Hubungan Antara Sifat Inovasi Dengan Tingkat Adopsi Petani Pada Inovasi Teknik Tanam Sebar (Studi Kasus Petani Padi Di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun) -
Main Author: | Septiana, RatrionitaPangestika |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131400/ |
Daftar Isi:
- Padi merupakan komoditas pangan yang utama bagi masyarakat di Indonesia sehingga permintaan beras mengalami peningkatan. Meskipun ada peningkatan produksi menurut BPS (2014) 5,85 persen, pemerintah Indonesia masih melakukan impor dengan jumlah sekitar 3 juta ton beras dari salah satu negara pengimpor beras terbesar di Indonesia yaitu Vietnam. Keadaan ini disebabkan karena harga beras lokal lebih mahal daripada harga beras impor. Selain itu, belum ditemukan teknologi baru yang dapat meningkatkan produksi serta kemampuan sebagian besar petani yang masih terbatas dalam mengelola usahatani mereka. Permasalahan dibidang pertanian tanaman pangan khususnya padi sawah baru muncul beberapa tahun belakangan yaitu kurangnya ketersediaan tenaga kerja untuk kegiatan produksi. Menurut BPS (2015), jumlah tenaga kerja dibidang pertanian semakin menurun menjadi 40,83 juta orang pada tahun 2014. Tahun 2011 mulai dikembangkan inovasi teknik Tanam Sebar yang salah satu manfaatnya yaitu mengehemat tenaga kerja tanam. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana sifat inovasi, tingkat adopsi dan hubungan antara sifat inovasi dan tingkat adopsi petani. Lokasi penelitian dipilih dengan metode purposive sementara itu penentuan responden dilakukan secara sensus dengan 30 petani yang telah menerapkan teknik Tanam Sebar di Desa Kaibon. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan metode deskriptif dibantu dengan skala likert untuk mengetahui sifat inovasi dan tingkat adopsi petani, sedangkan untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut menggunakan Korelasi Rank Spearman. Sifat inovasi teknik Tanam Sebar termasuk dalam kategori tinggi yaitu keuntungan relatif 92 persen, kesesuaian 93,33 persen, kompleksitas 92,22 persen, trialibilitas 94,44 persen, dan observabilitas 83,7 persen. Artinya sifat inovasi teknik Tanam Sebar dengan mudah dapat diterima petani. Selain itu, tingkat adopsi petani terhadap teknik Tanam Sebar juga tinggi yaitu pada tahap pengetahuan 86,1 persen, persuasi 94,44 persen, keputusan 93,33 persen, pelaksanaan 80 persen dan konfirmasi 87,41 persen. Hal ini berarti petani memiliki kemudahan untuk menerima atau mengadopsi suatu teknik baru. Sifat inovasi variabel keuntungan relatif dan dapat diamati memiliki hubungan yang linear positif dengan tingkat adopsi. Sedangkan sifat inovasi variabel kesesuaian, kerumitan dan dapat dicoba memiliki hubungan linear negatif dengan tingkat adopsi. Petani sebaiknya lebih aktif untuk mencari informasi baru mengenai teknik Tanam Sebar. Bagi pemerintah diharapkan untuk menindaklanjuti dan meningkatkan penyuluhan untuk teknik Tanam Sebar agar kedepannya dapat diprogramkan dan diterapkan di wilayah Indonesia. Untuk para ilmuwan, diperlukan pengkajian lebih lanjut bagaimana kelemahan dari teknik ini Tanam Sebar ini dapat dikurangi.