Faktor – Faktor Penentu Adopsi Inovasi Pertanian Organik (Studi Kasus Petani Bawang Merah Pelaksana Program Kawasan Pertanian Organik Di Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu)

Main Author: Sholikah, Ermayani
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/13123/1/ERMAYANI%20SHOLIKAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/13123/
Daftar Isi:
  • Penurunan kualitas lahan pertanian akibat residu input kimia sintetis menjadi permasalahan serius yang sedang dihadapi dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Berawal dari permasalahan tersebut isu penting pembangunan pertanian berkelanjutan yaitu pertanian organik (Salikin, 2013). Pertanian organik dapat disebut inovasi teknologi pertanian yang akan membawa perubahan yang menguntungkan terutama dalam usaha pertanian terutama dalam menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu wilayah yang sedang dikembangkan program pertanian organik adalah Desa Torongrejo, Kota Batu dengan komoditas utama yaitu bawang merah. Namun program kawasan pertanian organik di Dusun Klerek Desa Torongrejo yang dilakukan tahun 2013 hingga saat ini tidak berkelanjutan, karena petani kembali ke sistem pertanian konvensional, tetapi petani masih melaksanakan pertanian semi organik karena menggunakan pestisida kimia. Hama dan penyakit menjadi permasalahan utama di desa tersebut dikarenakan menurunnya keragaman hayati akibat penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar seperti pupuk dan pestisida kimia. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang adopsi inovasi pertanian organik yang tidak berkelanjutan. Sebelum mengetahui faktor penentu adopsi inovasi pertanian organik oleh petani Desa Torongrejo yang tidak berkelanjutan, maka terlebih dahulu perlu untuk mengetahui bagaimana proses penyebaran atau difusi inovasi pertanian organik kepada petani dari awal petani mulai mengetahui hingga petani menolak inovasi pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk a) mendeskripsikan proses difusi inovasi pertanian organik pada petani di Desa Torongrejo, b) mendeskripsikan faktor karakteristik petani yang menentukan adopsi inovasi pertanian organik di Desa Torongrejo, c) mendeskripsikan faktor sifat inovasi yang menentukan adopsi inovasi pertanian organik di Desa Torongrejo, d) mendeskripsikan faktor modal sosial yang menentukan adopsi inovasi pertanian organik di Desa Torongrejo. Penelitian yang sudah dilaksanakan kepada petani pelaksana program kawasan pertanian organik pada tahun 2013 di Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menghasilkan data deskriptif dan menggunakan metode penelitian studi kasus. Metode penentuan informan penelitian adalah secara purposive. Informan kunci (key informan) berjumlah 2 orang yaitu petugas penyuluh pertanian desa Torongrejo karena sebagai pembawa dan pembimbing petani dalam melaksanakan program pertanian organik kepada petani dan juga kepala Desa Torongrejo, sedangkan informan pada penelitian ini berjumlah 9 orang yaitu petani yang pernah mengikuti program pertanian organik yang menanam bawang merah. Metode pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi, serta data-data yang berasal dari pihak-pihak terkait seperti profil desa. Metode analisis data menggunakan model interaktif Miles, Huberman dan Saldana (2014). Metode keabsahan data dengan triangulasi sumber. ii Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi yang ada di Desa Torongrejo adalah inovasi program kawasan pertanian organik khususnya untuk budidaya bawang merah organik dengan input organik seperti bibit bawang merah, pupuk organik padat, pupuk organik cair, pestisida nabati dan agen hayati, yang disampaikan dan disebarkan oleh penyuluh pertanian menggunakan metode pendekatan kelompok dalam pertemuan kelompok tani dan menggunakan media undangan untuk pelaksanaan sosialisasi dan pengarahan pada tahun 2013. Pada tahun 2013 petani mulai menerapkan pertanian organik dan bertahan selama 2 tahun ketika mendapatkan bantuan input budidaya organik dari pemerintah, tetapi tidak sepenuhnya organik, melainkan semi organik, karena petani terkendala permasalahan hama, petani kembali menggunakan pestisida kimia. Setelah bantuan input gratis berhenti, hingga saat penelitian ini dilakukan, petani hanya mengadopsi pupuk organik saja. Inovasi ditujukan khusus untuk petani yang memiliki atau menyewa lahan dikawasan pertanian organik. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik petani cenderung tidak menentukan adopsi inovasi pertanian organik. Faktor yang lebih menentukan adopsi inovasi adalah bantuan modal budidaya pertanian organik. Presepsi petani terhadap karakteristik inovasi yang menentukan adopsi inovasi adalah keuntungan relatif inovasi cenderung negatif, kesesuaian dengan nilai dan kondisi lahan petani, kemudahan inovasi diuji coba dalam luasan kecil dan kemudahan inovasi untuk diamati. Karakteristik modal sosial mempengaruhi adopsi inovasi. Karakteristik modal sosial yang menentukan adopsi inovasi tidak berkelanjutan adalah kepercayaan antar sesama petani dan dengan pemerintah yang rendah terkait inovasi program dikarenakan adanya bantuan input budidaya organik, norma sosial tidak memperkuat hubungan modal sosial karena tidak ada peraturan yang mengikat petani terkait adopsi inovasi program kawasan pertanian organik, jaringan kerjasama petani dalam pelaksanaan inovasi program kawasan pertanian organik hanya sebatas kerjasama dalam pengolahan tanah, sedangkan kerjasama untuk akses informasi budidaya pertanian organik tidak ada, hubungan timbal balik petani dalam budidaya pertanian organik cenderung tidak berkembang selain dalam hal membantu saat pengolahan lahan dan panen. Beberapa saran dan rekomendasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini antara lain, a) Pemberian bantuan input budidaya organik diharapkan selalu datang tepat waktu, harus sesuai dengan rencana dan musim tanam, b) Pendampingan dan pengawasan yang harus lebih diperhatikan oleh pemerintah terkait pelaksanaan sebuah program tidak hanya dari penyuluh saja, c) Program harus berkelanjutan, perlu adanya kepastian pasar yang jelas seperti kerjasama dengan pihak swasta, membentuk koperasi penampungan hasil budidaya organik, d) Pelaksanaan program kawasan pertanian organik harus disertai dengan forum musyawarah bersama atau diskusi bersama khusus dengan semua petani yang melaksanakan program untuk mencapai tujuan bersama yaitu berhasil dalam pelaksanaan program, e) Penelitian selanjutnya di lokasi penelitian yang sama sebaiknya mempertimbangkan atau mengidentifikasi faktor penentu keputusan adopsi inovasi pertanian organik terhadap petani yang tidak tergabung ke dalam kelompok tani, karena penelitian ini fokus pada petani yang tergabung ke dalam salah satu kelompok tani.