Hubungan Antara Karakteristik Inovasi dengan Respon Petani Terhadap Introduksi dan Difusi Inovasi Agens Hayati (Kasus SL-PHT Padi di Sebuah Wilayah Etnik Madura)
Daftar Isi:
- Kabupaten Sumenep memiliki angka konsumsi beras tertinggi diantara bahan pangan lainnya. Hal ini menjadi alasan pentingnya peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi dapat dilakukan di Desa Juluk Kecamatan Saronggi yang terdapat kelompok tani dengan karakteristik menerima inovasi. Alasan ini menjadikan Kelompok Tani “Sumber Hasil” di Desa Juluk menerima program SL-PHT. Pelaksanaan SL-PHT merupakan kegiatan introduksi inovasi agens hayati berupa PGPR kepada petani. Respon dari petani terhadap introduksi inovasi agens hayati merupakan salah satu hal yang menentukan keberlanjutan dari penggunaan agens hayati. Apabila respon petani tinggi maka pengembangan PGPR akan cepat dilakukan dan begitupula sebaliknya. Respon sendiri terbentuk dari 2 variabel utama yaitu pengetahuan dan sikap, serta dipengaruhi oleh karakteristik inovasi dan faktor internal petani. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan pelaksanaan introduksi inovasi agens hayati di Desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. 2) Menganalisis respon petani terhadap inovasi agens hayati di Desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. 3) Menganalisis difusi inovasi agens hayati di Desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena Desa Juluk adalah salah satu desa yang mendapatkan program introduksi inovasi agens hayati padi di Kabupaten Sumenep yang terorganisasi dan termanajemen dengan baik dan salah satu desa yang memiliki produktivitas padi tinggi di Kabupaten Sumenep. Petani yang mengikuti kelompok tani menjadi sampel dalam penelitian ini, penentuan sampel untuk petani dilakukan dengan pendekatan probabilitas dan metode simple random sampling sebanyak 45 responden. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui metode wawancara terstruktur dan Focus Group Discussion (FGD). Data sekunder yang dikumpulkan adalah berupa foto untuk penunjang informasi di lapang yang semuanya dikumpulkan melalui proses dokumentasi. Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, uji validitas dan reliabilitas, skoring dengan menggunakan skala Likert, dan korelasi Rank-Spearman. Introduksi inovasi agens hayati dilaksanakan melalui penerapan PHT di Desa Juluk, Kecamatan Saronggi tepatnya pada kelompok tani Mega Jaya di lahan seluas 40,00 ha pada bulan Maret sampai Juli 2015. Kegiatan penerapan PHT terdiri dari 3 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Dengan penerapan PHT perkembangan OPT di hamparan kegiatan dapat berkurang 85,34% utamanya Pyrikularia oryzae dan Xanthomonas oryzae 80,11%. Sehingga dapat terkendali 25,00 ha dari 40,00 ha sasaran program (60%). Intensitas serangan penyakit Pyrikularia oryzae (Blas) yang menjadi masalah utama dapat ditekan perkembangannya sebesar 85,34% dibandingkan di petak konvensional hamparan. Sehingga penerapan PHT dapat menyelamatkan kehilangan hasil 9,76%. Usahatani penerapan PHT lebih efisien dibandingkan konvensional dengan rasio pendapatan dan biaya atau R/C ratio mencapai 3,48. Hasil analisis menunjukkan bahwa respon petani terhadap PGPR yang digambarkan dengan pengetahuan dan sikap tergolong rendah dengan nilai pengetahuan 4,98 atau 49,78 dan sikap sebesar 8,42 atau 56,15%. Terjadinya respon petani yang demikian karena adanya hubungan antara faktor internal petani dan karakteristik inovasi dengan respon petani terhadap PGPR. Hubungan respon petani dengan faktor internal yaitu rata-rata luas lahan garapan berkisar antara 1-2 ha, sumber petani mengetahui adanya demplot di Desa Juluk berasal dari kontak tani atau ketua kelompok tani, hal yang mendorong petani untuk datang ke demplot atas kesadaran sendiri, tujuan petani mengunjungi demplot untuk melihat hasil percobaan, rata-rata petani memiliki pengalaman berusahatani diatas 20 tahun. Akses terhadap sumber informasi diantaranya yaitu dianggap paling penting ketua kelompok tani. Pertemuan kelompok di lahan merupakan cara tatap muka yang dianggap paling penting oleh petani. Media siaran atau cetak paling penting stasiun televisi. Jenis informasi yang paling penting mengenai cara penggunaan PGPR. Sedangkan hubungan antara karakteristik inovasi dengan respon petani terhadap PGPR yaitu semua variabel karakteristik inovasi berpengaruh nyata terhadap respon petani. Berikut ini nilai signifikansi keuntungan relatif, kompatibilitas, kerumitan, kemampuan diuji-coba dan kemampuan diamati secara berturut-turut 0.001, 0.007, 0.000, 0.002 dan 0.000. Semua petani di Desa Juluk memutuskan untuk meneruskan penggunaan PGPR setelah pelaksanaan introduksi inovasi agens hayati. Penggunaan PGPR masih pada perendaman benih dan persemaian saja. Tipe keputusan yang diambil petani yaitu keputusan inovasi kontingensi. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu adanya peningkatan partisipasi kolektif dalam dalam kelompok tani agar terjalin mitra yang baik antara penyuluh dengan ketua kelompok tani dan anggota kelompok tani dan dapat meningkatkan pengetahuan petani.