Seleksi Sifat Ketahanan Lima Famili F3 Tanaman Cabai Besar (Capsicum Annuum L.) Terhadap Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum)
Main Author: | Azizah, LailiNiswatun |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131125/ |
Daftar Isi:
- Cabai besar merupakan salah satu jenis sayuran penting dan bernilai ekonomis tinggi sehingga mendapat prioritas untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman cabai memiliki keistimewaan yang disukai petani yaitu tidak mengenal musim dan baik dikembangkan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (Anonim, 2014), produktivitas cabai besar pada tahun 2011 – 2013 secara berturut-turut 7,34 t ha-1, 7,93 t ha-1 dan 8,16 t ha-1. Agustin et al. (2010) menyatakan angka tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi produksi cabai besar yang dapat mencapai 20 – 40 t ha-1. Rendahnya produktivitas dari suatu tanaman dapat disebabkan oleh beberapa kendala, seperti terserangnya tanaman cabai oleh hama dan penyakit serta sulit didapatkannya varietas cabai besar berdaya hasil tinggi (hibrida) yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit (Duriat et al., 2007; Daryanto et al., 2010; Widyawati et al., 2014). Penyakit pada tanaman cabai yang sering menyerang tanaman dan dapat menurunkan produktivitas adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Pertanaman cabai di daerah Jawa dapat mengalami kematian karena layu bakteri dengan serangan sekitar 8%. Selain itu, 90% penyakit layu bakteri terdapat pada pertanaman cabai di dataran rendah dan pada skala serangan yang berat dapat menyebabkan kerugian sekitar 10 – 24% hingga 93,1% (Brown et al., 1980; Suhardi, 1988 dalam Semangun, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soetiarso dan Setiawati (2010), serangan penyakit layu bakteri pada tanaman cabai besar di dataran tinggi dapat menyebabkan kerusakan hingga 21,3%. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi cabai besar salah satunya adalah perbaikan bahan tanam dengan cara membentuk varietas yang tahan terhadap layu bakteri melalui program pemuliaan (Supriyanti, 2013; Widyawati et al., 2014). Varietas unggul cabai yang tahan terhadap layu bakteri dapat diperoleh dengan cara menyilangkan tetua yang memiliki sumber karakter ketahanan yang dilanjutkan dengan seleksi. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui perbedaan sifat ketahanan tanaman cabai besar terhadap penyakit layu bakteri pada antar famili dan pada masing-masing individu dalam famili dari lima famili F3 serta mendapatkan famili atau individu tanaman cabai besar dari lima famili F3 yang tahan terhadap penyakit layu bakteri dan mempunyai potensi hasil tinggi. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ialah terdapat perbedaan respon sifat ketahanan pada masing-masing famili dan masing-masing individu dalam famili tanaman cabai besar lima famili F3 terhadap penyakit layu bakteri. Penelitian dilaksanakan di Desa Gesingan, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang dengan ketingggian tempat ± 1.100 m dpl dengan suhu rata-rata harian 20 - 27oC, serta memiliki curah hujan 713 mm/bln. Selain itu penelitian juga dilakukan di Laboratorium Bakteriologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan ii Februari – September 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain polibag transparan (polibag plastik) untuk persemaian, rak tray, cangkul, gembor, ajir bambu, papan nama, tali rafia, meteran, timbangan analitik, alat tulis, dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain cocopeat, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk NPK Mutiara (15:15:15), pestisida, aquades, agar dan TZC (Tetrazolium Chloride). Selain itu bahan tanam yang digunakan dalam penelitian adalah lima famili generasi F3 hasil seleksi ketahanan terhadap layu bakteri dan potensi hasil tinggi generasi F2 (hasil kombinasi persilangan empat tetua) dan empat genotip tetua persilangan. Penelitian disusun dengan menggunakan sistem petak tunggal (single plot) dan metode pengamatan single plant dimana lima famili generasi F3 ditanam bersama-sama dengan empat populasi tetua dalam sebuah petak penelitian. Masing-masing famili F3 ditanam sebanyak 100 individu tanaman dan masing-masing tetua ditanam sebanyak 40 individu tanaman sehingga total tanaman adalah 660 individu tanaman. Karakter-karakter yang diamati pada penelitian ini ialah tinggi tanaman, jumlah daun, saat munculnya serangan layu bakteri, persentase daun layu akibat serangan layu bakteri, indeks penyakit layu bakteri, jumlah buah per tanaman, bobot per buah, dan bobot buah per tanaman. Analisis data pengamatan dilakukan dengan pendugaan nilai heritabilitas dan kemajuan genetik pada karakter yang diamati pada lima famili tanaman F3. Pendugaan nilai heritabilitas dapat dihitung dari nilai ragam fenotip masing-masing famili pada populasi F3, ragam populasi parental, ragam genotip, kemajuan genetik harapan, dan persentase kemajuan genetik harapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon ketahanan terhadap penyakit layu bakteri antar famili pada lima famili populasi F3 adalah tahan (famili P1.143, P2.52 dan P2.115), agak rentan (famili P2.139) dan rentan (famili P3.110). Respon ketahanan tanaman terhadap penyakit layu bakteri pada masing-masing individu tanaman dalam famili adalah tahan dan rentan. Famili hasil persilangan antara 02094 dan Randu yaitu P2.52, P2.115 dan P2.139 menunjukkan masa inkubasi tercepat yaitu 12 HST, sedangkan intensitas serangan paling tinggi adalah pada famili P3.110. Nilai duga heritabilitas pada karakter indeks penyakit adalah rendah, kecuali famili P2.139 (sedang) dan P3.110 (tinggi). Nilai duga heritabilitas untuk karakter komponen hasil berkisar antara rendah – tinggi. Hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai duga heritabilitas adalah selain faktor genetik dari tanaman juga pengaruh faktor lingkungan seperti tingginya serangan hama dan penyakit. Seleksi dilakukan pada individu-individu tanaman dalam famili terbaik yang memiliki respon ketahanan dengan indeks penyakit 0 dan bobot buah total tinggi sebanyak 10% dari total individu pada satu famili.