Insiden Penyakit Yang Disebabkan Virus Pada Tanaman Cabai Capsicum Annuum L. Di Kabupaten Blitar

Main Author: Kristinasari, DwiArista
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131394/
Daftar Isi:
  • Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditi sayuran yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah sebagai sentra cabai yang berkonstribusi memasok cabai sebesar 9,66% untuk memenuhi kebutuhan nasional pada tahun 2010-2014 (Indarti, 2015). Berdasarkan Badan Pusat Stratistik Jawa Timur pada tahun 2014, cabai merupakan salah satu komoditi unggulan di Jawa Timur dengan produksi sebesar 111.02 ton yang dipasok dari beberapa kabupaten sebagai sentra cabai, salah satunya adalah Kabupaten Blitar yang berada pada urutan ke tiga dengan produksi sebesar 15,830 ton (BPS Jawa Timur, 2015). Cabai banyak dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Blitar karena memiliki harga jual tinggi, selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Budidaya cabai sering mengalami masalah akibat seranga penyakit salah satunya virus. Virus menyebabkan perubahan morfologi pada tanaman. Virus mudah tersebar diberbagai wilayah disebabkan oleh serangga vektor. Geminivirus memiliki vektor spesifik yaitu Bemisia tabaci, sedangkan Cucumber mosaic virus ditularkan melalui Aphis sp. Survei telah dilaksanakan di pusat-pusat budidaya cabai dengan dua ketinggian yang berbeda di Kabupaten Blitar yaitu 100– 250m dpl meliputi Kecamatan Sutojayan, Srengat, Ponggok dan pada ketinggian 250-500m dpl yaitu di Bakung, Kademangan dan Wonotirto. Pelaksanaan penelitian pada bulan Februari sampai Maret 2016. Data penelitian dianalisis secara deskriptif, korelasi dan regresi. Pengamatan penyakit tanaman cabai di lahan Kabupaten Blitar menunjukkan gejala terinfeksi virus. Tanaman yang terinfeksi jenis Geminivirus memiliki tipe gejala daun berwarna kuning, hijau terang, malformasi (perubahan bentuk daun seperti keriting, cupping) serta kerdil. Sedangkan tipe gejala serangan Cucumber mosaic virus menunjukkan permukaan daun mosaik, daun menyempit serta distorsi (daun menggulung ke bawah). Tingkat serangan Geminivirus pada dua ketinggian menunjukkan hasil beda nyata, pada ketinggian 250-500m dpl lebih tinggi dibandingkan ketinggian 100-250m dpl. Tingkat serangan Cucumber mosaic virus pada dua ketinggian hasil tidak berbeda nyata. Hubungan Bemisia tabaci dengan Geminivirus pada ketinggian 100-250 m dpl memiliki nilai korelasi sebesar 0,119 dengan kategori sangat lemah, dibandingkan ketinggian 250-500 m dpl yaitu 0,527 dengan kategori kuat. Hasil analisis regresi Bemisia tabaci dan Geminivirus diketinggian 100-250 diperoleh persamaan y=1,758x + 38,189 dengan R2 0,014 sedangkan di ketinggian 250-500 yaitu y=3,444x + 57,16 dengan R2 0,277. Hubungan Aphis sp dengan Cucumber mosaic virus dianalisis secara diskriptif karena keberadaan populasi Aphis sp serta insiden penyakit akibat Cucumber mosaic virus yang rendah di lapang diduga disebabkan pengelolaan yang diterapkan oleh petani seperti penggunaan varietas, pengendalian kimia, serta adanya musim penghujan.