Analisis Kinerja Rantai Pasok Kopi Robusta Pada Kelompok Tani Sumbertani Desa Srimulyo Kecamatan Dampit Kabupaten Malang

Main Author: Nurafifah, NengAnis
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131139/
Daftar Isi:
  • Industri kopi Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan yang positif dari segi permintaan pasar (AEKI, 2015). Seiring dengan perkembangan zaman, kopi tidak hanya dijadikan sebagai minuman saja. Penggunaan kopi saat ini sangat banyak ragamnya, mulai dari aneka macam olahan minuman, makanan, farmasi sampai kecantikkan. Hal ini menjadikan permintaan kopi di Indonesia meningkat (Hartono,2013). Untuk memenuhi permintaan pasar, petani harus bisa melakukan cara budidaya yang tepat. Akan tetapi, banyak kendala yang dihadapi petani untuk dapat mengoptimalkan produksi kopi robusta seperti misalnya kendala modal, informasi, serta cuaca yang ekstrem. Hal tersebut membuat pentingnya penerapan manajemen rantai pasok, untuk mengurangi kendala yang ada seperti bisa dilihat dari kurangnya peremajaan kopi oleh petani, sehingga kopi memiliki umur yang tua dan akan berdampak pada produksinya (Santoso et al, 2013). rendahnya pemenuhan mutu, gap harga jual produk antara petani dan eksportir yang terlalu jauh, serta disinformasi permintaan antar pelaku (Ibrahim dan Zaelani, 2010 dalam Jaya at al, 2014). Analisis rantai pasok merupakan salah satu cara melihat seberapa jauh kesiapan petani dalam mempersiapkan pemenuhan permintaan pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis pola aliran rantai pasokan kopi Dampit di kelompok Sumber Tani Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. dan (2) menganalisis margin pemasaran komoditas kopi robusta kelompok Sumber Tani yang beredar di Dampit. Diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan manajemen rantai pasok di kelompok Sumber Tani dan bagaimana upaya perbaikan yang harus dilakukan supaya manajamen rantai pasok kopi robusta dapat dijalankan dengan baik. Sistem budidaya kopi dikelompok Sumber Tani masih belum bisa dikatakan baik dan sesuai dengan prosedur. Hal ini dapat dilihat dari sistem budidaya seperti cara pengaplikasian pupuk, jarak tanam, serta cara pemanenan yang ebagian besar masih mengggunakan cara perontokkan dengan memetik semua buah (warna merah, kuning dan hijau). Sedangkan seharusnya cara pemanenan buah kopi adalahh dengan cara dipetik saat sudah berwarna merah saja. Anggota primer pada rantai pasok kopi robusta ini terdiri dari petani, pedagang besar dan ekportir. Dan anggota sekundernya adalah jasa angkutan umum, jasa penyelepan, Balai Penyuluhan Pertanian dan Asosiasi Sridonoretno. Pada pemasaran kopi robusta, terdapat tiga saluran pemasaran pada manajemen rantai pasok kopi robusta ini. Yakni yang pertama adalah saluran dari petani ke pedagang besar lalu ke ekportir, kedua adalah dari petani yang menjual kopinya sebagian ke perusahaan besar dan sebagian lagi ke eksportir. Dan saluran yang ketiga yaitu dari petani langsung ke perusahaan eksportir. Dimana dari hasil perhitungan Share margin, saluran pemasaran yang lebih efisien terletak pada saluran pemasaran yang pertama dengan nilai Sharenya mencapai 94,90%. . ii Perlu adanya mekanisme yang tepat untuk memperbaiki sistem budidaya pada petani untuk dapat meningkatkan hasil mutu dan produktivitas tanaman secara nyata. Tindakan tersebut berupa pelatihan yang dilakukan secara berkala mengenai teknik pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit, penerapan sistem petik merah, penanganan pasca panen yang tepat dengan mengaplikasikan penjemuran menggunakan para – para untuk mengurangi pencemaran fisik serta mengurangi terjadinya perpindahan suhu kelembaban tanah ke kopi yang dapat mengakibatkan cacat pada buah seperti kopi yang berbau tanah dan kayu, kemudian penggunaan klon terbaru yang unggul tahan terhadap hama dan penyakit. Diperlukan strategi pemasaran yang baru supaya petani mendapatkan harga yang pantas sesuai dengan pengorbanan yang telah petani lakukan. Petani akan mendapatkan harga yang tinggi apabila penanganan dari budidaya sampai pasca panen dilakukan secara optimal dengan menerapkan sistem GAP atau Good Agriculture Practise. Seperti contohnya memperbanyak melakukan kemitraan dengan Coffee shope yang ada di Indonesia minimal di lingkup Malang Raya.