Analisis Efisiensi Pemasaran Pada Rantai Pasok Kopi Robusta Kelompok Tani Tugu Sari, Desa Baturetno, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang

Main Author: Puspasari, GayatriAyu
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131137/
Daftar Isi:
  • Kopi merupakan komoditas perkebunan yang dikenal oleh masyarakat mulai dari kalangan ekonomi atas sampai kalangan ekonomi bawah. Ditinjau dari segi produksi, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara penghasil kopi setelah Brazil dan Vietnam (Kementrian Perindustrian, 2013). Daerah penghasil kopi di Indonesia salah satunya yaitu di Desa Baturetno, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Tanaman kopi yang dibudidayakan di Desa Baturetno adalah kopi robusta. Hasil panen kopi robusta petani tidak hanya dijual di dalam negeri saja, melainkan juga dijual ke luar negeri. Pemasaran kopi hingga ke luar negeri tidak menjamin petani hidup lebih sejahtera karena harga kopi ditingkat petani tergolong rendah. Harga yang rendah disebabkan oleh kualitas kopi yang kurang baik dan pasca panen yang masih sederhana. Agar dapat meningkatkan daya saing kopi robusta, maka perlu diterapkan strategi rantai pasok yang mampu membuat sistem rantai pasok menjadi efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola aliran rantai pasok kopi robusta meliputi aliran barang, uang, dan informasi, serta mengetahui margin pemasaran di setiap saluran pemasaran. Penelitian dilaksanakan di kelompok tani Tugu Sari, Desa Baturetno. Penentuan lokasi dengan metode purposive. Penentuan responden petani dengan menggunakan metode sensus, dikarenakan populasi hanya 26 orang. Sedangkan untuk penentuan responden lembaga pemasaran, dilakukan dengan metode snowball sampling, yaitu lembaga pemasaran yang berhubungan langsung dengan petani. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis margin pemasaran. Pada rantai pasok kopi robusta di kelompok tani Tugu Sari, terdapat dua pola aliran barang yaitu dari petani ke pedagang besar dan dari petani ke ii pedangang pengumpul. Pola aliran uang bermula dari konsumen ke pedagang pengumpul lalu ke petani dan dari konsumen ke pedagang besar lalu ke petani. Sedangkan pada aliran informasi, terdapat dua aliran yaitu informasi pemasaran yang bersumber dari konsumen lalu ke pedagang pengumpul atau ke pedagang besar kemudian diteruskan ke petani melalui perantara sopir jasa pengangkutan. Aliran informasi mengenai budidaya diperoleh petani dari kegiatan penyuluhan dan dari Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT). Nilai margin pada saluran pemasaran I, diperoleh hasil Rp.1.050/kg dengan share harga sebesar 95,57%. Angka tersebut menunjukkan bahwa selisih harga kopi di pedagang pengumpul dan di petani yaitu sebesar Rp. 1.050/kg, dan sebesar 95,57% harga kopi di pasaran diterima oleh petani. Nilai margin saluran pemasaran kedua adalah Rp. 1.600/kg dengan share harga sebesar 93,85%. Angka tersebut menunjukkan bahwa selisih harga kopi di pedagang besar dan di petani yaitu sebesar Rp. 1.600/kg dan sebesar 93,85% harga kopi di pasaran yang diterima oleh petani. Maka diperoleh hasil bahwa saluran pemasaran pertama yang paling efisien.