Analisis Persepsi Petani Jeruk Terhadap Positioning Merek Pada Produk Insektisida (Kasus di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang)
Main Author: | RahmawatiM, Anggi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131474/1/SKRIPSI-_ANGGI_RAHMAWATI-12504010011126.pdf http://repository.ub.ac.id/131474/2/JURNAL-_ANGGI_RAHMAWATI-125040100111206.pdf http://repository.ub.ac.id/131474/ |
Daftar Isi:
- Pasar pestisida disumbangkan paling besar dari kelompok herbisida sebesar 42,5%, insektisida sebesar 37,55, fungsida sebesar 18% dan lainnya sebesar 2% (Puronhim, 2013). Berdasarkan Direktorat Pupuk dan Pestisida (2014) terdapat 3005 merek pestisida yang terdaftar dan diizinkan untuk pertanian dan kehutanan. Industri pestisida yang berkembang di Indonesia umumnya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan multinasional yang berasal dari negara maju seperti Jerman, Amerika dan Jepang. Sebesar 89% market share perusahaan pestisida dari pasar global produk agrochemical pada tahun 2008 dikuasai oleh perusahaan multinasional. Penguasaan pangsa pasar tertinggi ditempati oleh PT. Syngenta Indonesia yaitu sebesar 19%. PT. Syngenta Indonesia telah menghasilkan kurang lebih 30 jenis formulasi atau merek dagang pestisida yang terdaftar pada Komisi Pestisida Departemen Pertanian Republik Indonesia. Merek-merek produk pestisida dari PT. Syngenta Indonesia sudah digunakan oleh petani di Indonesia tak terkecuali oleh petani di Kabupaten Malang. Salah satu daerah yang yang banyak menggunakan pestisida ialah Desa Selorejo yang dikenal sebagai sentra produksi jeruk di Malang. Pestisida yang paling sering dibutuhkan ialah sejenis insektisida berbahan aktif prefonofos. Potensi kebutuhan akan produk insektisida berbahan aktif prefonofos di Selorejo ini dijadikan peluang oleh perusahaan-perusaahaan pestisida, tidak terkecuali PT. Syngenta Indonesia. PT. Syngenta Indonesia memproduksi merek insektisida berbahan aktif prefonofos yang diberi merek dagang Curacron. Pada pemasarannya merek insektisida Curacron dihadapkan dengan pesaingnyan yaitu merek insektisida berbahan aktif prefonofos lainnya yang dari perusahaan pesaing. Penelitian pendahuluan menunjukkan pesaing merek Curacron ialah merek insektisida Callicron, Detacron, dan Anwavin. Persaingan muncul dikarenakan adanya pemilihan oleh petani yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Dalam persaingan perusahaan berlomba untuk membangun kedudukan produknya di mata konsumen yang biasa disebut sebagai positioning. Hasan (2014) mengemukakan positioning sebagai upaya untuk membangun citra sebuah produk atau merek yang muncul, kaitannya dengan produk lain di pasar atau diposisikan pada merek bersaing yang dalam peta persepsi konsumen. Persepsi konsumen yang nantinya akan mengarahkan perusahaan untuk menyusun strategi bagaimana menempatkan atau memposisikan mereknya dipasar. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan atribut-atribut yang dipertimbangkan petani dalam memilih insektisida, dan (2) untuk menganalisis persepsi petani terhadap positioning merek insektisida Curacron dan merek lainnya berdasarkan persepsi petani jeruk di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Metode penentuan responden menggunakan probability sampling dengan cara simple random sampling. Banyaknya jumlah sampel responden ditentukan dengan pendekatan Malhotra, yaitu jumlah responden didapat dari 5 kali jumlah atribut. Pada penelitian ini jumlah atribut adalah 8, sehingga didapatkan jumlah responden sebanyak 40 petani jeruk. Metode analisis data yang digunakan yaitu Uji Cochran Q Test, analisis multidimensional scaling, dan correspondence analysis. Uji Cochran Q test digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengidentifikasi atribut yang dipertimbangkan petani dalam memilih insektisida. Sedangkan Analisis multidimensional scaling dan correspondence analysis digunakan untuk menjawab tujuan kedua yaitu menganalisis persepsi petani terhadap positioning merek insektisida. Hasil uji Cochran Q test didapatkan enam atribut yang dipertimbangkan petani dalam memilih insektisida. Enam atribut tersebut diperoleh setelah melakukan pengujian sebanyak tiga kali dengan nilai Q hitung sebesar 10,532. Atribut-atribut yang dipertimbangkan petani dalam memilih produk insektisida yaitu harga, promosi, ketersediaan produk, efektifitas produk, kepraktisan kemasan, dan konsentrasi formulasi. Hasil analisis multidimensional scaling (MDS) diperoleh nilai stress sebesar 0,10469 yang dikategorikan cukup. Sedangkan nilai R2 = 0,98785 menunjukkan model MDS yang dihasilkan sudah baik terhadap kesesuaian data. Hasil analisis ini menunjukkan kedudukan Curacron yang dipersepsikan mirip dengan Callicron sebagai merek pesaingnya. Hal tersebut diketahui dari letak kedua merek tersebut yang berdekatan dalam peta persepsi. Curacron dan Callicron berada di kuadran III yang terletak pada dimensi 1 dan 2 negatif. Curacron berada pada titik koordinat (-0,0806 ; -1,1360) sedangkan merek Callicron letaknya berada pada koordinat (-0,6646; -0,7011). Letak dari kedua merek yang berdekatan tersebut menunjukkan bahwa Callicron dianggap sebagai pesaing terdekat merek Curacron. Sedangkan dengan merek Detacron dan Anwavin yang jaraknya berjauhan, dapat diartikan bahwa merek tersebut berbeda. Correspondence analysis (CA) menghasilkan row profiles dan column profiles. Dari row profiles diketahui proporsi penilaian Curacron tertinggi pada atribut efektifitas dan konsentrasi formulasi, sedangkan pada column profiles menunjukkan proporsi penilaian Curacron tinggi pada atribut efektifitas. Sedangkan atribut yang memiliki proporsi penilaian terendah dari row profiles dan column profiles yaitu promosi dan harga. Peta persepsi correspondence analysis menunjukkan Curacron memiliki kedekatan dengan atribut efektifitas produk. Hal tersebut mengartikan bahwa persepsi petani terhadap positioning Curacron kuat pada atribut efektifitas produk Saran yang dapat diajukan pada perusahaan yaitu perusahaan di harapkan dapat memperbaiki atribut-atribut yang masih dipersepsikan negatif. Khususnya pada atribut promosi, seharusnya PT. Syngenta Indonesia dapat menawarkan bentuk promosi dalam bentuk yang lebih menarik, jangkauan promosi yang lebih luas serta dalam jangka waktu yang rutin sehingga merek Curacron dapat lebih diminati.