Hubungan Antara Pelatihan Dengan Kualitas Pelaku Usaha Binaan Inkubator Bisnis (Inbis) Dinas Koperasi Dan Umkm Kabupaten Jember
Main Author: | Sugiarti, Fitri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131340/ |
Daftar Isi:
- Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 merupakan realisasi di kawasan Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai dari KTT ASEAN di Singapura tahun 1992. Pembentukan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategi yang mampu memberikan peluang bagi Negara Indonesia. Salah satu peluang yang mampu diraih adalah memperluas jangkuan pemasaran dan jasa dari Indonesia ke Negara ASEAN. Hal ini sejalan dengan banyaknya wirausahawan di Indonesia baik usaha dalam skala besar, menengah, kecil maupun mikro. Namun kebanyakan wirausaha yang berada di Negara Indonesia adalah usaha berskala mikro, kecil, dan menengah atau yang sering dikenal dengan sebutan UMKM salah satunya adalah Kabupaten Jember. UMKM di Kabupaten Jember merupakan sektor yang banyak menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan penyerapan tenaga kerja. Namun UMKM di Kabupaten Jember banyak mengalami permasalahan. Permasalahan UMKM berasal dari pelaku usaha seperti rendahnya motivasi, pengetahuan mengenai konsep wirausaha, strategi pemasaran maupun manajemen keuangan. Oleh karena itu, Inkubator Bisnis (INBIS) sebagai salah satu wadah inkubasi pelaku usaha binaan INBIS melakukan pelatihan dan bimbingan usaha kepada pelaku usaha binaan. Tujuan penelitian adalah menganalisis peran pendamping dalam memberikan pelatihan kepada pelaku usaha binaan INBIS, menganalisis kualitas pelaku usaha. Tujuan yang terakhir adalah menganalisis hubungan antara kegiatan pelatihan terhadap kualitas pelaku usaha binaan. Metode analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan uji rank spearman dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum peran pendamping dalam memberikan pelatihan mendapatkan skor total sebesar 32,83 atau 89,8 persen dari total maksimal sebesar 36, sedangkan kualitas pelaku usaha binaan INBIS secara keseluruhan mendapatkan skor 16,17 atau 75,06 persen dari total maksimal sebesar 21. Dari hasil yang telah didapat peran pendamping dalam memberikan pelatihan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan kualitas pelaku usaha binaan mendapatkan kategori sedang. Hubungan antara pelatihan dengan kualitas pelaku usaha binaan secara keseluruhan mendapatkan hasil perhitungan menggunakan uji rank spearman (rs) sebesar 0,88 dan uji thitung sebesar 6,33. Dari perhitungan rs mampu dijelaskan antara pelatihan dengan kualitas pelaku memiliki hubungan sangat kuat dan berhubungan linier positif dengan maksud semakin besar variabel pelatihan yang disebabkan oleh peran pendamping maka akan semakin besar pula variabel kualitas pelaku usaha binaan yang didapatkan. Dari hasil yang telah diperoleh kegiatan pelatihan menunjukkan hubungan yang positif dengan kualitas pelaku usaha, sehingga kegiatan pelatihan baik untuk dilanjutkan demi meningkatkan kualitas pelaku usaha binaan. Kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi MEA masih belum terlalu siap dengan adanya MEA. Hal ini dikarena meskipun mereka telah memiliki strategi yang didapatkan dari pelatihan, mereka belum mengimplementasikan strategi tersebut ke dalam usahanya. ii Saran yang direkomendasikan dalam penelitian adalah, tetap dipertahankannya peran pendamping dalam memberikan pelatihan, pelaku usaha binaan harus mampu membangun motivasi dalam diri mereka masing-masing, perlu adanya pengkontrolan lebih terhadap implementasi manajemen keuangan dan dalam mengahadapi MEA pelaku usaha harus mampu menjalankan strartegi yang telah dimiliki untuk bersaing maupun bertahan.