Pengaruh Waktu Pemberian Mulsa Terhadap Produksi Wortel (Daucus Carota L.)
Main Author: | Fredian, Herman |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131154/ |
Daftar Isi:
- Wortel sudah termasuk komoditi utama yang mendapat perhatian dari pemerintah yang tercantum dalam program penelitian pengembangan hortikultura di Indonesia oleh Puslitbang Hortikultura tahun 2000-2005. Di Indonesia, wortel telah dibudidayakan dengan total panen luasan lahan 32.070 ha dengan produksi 512.112 ton (BPS, 2013). Beberapa kendala dalam budidaya wortel yaitu tidak tahan terhadap genangan air maupun kekeringan (Tinambunan, 2014). Selain itu, erosi juga dapat terjadi pada bedengan wortel sehingga mempengaruhi pembentukan umbi (Uhlig et al., 2014). Kendala tersebut dapat diatasi dengan pemberian mulsa pada lahan wortel. Mulsa adalah bahan untuk menutup tanah sehingga kelembaban dan suhu tanah sebagai media tanaman terjaga kestabilannya. Mulsa yang digunakan pada penelitian adalah mulsa jerami. Umumya mulsa jerami diberikan saat wortel sudah memiliki daun besar (2-3 daun sejati) dengan ketebalan sekitar 3 cm pada lahan (Mohler, 1993; Sarker, 1999; Bilalis et al, 2003; Ojowi, 2013). Tujuan dari penelitian adalah mengetahui dan mempelajari pengaruh dari waktu pemberian mulsa terhadap dua varietas wortel khususnya pada hasil umbi yang diperoleh. Hipotesis dari penelitian adalah pemberian mulsa pada 40 HST dapat meningkatkan hasil umbi yang dihasilkan pada masing-masing varietas wortel. Penelitian dilaksanakan di Dusun Borah, Desa Wiyurejo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang pada bulan Mei hingga Agustus 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, gembor/sprayer, papan nama, label, penggaris, spidol, mulsa jerami, oven, leaf area meter (LAM), thermometer, soil moisture tester, timbangan, ember, dan kamera digital. Bahan yang digunakan adalah benih wortel varietas New Kuroda dan varietas Lokal. Pupuk yang digunakan ialah pupuk urea, SP36, KCl dan pupuk kandang. Penanggulangan hama penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok, yang terdiri dari 2 kombinasi perlakuan, yaitu perlakuan varietas wortel dan perlakuan waktu pemberian mulsa jerami, masing-masing kombinasi perlakuan diulang dengan 4 kali ulangan sehingga terdapat 32 petak penelitian. Perlakuan pertama terdiri dari dua varietas, yaitu varietas New Kuroda dan varietas Lokal. Perlakuan kedua terdiri dari empat macam taraf waktu pemberian mulsa jerami, yaitu pemberian pada 10 hari setelah tanam (HST), 20, 30 dan 40 HST. Pengamatan dilakukan secara destruktif yang dilakukan pada saat tanaman berumur 54, 68, 82, 96 dan 110 HST (saat panen). Pelaksanaan penelitian meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah, pembuatan bedengan, pemupukan awal, penentuan jarak tanam, pemupukan dasar, penanaman, perawatan (penyiraman, penjarangan, penyiangan, pengguludan, pemupukan susulan, pengendalian hama dan penyakit), pemberian mulsa jerami dan panen umbi. Sedangkan untuk pengamatan yang akan dilakukan menggunakan komponen penunjang (suhu tanah dan kelembaban tanah), komponen pertumbuhan (panjang tanaman, jumlah daun dan luas daun), komponen hasil (panjang umbi, diameter umbi dan bobot segar umbi) dan gulma ii (dominansi gulma dan bobot kering gulma). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mulsa jerami pada waktu yang berbeda mempengaruhi secara nyata pada kedua varietas terhadap tinggi tanaman, luas daun, panjang umbi, diameter umbi, bobot segar umbi, bobot kering umbi, tingkat populasi gulma dan bobot kering gulma. Pemberian mulsa tidak berpengaruh terhadap hasil umbi pada varietas New Kuroda dan Lokal, namun hasil yang tinggi ditunjukkan oleh varietas New Kuroda.