Analisis Rantai Nilai Pada Ukm Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing (Studi Di Ukm Tape Super Madu, Jember)

Main Author: Imaniah, Titian
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131421/
Daftar Isi:
  • Pada era globalisasi, tantangan yang dihadapi UKM semain berat. Tidak hanya dibutuhkan untuk survive, melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing dibandingkan UKM lainnya. Akan tetapi, masih banyak masalah yang dihadapi UKM seperti tidak ada perencanaan tertulis, tidak berorientasi ke masa depan, tidak memiliki pendidikan yang relavan, tanpa rencana rugi-laba, tidak mengadakan analisis pasar, kurang diversifikasi dan keluarga sentris. Melihat berbagai masalah yang dihadapi oleh UKM, maka dibutuhkan strategi bersaing atau keunggulan bersaing yang berbeda dari UKM lainnya. UKM Tape Super Madu merupakan perusahaan pengolahan singkong menjadi tape singkong dan mengalami kendala di aktivitas perusahaan, seperti terbatasnya bahan baku yang disebabkan oleh produksi singkong Jember yang semakin menurun, tenaga penjual yang kurang memiliki pengetahuan akan produk, penjualan hanya di lingkup jember, promosi hanya di sekitar toko penjualan, tidak adanya pelayanan konsumen, belum memaksimalkan fungsi manajemen, tidak adanya perencanaan keuangan, tidak ada spesifikasi dan kompensasi karyawan. Berdasarkan kendala tersebut perlu dilakukannya penelitian tentang analisis rantai nilai pada UKM. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan keunggulan bersaing UKM dengan cara menghitung keuntungan, kelayakan usaha, nilai tambah dan aktivitas rantai nilai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016. Pemilihan UKM Tape Super Madu berdasarkan pertimbangan bahwa merupakan salah satu UKM di Kabupaten Jember yang memproduksi dan menjual makanan khas Jember yang mengalami masalah dalam bidang pemasaran, keuangan dan organisasi. Selain itu, UKM Tape Super Madu merupakan UKM yang disarankan oleh pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kabupaten Jember untuk dilaksanakannya penelitian terkait topik rantai nilai. Penentuan responden menggunakan purposive sampling dengan key informant yaitu pemilik usaha dan 7 tenaga kerja pengolahan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis biaya untuk menghitung tingkat keuntungan, analisis kelayakan usaha untuk mengetahui layak tidaknya usaha tape singkong, analisis nilai tambah untuk mengetahui besarnya nilai tambah tape singkong dan analisis rantai nilai untuk mengetahui aktivitas yang potensial untuk dijadikan keunggulan bersaing. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa total biaya produksi tape singkong mencapai Rp 4.487.333,54 dengan penerimaan dari tape singkong sebesar RP 9.000.000,00 setiap harinya atau satu kali proses produksi. Sehingga, keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp 4.512.666,46. Keuntungan dari tape singkong setiap harinya melebihi total biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, usaha tape singkong yang dikerjakan oleh UKM Tape Super Madu sangat menguntungkan. Alat analisis selanjutnya yaitu analisis kelayakan usaha menggunakan R/C rasio dan BEP. Perhitungan R/C rasio dari usaha tape singkong adalah sebesar 2,01. Nilai R/C rasio yang melebihi nilai satu menunjukan bahwa usaha tape singkong layak untuk dijalankan. Nilai R/C 2,01, dapat diartikan bahwa setiap pengeluaran ii Rp 1,00 akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 2,01. BEP dihitung berdasarkan BEP produksi dan BEP harga. BEP produksi dari usaha tape singkong yaitu sebanyak 299,16 kemasan dan BEP harga sebesar Rp 7.478,89. Artinya, agar UKM tidak rugi dan tidak memperoleh keuntungan harga minimal dari tape singkong adalah Rp 7.478,89 dan dalam jumlah produksi minimal 299,16 kemasan. Analisis yang ketiga yaitu nilai tambah. Nilai tambah yang dihasilkan oleh produk tape singkong adalah Rp 9.215,71 per kg singkong atau 53,25% dari nilai produksi, artinya tape singkong memiliki nilai tambah tinggi. Upah tenaga kerja sebesar Rp 2.934,87 per kg atau 0,32% dari nilai tambah dan 16,96% dari nilai produk. Sedangkan keuntungan sebesar Rp 6.280,84 per kg atau 68,15% dari nilai tambah dan 36,29% dari nilai produk. Analisis yang terakhir yaitu rantai nilai. Aktivitas memiliki skor tertinggi adalah aktivitas logistik keluar yaitu sebesar 0,40 untuk aktivitas primer dan aktivitas pengembangan teknologi dengan skor 0,18 untuk aktivitas sekunder. Sedangkan terendah adalah aktivitas pelayanan dengan skor sebesar 0,16 untuk aktivitas primer dan aktivitas manajemen sumber daya manusia (MSDM) dengan skor sebesar 0,09 untuk aktivitas sekunder. Saran untuk penelitian ini yaitu UKM memerlukan penerapan manajemen yang baik seperti perencanaan pembelian, perencanaan bahan baku, perencanaan keuangan dan sebagainya. Penerapan manajemen yang baik akan berdampak pada berjalannya usaha yang baik. Sedangkan berdasarkan hasil rantai nilai, aktivitas yang memiliki skor tertinggi harus diperhatikan karena merupakan keunggulan dari UKM. Aktivitas yang memiliki skor terendah perlu perbaikan dan perhatian lebih sehingga dapat meningkatkan kinerja. Salah satu cara perbaikan yaitu dengan menerapkan kriteria-kriteria pekerja dan adanya layanan konsumen untuk berhubungan langsung dengan pihak UKM.