Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabe Jawa (Piper Retrofractum. Vahl) pada Sistem Polatanam Monokultur dan Tumpangsari dengan Tanaman Palawija (Studi Kasus Desa Bluto, Kecamatan Bluto, Kabupat
Main Author: | Maulana, Ghifri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131420/ |
Daftar Isi:
- Tanaman cabe jawa merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai rempah-rempah untuk penyedap rasa masakan atau obat herbal. Tanaman cabe jawa sendiri memiliki berbagai manfaat khususnya sebagai obat-obatan. Banyaknya permintaan akan komoditas tersebut membuat harga yang ditawarkan relatif tinggi sehingga banyak petani khususnya di daerah Bluto membudidayakan tanaman tersebut dengan menggunakan sistem perkebunan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis kelayakan, perbedaan biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani cabe jawa antara polatanam monokultur dan tumpangsari di Desa Bluto Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep, serta menganalisis sensitivitas usahatani cabe jawa terhadap penurunan produksi buah, penurunan harga jual buah, kenaikan biaya produksi kombinasi dari perubahan-perubahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, dalam penentuan daerah menggunakan gugus bertahap dimana daerah yang diteliti merupakan sentra atau daerah penghasil tanaman cabe jawa, sedangkan untuk penentuan responden menggunakan purposive sampling dimana pengambilan sampel secara sengaja dengan persyaratan yang diperlukan. Untuk penentuan metode alat analisis yang digunakan yakni dengan analisis arus uang tunai (Cash Flow), analisis kelayakan (Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), IRR (Internal Rate Return), dan Payback Periode) dan analisis sensitivitas, untuk menganalisis tingkat kepekaan usahatani tanaman cabe jawa terhadap perubahan biaya produksi dan penurunan harga yang terjadi pada tahun yang akan datang. Hasil analisis usahatani sistem monokultur dan sistem tumpangsari memiliki aliran kas yang berbeda. Pada sistem monokultur biaya investasi tahun pertama Rp Rp 15,785,962/Ha/Tahun dan pada tahun kelima Rp Rp 9,405,128/Ha/Tahun, sedangkan untuk yang dikeluarkan pada biaya investasi luasan Rp 15,759,057/Luas/Tahun dan pada tahun kelima sebesar Rp 8,940,256/Luas/Tahun, serta pendapatan yang di peroleh dari hasil usahatani cabe jawa yakni sebesar Rp 9,133,259/Ha/Tahun dan rata-rata per satuan luasan Rp 4,237,792. Sedangkan pada sistem tumpangsari baiya investasi yang di keluarkan tahun pertama sebesar Rp 9,556,595/Ha/Tahun dan pada tahun kelima Rp Rp 9,677,638/Ha/Tahun, sedangkan untuk biaya investasi luasan Rp 6,312,456/Luas/Tahun dan pada tahun kelima sebesar Rp 4,472,786/Luas/Tahun, serta pendapatan yang di peroleh dari hasil usahatani cabe jawa yakni sebesar Rp 6,919,713/Ha/Tahun dan rata-rata per satuan luasan Rp 3,141,883/tahun. Pengujian beda rata-rata (t tabel) pada luasan lahan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel maka H1 siterima dan H0 ditolak dengan taraf kepercayaan sebesar 95% (α= 0,025) yang berarti pendapatan usahatani dengan sistem monokultur, berbeda secara nyata dengan usahatani dengan sistem tumpangsari. ii Analisis kelayakan usahatani cabe jawa dengan sistem monokultur dan dengan sistem tumpangsari, memiliki nilai NPV sebesar Rp 31,586,597/Ha/tahun rata-rata per satuan hektar dan Rp 13,415,710/tahun rata-rata per satuan luasan dan nilai IRR sebesar 16.30% pada rata-rata per satuan hektar serta 14.35% pada rata-rata per satuan luasan, sedangkan untuk nilai Net B/C sebesar 1.744 pada rata-rata per satuan hektar. Sedangkan dengan sistem tumpangsari nilai NPV sebesar Rp 24,821,458rata-rata per satuan hektar Rp 13,415,710/ tahun rata-rata per satuan luasan, dan nilai IRR sebesar 17.40% pada rata-rata per satuan hektar serta 16.56% pada rata-rata per satuan luasan, sedangkan untuk nilai Net B/C sebesar 1.694 pada rata-rata per satuan hektar serta 1.580 pada rata-rata per satuan luasan. Tingkat kepekaan usahatani cabe jawa dengan sistem monokultur tidak terlalu sensitiv terhadap kenaikan biaya produksi dari 25-45% namun pada tingkat penurunan harga sebesar 45% cabe jawa dengan sistem monokultur nilai NPV yang di peroleh yakni -1,722,577 yang bernilai negatif, dan nilai IRR sebesar 2.85% sedangkan Net B/C sebesar 0.959, sehingga nilai dari analisis kelayakan tersebut tidak termasuk dalam kriteria layak. Hasil analisis aliran arus kas menunjukan bahwa usahatani cabe jawa dengan sistem monokultur menguntungkan untuk diusahakan, meskipun biaya yang dibutuhkan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk usahatani cabe jawa dengan sistem tumpangsari. Kelayakan usahatani cabe jawa dengan sistem monokultur layak untuk dikembangkan, hal ini dikarenakan hasil analisis yang dilakukan menunjukan nilai yang lebih besar dari hasil analisis kelayakan pada usahatani cabe jawa dengan sistem tumpangsari.