Analisis Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Merek Benih Padi Bersertifikat Menurut Petani (Kasus Di Desa Sawahan Kecamatan Lengkong – Nganjuk)
Main Author: | Permana, AlbyIrsyadSandia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131393/ |
Daftar Isi:
- Benih bersertifikat adalah benih yang telah dinyatakan lolos pada tahap proses pengujian sertifikasi benih. Tahapan pengujian sertifikasi meliputi tahapan pengujian butir apung, pengujian kadar air, pengujian CVL (campuran varietas lain). Setelah dinyatakan lulus pada proses pengujian yang dilakukan di BPSB (Balai Pengkajian Sertifikasi Benih) perusahaan benih mendapatkan label sertifikasi dari BPSB sebagai bukti bahwa benih tersebut adalah benih bersertifikat. Para petani di Desa Sawahan cenderung menggunakan benih bersertifikat dibanding menggunakan benih lokal karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi. Selain berlabel resmi dari Badan Pusat Sertifikasi Benih (BPSB), benih bersertifikat juga diproduksi oleh perusahaan benih baik perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta yang mempunyai standar khusus yang sama dengan BPSB sehingga petani semakin yakin dalam menggunakan benih bersertifikat. Penggunaan benih padi bersertifikat di Indonesia cukup tinggi hal tersebut dikarenakan masyarakat petani kita adalah petani padi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis pada kinerja satu tahun Kementerian Pertanian tahun 2015 dituliskan produksi padi mencapai 75,55 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) atau naik 4,70 juta ton (6,64%) dibandingkan tahun 2015(BPS, 2015). Kenaikkan tersebut terjadi dikarenakan wilayah-wilayah sentra padi di Indonesia juga mengalami kenaikan produksi. Salah satu wilayah sentra padi di Indonesia yang mengalami kenaikkan produksi cukup tinggi adalah Jawa Timur. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur tahun 2014, Provinsi Jawa Timur mengalami surplus produksi gabah kering giling (GKG) dengan capaian 12,79 ton yang selanjutnya menjadi stok nasional (BAPEDA JATIM, 2014). Keberhasilan surplus produksi gabah kering giling (GKG) didasarkan produksi panen padi yang meningkat dari tiap-tiap kabupaten di Jawa Timur sebagai sentra produksi padi. Salah satu kabupaten di Jawa Timur sebagai sentra produksi padi adalah Kabupaten Nganjuk (BAPEDA JATIM, 2014). Petani di Desa Sawahan Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk cenderung menggunakan benih bersertifikat merek PT Petrokimia Gresik dan PP Kerja Boyolali. Kedua merek tersebut dirasa petani memiliki keunggulan dibandingkan dengan benih padi bersertifikat merek lain. Setelah menguji atribut-atribut menggunakan Qoqhran Q didapatkan benih padi bersertifikat merek PT Petrokimia Gresik didapatkan hasil bahwa dari 12 atribut yang digunakan dalam penelitian ini, atribut-atribut yang terpilih atau yang dipertimbangkan oleh responden untuk benih padi bersertifikat merek PT. Petrokimia Gresik sebanyak 7 atribut antara lain antara lain panjang malai, benih bermutu, banyak bulir, umur panen, kadaluarsa, daya tumbuh dan produksi hasil. Sementara itu, untuk 4 atribut antara lain harga, kemudahan mendapatkan informasi, kemudahan diperoleh dan merek tidak dipertimbangkan oleh responden sementara untuk benih padi iv bersertifikat merek PP Kerja Boyolali didapatkan sebanyak 9 atribut yang lolos uji antara lain antara lain harga, panjang malai, banyak bulir, umur panen, label, kemudahan diperoleh, kadaluarsa, daya tumbuh dan produksi. Hasil dari diagram Cartesius benih padi bersertifikat merek PT Petrokimia Gesik menunjukkan bahwa atribut panjang malai berada pada kuadran III, atribut banyak bulir berapa pada kuadran IV, atribut umur panen, kadaluarsa, daya tumbuh, produksi berada pada kuadran 2 sementara pada dari diagram Cartesius benih padi bersertifikat merek PP Kerja Boyolali menunjukkan bahwa atribut harga, panjang malai, banyak bulir, kadaluarsa dan produksi berada pada kuadran II dengan tingkat kepentingan yang tinggi dan kinerja yang baik. Atribut umur panen, label dan daya tumbuh berada pada kuadran 4, atribut tersebut memiliki kinerja yang baik namun belum dianggap penting oleh petani sementara atribut kemudahan diperoleh berada pada kuadran I dengan tingkat kepentingan yang tinggi namu memiliki kinerja rendah.