Analisis Komparatif Kemitraan Antara Petani Tebu Rakyat Mandiri Dengan Petani Tebu Rakyat Gapoktan Pada Pabrik Gula Takalar, Sulawesi Selatan
Main Author: | Rahandari, Riantria |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131313/ |
Daftar Isi:
- Komoditas tebu (Saccharum officanarum l) merupakan salah satu komoditas pertanian yang berorientasi pasar dan mempunyai peranan penting bagi masyarakat, yaitu dapat menumbuhkan banyak kesempatan kerja, mulai dari kegiatan penyediaan bahan baku pembuatan gula (tebu) sampai dengan proses pengolahan hasil menjadi gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia karena kebutuhannya semakin meningkat setiap tahun baik untuk rumah tangga maupun industri. Namun saat ini, jumlah produksi gula tidak sebanding dengan jumlah konsumsi gula di Indonesia. Rendahnya produksi gula ini disebabkan karena penurunan luas lahan, teknik budidaya yang belum sesuai, dan kesulitan modal. Oleh sebab itu, dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas tebu sebagai bahan baku gula di Indonesia diperlukan peran serta perusahaan besar untuk membantu dalam pengembangan petani kecil dalam bentuk kemitraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan pola kemitraan, produktivitas usahatani tebu, dan pendapatan usahatani tebu antara petani Tebu Rakyat Mandiri dengan petani Tebu Rakyat Gapoktan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei tahun 2016 pada Pabrik Gula Takalar. Metode penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode multistage sampling atau pemilihan sampel secara bertingkat. Pemilihan sampel dengan menggunakan metode ini dikarenakan jumlah populasi petani Tebu Rakyat Mandiri dan petani Tebu Rakyat Gapoktan cukup banyak dan tersebar dibeberapa wilayah yang berbeda. Berdasarkan metode tersebut, responden yang dipilih yaitu petani Tebu Rakyat Mandiri dan petani Tebu Rakyat Gapoktan pada kabupaten Takalar, kecamatan Polongbangkeng Utara, Desa Parangbaddo dan Desa Massamaturu, serta dusun Parangbaddo dan dusun Panaikang pada Desa Parangbaddo, dusun Bonto Rannu I dan dusun Bonto Rannu II pada Desa Massamaturu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Model Interaktif dari Miles and Huberman untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu untuk mengidentifikasi perbedaan pola kemitraan antara petani Tebu Rakyat Mandiri dan petani Tebu Rakyat Gapoktan. Analisis selanjutnya menggunakan analisis usahatani untuk mengetahui pendapatan usahatani tebu petani Tebu Rakyat Mandiri dan petani Tebu Rakyat Gapoktan. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara produktivitas usahatani tebu dan pendapatan usahatani tebu petani Tebu Rakyat Mandiri dan petani Tebu Rakyat Gapoktan digunakan analisis Uji Beda Rata-rata atau Uji- t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola kemitraan antara petani Tebu Rakyat Mandiri dengan petani Tebu Rakyat Gapoktan. Pola kemitraan yang dijalin antara petani Tebu Rakyat Mandiri dengan PG. Takalar adalah pola kemitraan subkontrak, sedangkan pola kemitraan yang dijalin antara petani Tebu Rakyat Gapoktan dengan PG. Takalar adalah pola kemitraan intiplasma. Perbedaan pola kemitraan antara petani Tebu Rakyat Mandiri dengan 1 petani Tebu Rakyat Gapoktan disebabkan karena adanya perbedaan pelaksanaan serta hak dan kewajiban yang mengikat masing-masing mitra dari PG. Takalar ini. Produktivitas usahatani tebu Petani Tebu Rakyat Mandiri di Desa Parangbaddo dan Desa Massamaturu yaitu 44,2 ton/ha sedangkan produktivitas usahatani tebu Petani Tebu Rakyat Gapoktan di Desa Parangbaddo dan Desa Massamaturu yaitu 47,9 ton/ha. Tingginya produktivitas usahatani tebu petani Tebu Rakyat Gapoktan ini disebabkan karena petani Tebu Rakyat Gapoktan melakukan perawatan yang lebih baik. Salah satunya yaitu melakukan pengolahan tanah dengan menggunakan alat seperti traktor tangan. Penggunaan alat tersebut dinilai mampu mengolah tanah lebih baik dibandingkan dengan menggunakan alat sederhana seperti cangkul. Walaupun hasil tersebut menunjukkan bahwa produktivitas usahatani tebu milik petani Tebu Rakyat Gapoktan lebih tinggi dibandingkan produktivitas usahatani tebu milik petani Tebu Rakyat Mandiri, namun secara statistik hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (t = -0,455 ; α = 0,544) antara produktivitas usahatani tebu milik petani Tebu Rakyat Mandiri dengan produktivitas usahatani tebu milik petani Tebu Rakyat Gapoktan. Rata-rata pendapatan usahatani tebu per ha Petani Tebu Rakyat Mandiri di Desa Parangbaddo dan Desa Massamaturu yaitu sebesar Rp. 8.192.390 sedangkan rata-rata pendapatan usahatani tebu per ha petani Tebu Rakyat Gapoktan di Desa Parangbaddo dan Desa Massamaturu yaitu sebesar Rp. 5.135.966. Tingginya biaya total yang harus dibayarkan petani Tebu Rakyat Gapoktan menyebabkan pendapatan yang diterima petani Tebu Rakyat Gapoktan rendah, padahal jika dilihat dari jumlah penerimaan petani Tebu Rakyat Gapoktan lebih tinggi dibandingkan petani Tebu Rakyat Mandiri. Tingginya biaya total yang harus dikeluarkan petani Tebu Rakyat Gapoktan dikarenakan petani Tebu Rakyat Gapoktan menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak, selain itu petani Tebu Rakyat Gapoktan tidak menerima hasil tetes nya melainkan harus membayar iuran kelompok ataupun iuran KPTR dengan rata-rata sebesar Rp. 1.438.459. Hal ini tentunya berbeda dengan petani Tebu Rakyat Mandiri yang tidak membayar iuran kelompok ataupun iuran KPTR. Walaupun hasil tersebut menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tebu milik petani Tebu Rakyat Mandiri lebih tinggi dibandingkan pendapatan usahatani tebu milik petani Tebu Rakyat Gapoktan, namun secara statistik hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (t = 1,515 ; α = 0,054) antara pendapatan usahatani tebu milik petani Tebu Rakyat Mandiri dengan pendapatan usahatani tebu milik petani Tebu Rakyat Gapoktan.