Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Respon Petani Tebu Terhadap Program Mekanisasi Dalam Pola Kemitraan Dengan Pabrik Gula Djombang Baru (Kasus Di Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timu
Main Author: | Witjayanti |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131287/ |
Daftar Isi:
- Gula merupakan salah satu pangan strategis dalam perekonomian Indonesia yang kebutuhan serta konsumsinya cenderung meningkat. Peningkatan ini diikuti dengan peningkatan impor yang terus meningkat. Hal ini disebabkan pada tingkat usaha tani yaitu rendahnya produktivitas dan nilai rendemen. Untuk itu perlu dilakukannya moderanisasi baik ditingkat petani maupun pabrik gula melalui kinerjanya, upaya yang dilakukan pabrik gula Djombang Baru yaitu dengan penerapan program mekanisasi dalam pola kemitraan antara pabrik gula dengan petani. Program mekanisasi yang ditawarkan oleh pabrik gula ternyata tidak langsung direspon oleh petani untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Respon petani dalam menerima suatu inovasi dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi dalam hal ini akan berpengaruh dalam kecepatan petani untuk mengadopsi suatu inovasi atau teknologi baru. Analisis hubungan dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh faktor sosial terhadap respon petani pada program mekanisasi yang dilakukan oleh pabrik gula. Sehingga penyuluh dapat menerapkan metode dan media yang sesuai dengan faktor yang mempengaruhi respon petani. Sehingga program mekanisasi dapat direspon dengan cepat oleh petani dan dapat segera diaplikasikan dalam meningkatkan produktivitas tebu. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis respon petani tebu pada program mekanisasi yang dilakukan oleh PG. Djombang Baru, (2) Mendeskripsikan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi respon petani dalam program mekanisasi pada pola kemitraan dengan PG. Djombang Baru, (3) Menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi dengan respon petani tebu pada program mekanisasi dalam pola kemitraan dengan PG Djombang Baru. Permasalahan dari penelitian ini adalah proses penyuluhan pembinaan yang diberikan oleh PG. Djombang Baru yang tidak mudah diterima oleh petani tebu mitra. Sehingga program mekanisasi yang diberikan oleh PG. Djombang Baru sampai saat ini masih belum berjalan sesuai yang diharapkan dalam meningkatkan produktivitas tebu di daerah Jombang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Peterongan (Kabupaten Jombang) pada bulan April 2016. Metode penentuan responden menggunakan teknik purpose sampling. Responden yang digunakan yaitu semua petani mitra yang ada di Kecamatan Peterongan yaitu sebanyak 23 responden. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung terhadap petani tebu dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner. Setelah data terkumpul selanjutnya di analisis menggunakan deskriptif kuantitatif dengan alat pengukuran skala likert, kemudian dianalisis tabulasi silang dengan menggunakan uji eksak fisher (fisher exact test). Uji ini digunakan untuk mengetahui adakah hubungan antara dua variabel atau tidak. Dari hasil analisis Uji eksak fisher (fisher exact test) di atas dapat disimpulkan bahwa analsis hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan respon petani dalam program mekanisasi ternyata tidak ada korelasi atau hubungan. Dari perhitungan diperoleh hasil bahwa nilai P dari faktor sosial ekonomi yaitu motif, akses media massa, dan hubungan dengan penyuluh masing-masing adalah (0,818), (2,352), dan (0,126). Menggunakan tingkat signifikasi sebesar 5% maka diketahui nilai α = 0,05, sehingga dari semua variabel diperoleh hasil P > α atau (0,818>0,05), (1,352>0,05), dan (0,126>0,05). Tidak adanya hubungan ini dikarenakan petani hanya ikut-ikutan, ingin mencoba inovasi baru, sering diadakannya temu lapang, serta sering diajak praktek langsung sehingga membuat petani tertarik dengan alasan program mekanisasi juga akan memberikan hasil yang menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Respon petani terhadap program mekanisasi dalam pola kemitraan termasuk dalam kategori tinggi. (2) Faktor sosial ekonomi di Kecamatan Peterongan terhadap program mekanisasi yaitu rata-rata petani mitra memiliki motif yang tinggi. Rata-rata akses media massa petani terhadap program mekanisasi tergolong rendah. Sedangkan hubungan dengan petugas lapang dengan petani mitra rata-rata tergolong tinggi atau baik. (3) Hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan respon petani dalam program mekanisasi yaitu tidak terdapat hubungan. Tidak adanya hubungan ini dikarenakan tingginya pengaruh faktor lain di luar faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi petani. Saran yang dapat disampaikan yaitu: (1) Sebaiknya menggunakan alat-alat yang berkapasitas kecil sehingga dapat menjangkau pada luasan areal yang kecil. (2) Perlu adanya subsidi dari Pemerintah untuk petani kecil dalam hal pembiayaan, dan (3) bagi peneliti selanjutnya yang serupa diharapkan mengambil sampel yang lebih banyak, wilayah luas dan teori banyak.