Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Daun (Allium Ampeloprasum) Anorganik Dan Organik Di Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Main Author: | Jamaludin, Muhammad |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131409/ |
Daftar Isi:
- Pada tahun 2012 terdapat sentra produksi bawang daun di Indonesia yang terdiri dari 4 Provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara. Jawa Barat dengan kontribusi sebesar 31,75% terhadap produksi bawang daun nasional, Jawa Tengah Sebesar 21,62%, Jawa Timur sebesar 21,06% dan Sulawesi Utara sebesar 7,75% (Dirjen Hortikultura 2012). Bawang daun organik dan anorganik keduanya memiliki potensi dan keunggulan untuk di kembangkan.Terdapat perbedaan pendapat dan keuntungan antara usahatani bawang daun organik dan anorganik. Perbedaan pendapatan, biaya, dan keuntungan sebagai pedoman petani dalam berusahatani. Penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat kelayakan Dan Perbedaan dari usahatani bawang daun secara organik dan anorganik di Desa Girirpurno, kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) menganalisis kelayakan dari usahtani bawang daun dengan budidaya secara anorganik dan organik di Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, 2) menganalisis perbedaan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan bawang daun anorganik dan organik di Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Metode pemilihan lokasi yang digunakan dalam penelitian yaitu purposive atau penunjukan dimana daerah yang diteliti mulai banyak yang melakukan budidaya bawang daun, sedangkan untuk penentuan sampel menggunakan sensus karena jumlah sampel yang kurang dari 40. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu 1) wawancara, 2) observasi, dan 3) dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan kondisi secara umum usahatani bawang daun dan untuk kuantitatif digunakan sebagai analisis kelayakan usahatani bawang daun. Analisis kuantitatif yang digunakan meliputu : Analisis biaya, analisis penerimaan, analisis pendapatan, analisis R/C Rasio, analisis BEP, dan analisis uji beda rata-rata. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini: untuk kelayakan Nilai R/C Rasio yang didapatkan untuk usahatani bawang daun anorganik per luasan lahan sebesar 2,9. Sedangkan untuk R/C Rasio usahatani bawang daun organik per luasan lahan sebesar 2,8. Selain perhitungan R/C Rasio perluasan lahan juga dilakukan perhitungan R/C Rasio per satu hektara lahan. R/C Rasio yang didaptakan pada usahatani bawang daun anorganik untuk luasan per 1 hektar lahan sebesar 2,9 dan untuk R/C Rasio usahatani bawang daun organik dengan luasan per satu hektar lahan 2,8. Pada analisis kelayakan usahatani, jika diperoleh R/C Rasio yang didapat lebih dari 1 maka usaha tersebut layak untuk di usahakan. Analisis kelayakan usahatani bawang daun juga menggunakan BEP. Hasil BEP Unit per luasan lahan untuk bawang daun anorganik 1.133,9 Kg dan bawang daun organik 616,1 Kg. BEP unit dari per luasan satu hektar lahan untuk bawang daun anorganik 4856,8 Kg dan bawang daun organik 4.041,1 Kg. BEP rupiah per luasan lahan untuk bawang daun anorganik Rp 2.562,1 dan bawang daun organik Rp 2.625,5. Sedangkan untuk BEP Rupiah per satu hektar lahan bawang daun anorganik Rp 2.629,1 dan bawang daun iii organik Rp 2.743,3. Pada uji t didapatakan perbedaan biaya, penerimaan dan pendapatan dari usahatani bawang daun anorganik dan organik berbeda secara nyata. Perbedaan tersebut dikarenakan bawang daun organik hasilnya rendah dan susah untuk dilakukan pemasaran. Saran dari penelitian yaitu untuk tetap menjaga produktivitas bawang daun agar mendapatan keuntungan yang tinggi dengan cara selalu memperhatikan kesuburan tanah, memberikan pupuk dan pestisida sesuai dengan anjuran dan menerapkan teknologi inovasi yang baru.