Daftar Isi:
  • Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan Jagung hibrida adalah varietas jagung yang pembentukannya dengan cara persilangan hibridisasi dua varietas atau lebih. Pembentukan dan pengembangan varietas jagung hibrida nasional ditekankan pada peningkatan daya hasil, pemendekan umur, ketahanan terhadap penyakit bulai dan perluasan daya adaptasi. Bagi orang Indonesia Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan dan industri pakan sekitar 57 persen, sisanya sekitar 34 persen untuk pangan dan 9 persen untuk kebutuhan industri lainnya. Secara nasional, produksi jagung Indonesia menempati peringkat ke-8 sebagai lumbung jagung dunia dengan kontribusi 2,06 persen terhadap produksi global. Sentra produksi jagung tersebar di 12 provinsi dan 45 kabupaten. Di Jawa Timur yang menjadi sentra jagung, yakni Kab Blitar, Kab Kediri, Kab Tuban dan Kab Malang. Kabupaten Kediri merupakan salah satu daerah yang berpotensi ke dua di Jawa Timur untuk peningkatan produktivitas jagung. Hal ini dikarenakan wilayah Kabupaten Kediri mempunyai lahan pertanian yang cukup luas, subur selain itu sumber pangan nabati Kabupaten Kediri juga dipenuhi melalui komoditas jagung. Kecamatan Semen adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sehingga usahatani jagung hibrida di Kecamatan Semen memiliki potensi besar apabila dikelola dengan baik. Permasalahan utama di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri adalah masih rendahnya produktivitas jagung hibrida, kurang tersedianya modal yang dimiliki petani, mahalnya benih jagung hibrida dan berfluktuasinya harga jagung hibrida di pasaran. Rendahnya produktivitas usahatani jagung hibrida mengindikasikan bahwa petani jagung di Desa Pagung, Kecamatan Semen dalam mengelola usahataninya belum mengalokasikan faktor-faktor produksi secara efisien dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung hibrida di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, (2) Menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi usahatani jagung hibrida di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, (3) Menganalisis tingkat efisiensi alokatif usahatani jagung hibrida di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif menggunakan kuisioner melalui kegiatan wawancara dan tabulasi data menggunakan metode analisis kuantitatif dengan perhitungan usahatani pendapatan petani untuk mengetahui biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung hibrida, serta menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi usahatani jagung hibrida dan menggunakan analisis efisiensi alokatif NPMx/Px untuk menganalisis tingkat efisiensi alokatif usahatani jagung hibrida. Hasil penelitian ini antara lain: 1. Biaya rata-rata penerimaan responden jagung hibrida per hektar di daerah penelitian adalah Rp 37.200.775,19,- dan rata-rata total biaya per hektar adalah sebesar Rp 20.368.682,16,- sehingga diperoleh rata-rata pendapatan adalah Rp 16.832.093,03,-. Dari hasil tersebut dapat diketahui nilai R/C ratio yaitu 4,9, yang berarti usahatani jagung hibrida di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri sudah layak dan menguntungkan, karena rata-rata nilai R/C rationya lebih dari 1. 2. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam kegiatan usahatani jagung hibrida di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri adalah faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP36, pestisida dan tenaga kerja. Dari ke enam faktor produksi tersebut, variabel yang berpengaruh nyata adalah luas lahan (X1) dengan nilai koefisien regresi 0,584, pestisida (X5) dengan nilai koefisien regresi 0,044 dan tenaga kerja (X6) dengan nilai koefisien regresinya 0,331. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan luas lahan, pestisida dan tenaga kerja akan berpengaruh lebih besar terhadap produksi jagung hibrida dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. 3. Dari hasil analisis efisiensi alokatif diketahui bahwa nilai NPMx/Px alokasi penggunaan luas lahan > 1 yaitu sebesar 6,81 sehingga penggunaan luas lahan di daerah penelitian belum efisien. Nilai NPMx/Px untuk penggunaan pestisida > 1 yaitu 7,56 sehingga alokasi penggunaan pestisida belum efisien. Nilai NPMx/Px untuk alokasi penggunaan tenaga kerja < 1 yaitu 0,69 sehingga alokasi penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian tidak efisien. Saran yang berkenaan dengan hasil penelitian ini adalah: (1) Permasalahan kurang optimalnya penggunaan luas lahan, perlu penambahan luas lahan sehingga mencapai optimal sebesar 6,88 ha, jika dikaitkan kondisi sekarang petani perlu melakukan transmigrasi ke daerah lain yang lahannya masih luas untuk ditanami. Penggunaan pestisida dapat diatasi dengan melakukan penambahan jumlah penggunaan pestisida menjadi 7,56 liter, namun dalam pelaksanaannya untuk mendukung program pemerintah dalam pertanian berlanjut, petani dapat menggunakan pestisida nabati yang ramah lingkungan dan penggunaan pestisida hanya diberikan pada saat terjadi serangan. Begitu pula dengan kurang optimalnya penggunaan tenaga kerja per hektar dapat dioptimalkan mencapai 273,62 HOK dengan mengurangi jumlah tenaga kerja, (2) Perlu adanya penyuluhan kepada petani mengenai teknik budidaya tanaman jagung hibrida dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan bukan hanya di dalam keluarga petani saja namun secara global untuk kepentingan pasar karena apabila petani mampu memenuhi permintaan pasar, maka secara langsung petani juga dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dengan keuntungan maksimal, (3) Berdasarkan hasil analisis menggunakan RC rasio, bahwa rata-rata kelayakan usahatani di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri telah layak untuk dikembangkan. Petani hanya perlu untuk menyesuaikan penggunaan input dengan biaya yang ada, sehingga bisa mencapai jumlah input yang optimal maka akan meminimalisir juga dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani.