Pengembangan Komoditas Citrus Reticulata Batu 55 Melalui Program Keproknisasi Dalam Upaya Memberdayakan Masyarakat Tani Di Desa Kucur (Studi Kasus Di Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kab

Main Author: Wijaya, IGustiAyuAdeAnggi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131365/
Daftar Isi:
  • Pengembangan jeruk keprok batu 55 tidak luput dari adanya hambatan. Hambatan yang dihadapi petani diantaranya pengalaman usahatani mengenai program jeruk iris yang dilakukan di Desa Kucur pada tahun 1994 sampai saat ini sudah 10 tahunan belum juga menghasilkan buah. Selain itu sumber air dijadikan kendala petani dalam melakukan usahatani jeruk, dikarenakan air di Desa Kucur bersumber dari gunung. Penyakit jeruk juga dijadikan kendala pengembangan jeruk keprok batu 55 yaitu CVPD yang merupakan penyakit yang ditakuti sebagian besar petani jeruk. Kompetitor jeruk pesaing yaitu jeruk pontianak Kemudian kendala ketersediaan pupuk kandang yaitu kambing yang tidak mudah bagi petani dikarenakan harus melakukan pemesanan terlebih dahulu di supplier. Potensi besar yang dimiliki Desa Kucur dalam melakukan pengembangan jeruk keprok batu 55 diantaranya pengalaman usahatani petani dalam membudidayakan jeruk di Desa Kucur. Modal, modal yang disediakan pemerintah hampir sepenuhnya khususnya modal awal, dapat mendukung petani memilih untuk melakukan usaha tani jeruk keprok batu 55. Harga jeruk keprok dipasar tinggi dibandingkan harga jeruk pesaing mempengaruhi petani dalam memilih untuk membudidayakan jeruk keprok batu 55. Pendampingan berkaitan erat dengan keberhasilan suatu pemberdayaan. Motivasi petani yang menginginkan adanya perubahan dan mudah dalam menerima motivasi sangat tinggi mendukung pengembangan jeruk keprok batu 55. Permintaan pasar yang tinggi akan buah jeruk keprok akan mempengaruhi petani untuk mengikuti program pengembangan jeruk keprok batu 55. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pengembangan agribisnis jeruk keprok batu 55 perlu mendapat perhatian dari pemerintah mengingat potensinya yang besar sehingga campur tangan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan agribisnis jeruk keprok batu 55. Dalam hal ini, program merupakan suatu langkah strategis yang dapat mendorong perbaikan pengetahuan masyarakat tani dalam mengelola usahataninya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan program keproknisasi, (2)Mendeskripsikan persepsi petani terhadap keberhasilan program keproknisasi, (3) Mendeskripsikan program pelatihan yang dilaksanakan dalam pengembangan program keproknisasi, (4) Menganalisis hubungan faktor pendukung dan faktor penghambat terhadap perubahan perilaku petani dalam program keproknisasi, (5)Menganalisis hubungan program pelatihan terhadap perubahan perilaku petani dalam program keproknisasi, dan (6) Menganalis hubungan perubahan perilaku setelah adanya program terhadap aspek sosial dan ekonomi masyakarat tani yang mempengaruhi kesejahteraan petani. Jenis penelitian ini adalah explanatory research (penelitian penjelasan), menggunakan pendekatan kuantitatif yang didiskripsikan secara kualitatif. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan 90 pertimbangan bahwa Desa Kucur Kecamatan Dau memiliki potensi pengembangan jeruk keprok batu 55. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan pendekatan simple random sampling sebanyak 33 petani. Metode analisis yang digunakan adalah analisis secara deskriptif dengan menggunakan skala likert atau skoring. Sedangkan untuk menganalisis hubungan antar variabel menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rho). Hasil penelitian menunjukan faktor pendukung yang tergolong kategori tinggi dalam pengembangan agribisnis jeruk keprok batu 55 adalah modal, sedangkan faktor penghambat yang tertinggi dalam pengembangan agribisnis jeruk keprok batu 55 adalah kompetitor jeruk pesaing. Persepsi petani dalam mengukur tingkat keberhasilan program keproknisasi batu 55 yang diterimanya. Kegiatan yang paling berhasil menurut petani pada kegiatan perencanaan adalah penentuan jadwal. Sedangkan kegiatan pelaksanaan yang paling berhasil menurut petani adalah pemanenan. Program pelatihan dalam pengembangan agribisnis jeruk keprok batu 55 terdiri dari hulu, usahatani dan hilir. Program pelatihan pada subsistem hulu yang termasuk dalam kategori tinggi adalah pemilihan bibit, sedangkan program pelatihan pada subsistem usahatani yang termasuk dalam kategori tinggi adalah pengolahan lahan. Selanjutnya program pelatihan pada subsistem hilir yang termasuk kategori tinggi adalah sortir dan grading. Faktor pendukung yang memiliki hubungan dengan perubahan perilaku yang paling tinggi adalah pengalaman usahatani. Sedangkan faktor penghambat yang memiliki hubungan paling tinggi dengan perubahan perilaku adalah pengalaman gagal panen. Program pelatihan pada subsistem hulu yang memiliki hubungan dengan perubahan perilaku paling tinggi adalah kegiatan pemilihan pupuk. Sedangkang pada subsistem usahatani yang memiliki hubungan dengan perubahan perilaku yang paling tinggi adalah kegiatan pelatihan pemanenan. Sedangkan program pelatihan pada susbsistem hilir tidak ada hubungannya dengan perubahan perilaku. Tingkat keberhasilan pemberdayaan dilihat dari aspek sosial dan aspek ekonomi. Persentase perubahan perilaku setelah adanya program memiliki hubungan dengan aspek ekonomi adalah sikap, sedangkan perubahan perilaku tidak memiliki hubungan dengan aspek social. Saran yang dapat diberikan pada pengembangan jeruk keprok batu 55 di Desa Kucur adalah untuk petani, pada pelaksanaan kegiatan usahatani jeruk keprok batu 55 sebaiknya petani mengikuti semua kegiatan pelatihan untuk memperbesar kemungkinan berhasil dalam budidaya. Untuk lembaga terkait, perlu adanya peningkatan peran dalam dalam memberikan akses informasi pasar dan penanganan pasca panen agar petani mampu meningkatkan nilai tambah hasil produksi. Selain itu, kegiatan pemberdayaan di daerah penelitian sebaiknya lebih dioptimalkan lagi agar seluruh petani mampu menerima program keproknisasi dengan positif dan menjadikan kehidupan mereka lebih sejahtera.