. Di lain sisi sistem budidaya yang dilakukan, kebanyakan masih menerapkan sistem tanam tradisional dan konvensional. Penerapan sistem konvensional untuk lahan pertanian secara terus menerus akan dapat merusak tanah maupun ekosistem. Untuk itu perlu diterapkan teknologi baru yang mampu meningkatkan hasil produktivitas padi dan dapat menjaga kesetabilan ekosistem. Penggunaan mikroorganisme lokal sebagai teknologi yang diaplikasikan dalam budidaya tanaman padi merupakan teknologi yag dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan peningkatan produktivitas. Akan tetapi, pengaplikasian mikroorganisme lokal dampaknya tidaklah terlalu terlihat pada aplikasi petama kali. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan adaptasi oleh lingkungan terhadap teknologi yang baru diaplikasikan. Sebagian besar luas lahan di Desa Petiyintunggal, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik merupakan lahan pertanian dengan 56,22% dari jumlah penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani (Data Pemerintah Desa Petiyintunggal, 2015). Potensi pertanian di Desa Petiyintunggal yaitu tanaman padi, jagung, kacang hijau, dan beberapa jenis tanaman hortikultura. Sistem tanam padi yang digunakan oleh petani padi di Desa Petiyintunggal kebanyakan masih mengunakan sistem budidaya padi secara konvensional, sehingga input yang digunakan dalam proses budidaya masih banyak sehingga biaya yang dikeluarkan juga banyak. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menggambarkan perbedaan teknologi yang digunakan petani usahatani padi menggunakan mikroorganisme lokal dengan petani yang tidak menggunakan mikroorganisme lokal di Desa Petiyintunggal, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik; dan (2) Menganalisis jumlah produksi, besar biaya yang dikeluarkan, penerimaan, dan pendapatan petani usahatani padi yang menggunakan mikroorganisme lokal dan petani yang tidak menggunakan mikroorganisme lokal di Desa Petiyintunggal, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Desa Petiyintunggal, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik dengan dasar pertimbangan bahwa desa ini merupakan desa yang menerapkan inovasi dan optimalisasi penggunaan mikroorganisme lokal. Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode sensus dan random sampling. Adapun jumlah sampel yang diperoleh adalah 31 petani (dari populasi sebanyak 102 petani) untuk petani yang tidak menggunakan mikroorganisme lokal dan 19 petani untuk yang mengikuti mikroorganisme lokal. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan metode deskriptif dan metode kuantitatif (analisis biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani padi). Hasil penelitian di Desa Petiyintunggal, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik diperoleh sebagai berikut. 1. Kegiatan usahatani yang dilakukan di di Desa Petiyintunggal, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik dimulai pada November 2015 hingga Maret 2016. Tujuan penggunaan mikroorganisme lokal pada usahatani padi sawah adalah mengoptimalkan sumber daya alam yang ada untuk menjaga kesetabilan ekosistem dan menuju pertanian yang berkelanjutan. 2. Penggunaan mikroorganisme lokal dalam usahatani padi sawah memberikan perbedaan pendapatan yang signifikan dengan petani yang tidak menggunakan mikroorganisme lokal yaitu dengan selisih pendapatan sebesar Rp 4.550.504,-. Pendapatan petani yang menggunakan mikroorganisme lokal lebih tinggi di bandingkan dengan petani yang tidak menggunakan mikroorganisme lokal. Saran yang diajukan oleh peneliti sehubung dengan adanya penelitian ini adalah: (1) sebaiknya petani lebih mengoptimalkan penggunaan mikroorganisme lokal dalam melakukan kegiatan usakatani padi sehingga penggunaan input dengan bahan kimia dapat semakin berkurang dan biaya yang dikeluarkan semakin sedikit; (2) Dengan menggunakan mikroorganisme lokal dapat memberikan banyak manfaat bagi petani, misalnya hasil produksi yang meningkat, pengunaan biaya produksi yang sedikit, dan pendapatan yang meningkat.