Perubahan Sosial Petani Suku Tengger Setelah Bermitra Dengan Pt. Suryajaya Abadiperkasa Di Bidang Budidaya Jamur Kancing (Studi Kasus Di Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jaw
Main Author: | Maulid, Ardian |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131306/ |
Daftar Isi:
- Pada tahun 2010 terjadi bencana alam erupsi Gunung Bromo yang menimpa kawasan tempat tinggal petani suku Tengger. Akibat dari bencana ini banyak petani di Desa Wonokerto mengalami kerugian, dikarenakan rumah-rumah maupun tanaman pertanian yang mereka tanam menjadi mati terkena abu vulkanik. Lahan-lahan petani yang sebelum adalah lahan yang sangatlah subur, namun setelah terjadinya bencana erupsi Gunung Bromo lahan tersebut menjadi rusak dan tidak bisa ditanami karena masih tertutup abu vulkanik. Sehingga kegiatan bertani yang menjadi matapencaharian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka menjadi hilang. Pada tahun 2013 salahsatu perusahaan swasta yang berada di Kabupaten Probolinggo memberi solusi kepada petani yang menjadi korban erupsi Gunung Bromo berupa pembinaan dalam bidang Budidaya Jamur Kancing dalam bentuk program kemitraan, perusahaan tersebut adalah PT. Suryajaya Abadiperkasa. Hal ini bertujuan untuk meringankan beban mereka yang kehilangan mata pencaharian karena lahan mereka masih belum bisa ditanami. Dari kemitraan yang telah dijalani kehidupan mereka pulih kembali. Program kemitraan yang dijalankan memberikan keuntungan bagi petani maupun perusahaan. Petani yang sebelumnya bermitra dengan perusahaan pasca terjadinya bencana alam erupsi Gunung Bromo kehilangan pekerjaan mereka dan tidak bisa menanami lahan pertanian mereka karena rusak akibat material vulkanik Gunung Bromo. Untuk lebih jelasnya hal yang diperoleh oleh petani dapat diketahui menelitian lebih lanjut. Program kemitraan adalah salahsatu hal yang baru diterima oleh petani. Hal ini dapat menimbulkan perubahan sosial terhadap petani. Perubahan sosial yang terjadi merubah struktur sosial masyarakat petani Suku Tengger. Hal itu dapat diketahui apabila dibandingkan dari sebelum terjadinya penyebab terjadinya perubahan sosial sampai setelah terjadinya penyebab dari perubahan sosial tersebut. Agar lebih diketahuinya perubahan sosial petani Suku Tengger setelah bermitra dengan PT. Suryajaya Abadiperkasa dalam bidang Budidaya Jamur Kancing sangat perlu dilakukannya penelitian. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, didapatkan beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu, 1) Mendeskripsikan kondisi pertanian di Desa Wonokerto sebelum dan sesudah terjadinya erupsi Gunung Bromo, 2) Mendeskripsikan kondisi pertanian di Desa Wonokerto setelah bermitra dengan PT. Suryajaya Abadiperkasa dalam bidang Budidaya Jamur Kancing, dan 3) Menganalisis perubahan sosial pada struktur sosial petani Suku Tengger setelah bermitra dengan PT. Suryajaya Abadiperkasa dalam bidang Budidaya Jamur Kancing di Desa Wonokerto. Pada penelitian yang akan dilakukan di Desa Wonokerto Kabupaten Probolinggo peneliti memilih jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang di gunakan adalah metode studi kasus. Pengumpulan data yang dilaku dengan cara ii mengamati secara langsung (observation), wawancara secaca mendalam (Interview) dan dokumentasi untuk menunjang informasi. Pemilihan lokasi penelitian di Desa Wonokerto dipilih secara purposive. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Perubahan Sosial Petani Suku Tengger setelah Bermitra dengan PT. Suryajaya Abadiperkasa di Bidang Budidaya Jamur Kancing di Desa Wonokerto Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Kondisi pertanian di Desa Wonokerto sebelum terjadinya erupsi gunung bromo pada tahun 2010 sangat subur dan tinami oleh tanaman komoditas pertanian seperti kubis, kentang, bawang prei, wortel dan komoditas sayur-sayuran lainnya. Kedua, Kondisi pertanian di Desa Wonokerto ketika terjadinya erupsi gunung bromo pada tahun 2010 mengalami kerusakan pada lahan pertanian yang di tanam oleh petani akibat tertutup oleh material vulkanik Gunung Bromo. Ketiga, Kondisi pertanian di Desa Wonokerto pada tahun 2012 sampai 2013 pasca erupsi dan ketika bermitra dengan PT.Suryajaya Abadiperkasa masih belum sepenuhnya bisa ditanami secara maksimal, sedangkan pada tahun 2013 sampai saat penelitian berlangsung pada tahun 2015 kondisi lahan sudah bisa ditanami dan hasilnya sudah baik seperti sebelum terjadinya erupsi, Keempat, Perubahan sosial yang terjadi pada struktur sosial masyarakat Suku Tengger yang bermitra dengan PT.Suryajaya Abadiperkasa seperti jaringan sosial, pekerjaan, pendidikan, gaya hidup, keahlian, etos kerja dan perekonomian seperti berikut: a) Jaringan sosial petani Suku Tengger di desa wonokerto sebelum bermitra dengan perusahaan tidak sebaik setelah bermitra, sebelumnya jaringan sosial yang ada tidak terlalu membantu mereka dalam melakukan budidaya tanaman komoditas pertanian seperti halnya dalam mendapatkan benih yang bagus, serta cara budidaya yang baik hingga pemasaran hasil pertaniaanya. Untuk melakukan itu semua mereka hanya melakukan secara mandiri, berbeda halnya dengan budidaya Jamur Kancing petani langsung diberikan pelatihan secara teknis hingga pemasaran hasil pertanian mereka oleh perusahaan, b) Pekerjaan sebagian petani yang ikut bermitra dengan perusahaan sebagiannya meninggalkan lahan pertanian yang mereka tanami seperti tanaman holtikultura dan fokus dalam Budidaya Jamur Kancing, c) Pendidikan Petani Suku Tengger yang bermitra tidak ada perubahan dalam tingkat pendidikan yang mereka tempuh sebelum mereka bermitra dengan perusahaan, d) Gaya hidup petani Suku Tengger setelah bermitra cenderung berubah, hal ini dapat dilihat dari rutinitas mereka. Sebelum bermitra waktu mereka hanya sibuk mengurus lahan pertanian holtikultura, sedangkan setelah bermitra kesibukan mereka bertambah untuk mengurus budidaya Jamur Kancing, namun bagi petani yang hanya fokus pada budidaya Jamur Kancing mereka lebih santai dalam melakukan rutinitas sehari hari, e) Keahlian petani Suku Tengger bertambah dalam hal budidaya Jamur Kancing dan mengetahui bagaimana cara melakukan kerjasama dalam kemitraan, dan f) Etos kerja petani Suku Tengger menjadi lebih disiplin setelah melakukan kemitraan dalam budidaya Jamur Kancing, hal itu dikarenakan budidaya Jamur Kancing berbeda dengan tanaman yang sebelumnya ditanam oleh para petani.