Ampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Kasus Di Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kabupaten Malang)
Main Author: | Naura, Aprilliza |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131537/1/Cover_Skripsi_%28Aprilliza_Naura-Fakultas_Pertanian%29.pdf http://repository.ub.ac.id/131537/2/Naskah_Publikasi_Jurnal.pdf http://repository.ub.ac.id/131537/3/Skripsi.pdf http://repository.ub.ac.id/131537/ |
Daftar Isi:
- Perubahan iklim terjadi dikarenakan adanya perubahan dari unsur-unsur iklim seperti kecepatan angin, kelembaban udara, suhu, dan curah hujan. Fenomena perubahan iklim ini akan sangat besar pengaruhnya pada sektor pertanian dimana apabila suatu wilayah yang terkena bencana iklim semakin meningkat maka kehilangan akan hasil produksi juga semakin besar. Akibat dari perubahan iklim yang terjadi dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir, kekeringan, longsor, erosi, dan puting beliung. Dampak perubahan iklim memberikan pengaruh yang cukup signifikan diberbagai sektor termasuk sektor pertanian yang nantinya terkait dengan produksi dan berdampak pada pendapatan masyarakat melalui usahatani. Salah satu sektor pertanian yang terkena dampak dari perubahan iklim yaitu subsektor hortikultura. Salah satu tanaman hortikultura yang terkena dampak dari perubahan iklim yaitu tanaman cabai merah (Capsicum annum L) yang merupakan salah satu komoditas unggulan di Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kabupaten Malang. Sebelum perubahan iklim (tahun 2012-tahun 2013) dan sesudah perubahan iklim (tahun 2014-tahun 2015) terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari unsur iklim kecepatan angin, curah hujan, dan kelembaban. Penelitian ini menggunakan tiga metode analisis, yaitu analisis deskriptif, analisis statistik deskriptif, dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner, analisi statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan mengenai pengetahuan petani terhadap adanya perubahan iklim dalam bentuk persentase. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui dan menganalisis jumlah produksi cabai merah, penerimaan, pendapatan petani cabai merah, dan perbedaan antara produksi cabai merah sebelum terjadinya perubahan iklim dan sesudah terjadinya perubahan iklim serta perbedaan antara pendapatan petani cabai merah sebelum dan sesudah terjadinya perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani cabai merah sebanyak 50 orang yang dilakukan secara acak berdasarkan luas lahan pertanian yang dimiliki petani cabai merah. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas petani cabai merah mendapatkan pengetahuan atau informasi mengenai adanya perubahan iklim yang bersumber dari televisi sebanyak 21 orang dengan persentase 42%. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari petani cabai merah memiliki televisi di setiap rumah petani. Petani yang mengetahui dan merasakan adanya perubahan unsur-unsur iklim seperti curah hujan, suhu, kecepatan angin, dan kelembaban memiliki persentase yang berbeda-beda dimana untuk unsur curah hujan, seluruh petani cabai merah mengetahui dan merasakan dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim dengan persentase 100%. Rata-rata biaya usahatani sebelum dan sesudah perubahan iklim pada luas lahan <0,5 Ha yaitu Rp. 9.234.694 dan Rp.10.596.274, sedangkan pada luas lahan 0,5-1 Ha yaitu Rp. 17.471.891 dan Rp. 19.644.083, untuk luas lahan >1 Ha yaitu Rp. 28.502.007 dan Rp. 31.760.113. Rata-rata produksi cabai merah per hektarnya mengalami penurunan dari setiap strata berdasarkan luas lahan. Perbedaan produksi per hektar disebabkan karena adanya perubahan unsur iklim yang tidak menentu atau selalu berubah-ubah. Apabila terjadi musim hujan yang berlebih maka tanaman cabai merah akan menjadi busuk dan begitu sebaliknya apabila terjadi musim kemarau panjang maka akan terjadi keriput atau layu pada tanaman cabai merah. Rata-rata penerimaan mengalami penurunan dimana sebelum dan sesudah perubahan iklim pada luas lahan <0,5 Ha didapatkan sebesar Rp. 33.243.158 dan Rp. 32.655.264, sedangkan pada luas lahan 0,5-1 Ha yaitu Rp. 64.207.065 dan Rp. 63.332.609, pada luas lahan >1 Ha yaitu Rp. 83.165.000 dan Rp. 82.566.250. Hal ini terjadi dikarenakan hasil produksi yang terus menurun dan juga harga cabai merah di tingkat petani yang masih rendah. Rata-rata konversi total pendapatan per Ha yang diterima mengalami penurunan, dimana sebelum dan sesudah perubahan iklim pada luas lahan <0,5 Ha yaitu sebesar Rp. 88.700.000 dan Rp. 81.200.000, pada luas lahan 0,5-1 Ha yaitu sebesar Rp. 69.057.000 dan Rp. 64.692.000, sedangkan pada luas lahan >1 Ha yaitu sebesar Rp. 38.500.000 dan Rp. 35.879.000. Hasil uji beda rata-rata pada produksi dengan luas lahan <0,5 Ha didapatkan nilai thitung > ttabel (12,534>2,1009), untuk luas lahan 0,5-1 Ha yaitu 22,001>2,0739, dan untuk luas lahan >1 Ha yaitu 9,060>2,3646 dan nilai signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikansinya yaitu 0,000<0,05. Hasil uji beda rata-rata pada pendapatan pada luas lahan <0,5 Ha yaitu nilai thitung > ttabel (10,300>2,1009), pada luas lahan 0,5-1 Ha yaitu 7,698>2,0739 dan untuk luas lahan >1 Ha didapatkan nilai 5,573>2,3646 dan nilai signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikansinya yaitu 0,000<0,05. Apabila thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini menandakan bahwa produksi dan pendapatan cabai merah sebelum terjadinya perubahan iklim dan pendapatan sesudah terjadinya perubahan iklim yaitu adanya perbedaan secara nyata. Kondisi sosial antara petani satu dengan petani lainnya saling berbagi informasi mengenai budidaya usahatani cabai merah. Interaksi antara petani dengan penyuluh akhir-akhir ini jarang diadakan perkumpulan lagi, yang mana para penyuluh jarang mendatangi Dusun Sumberbendo. Interaksi antara petani dengan PPL dirasa semakin menurun untuk mengadakan pertemuan. Tidak adanya suatu bentuk adopsi inovasi yang ditawarkan di dusun ini sehingga para petani cabai merah hanya bisa pasrah dengan hasil produksi yang setiap tahun menurun. Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini diantaranya petani cabai merah perlu menambah wawasan pengetahuan dengan sekolah lapang mengenai prakiraan perubahan iklim yang terjadi, petani melakukan pemasangan plastik sebagai atap dari tanaman cabai merah agar dapat mengalami peningkatan hasil produksi, petani harus mencari pekerjaan sampingan agar pendapatan dapat meningkat, petani perlu lebih aktif mencari tentang adopsi inovasi teknologi atau cara baru yang dapat meningkatkan hasil produksi, petani diharapkan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dan Petugas Penyuluh Lapang (PPL) juga harus lebih giat untuk mengadakan pertemuan dengan petani untuk membantu mengenai hasil produksi cabai merah yang terus menurun.