Analisis Pola Konsumsi Rumah Tangga dengan Mengembangkan Pola Diversifikasi Pangan di Desa Bogoran, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek
Main Author: | Khiptiyah, Za`inatul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131483/ |
Daftar Isi:
- Diversifikasi konsumsi pangan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan ketahanan pangan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 rata-rata kecukupan energi dan protein bagi penduduk Indonesia masing-masing sebesar 2150 kkal dan 57 gram per orang per hari pada tingkat konsumsi. Badan Ketahanan Pangan (2015) menunjukkan bahwa pencapaian ragam diversifikasi konsumsi pangan dapat diukur dengan Pola Pangan Harapan (PPH). PPH digunakan untuk menganalisis tingkat efektifitas dari diversifikasi konsumsi pangan. Kompleksitas masalah pada konsumsi pangan khususnya di daerah penelitian yaitu kurangnya ketersediaan pangan beras karena akses jalan yang terlalu jauh dari pusat pemasaran dan rendahnya kualitas gizi pangan yang menyebabkan terjadinya kelaparan dan gizi buruk serta pola pangan tunggal dan ketergantungan akan beras yang tinggi. Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka pertanyaan penelitian ini: 1) Bagaimana kuantitas tingkat konsumsi pangan (energi dan protein) pada rumah tangga pedesaan?, 2) Bagaimana kondisi diversifikasi konsumsi pangan pada rumah tangga pedesaan?, 3) Bagaimana pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi (usia kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, pendidikan ibu rumah tangga, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga) terhadap diversifikasi konsumsi pangan pada rumah tangga pedesaan? Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai Angka Kecukupan Energi (AKE) sebesar 1445,16 kkal dan nilai AKE normatif sebesar 2150 kkal sehingga terdapat selisih sebesar 704,84. Sedangkan untuk nilai Angka Kecukupan Protein (AKP) sebesar 44,54 gram dan nilai AKP normatif sebesar 57 gram sehingga terdapat selisih sebesar 12,46 gram. Hal ini menunjukkan kuantitas konsumsi pangan pada rumah tangga pedesaan masih kurang dari yang diharapkan, sehingga kondisi diversifikasi pangan dan ketahanan pangan pada rumah tangga di daerah penelitian belum tercapai. Hasil diversifikasi konsumsi pangan di daerah penelitian ditunjukkan oleh nilai atau skor Pola Pangan Harapan (PPH) aktualnya diperoleh sebesar 61,58 sedangkan nilai atau skor PPH normatifnya sebesar 100 sehingga terdapat selisih 38,42. Maka hasil skor PPH dalam penelitian menggambarkan bahwa konsumsi kelompok pangan belum beragam dan masih rendahnya mutu gizi di daerah penelitian. Hasil analisis regresi R2 sebesar 0,673 artinya dugaan terhadap model bahwa semua variabel menjelaskan variabel dependen (Y) sebesar 67,3 persen sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang tidak terdapat dalam model. Hasil regresi diperoleh nilai Fhitung (18,525) lebih besar daripada Ftabel (2,96), maka H0 ditolak dan menerima H1. Sehingga artinya semua variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) sehingga model tersebut dapat diterima sebagai penduga yang baik dan layak. Hasil analisis regresi dapat diketahui semua faktor berpengaruh secara signifikan terhadap PPH. Faktor-faktor tersebut yaitu variabel pendidikan ibu rumah tangga ii dengan nilai thitung (6,645) > ttabel (2,051) , pendapatan rumah tangga nilai thitung (2,093) > ttabel (2,051), dan jumlah anggota keluarga nilai thitung (4,486) > ttabel (2,051). Saran dalam penelitian ini adalah 1) perlu adanya peningkatan kualitas konsumsi pangan dengan cara sosialisasi pengetahuan tentang gizi secara berkesinambungan. 2) diperlukan dukungan dan perhatian dari berbagai pihak terhadap pemberdayaan keluarga di pedesaan khususnya yang memiliki tingkat kualitas konsumsi yang rendah agar dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup sehari-hari, dan penelitian selanjutnya diharapkan dapan menggunakan Angka Kecukupan Lemak (AKL) untuk pengukuran kuantitas dan kualitas pola konsumsi pangan akan menjadi lebih baik.