Pengaruh Frekuensi Pemberian dan Konsentrasi Rhizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Sayur (Glycine max L. Merrill)

Main Author: Ardiyanto, FaridMufti
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131099/
Daftar Isi:
  • Kedelai sayur atau lebih dikenal dengan nama “edamame” merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam spesies Glycine max L. Merrill, tetapi memiliki ukuran polong dan biji yang lebih besar (Miles, Lumpkin, dan Zenz, 2000). Edamame memiliki peluang pasar ekspor yang luas. Menurut Hakim (2013), permintaan ekspor ke Jepang sebesar 100.000 ton per tahun dan Amerika Serikat sebesar 7.000 ton per tahun. Sementara itu Indonesia yang diwakili oleh PT Mitratani Dua Tujuh sebagai eksportir terbesar edamame di Indonesia masih memenuhi 3% dari kebutuhan pasar Jepang. Rendahnya produksi edamame di Indonesia pada umumnya dan PT Mitratani Dua Tujuh pada khususnya dikarenakan tingginya tingkat serangan hama dan penyakit yang menyebabkan produksi edamame rendah, dimana rata-rata produksi maksimal bisa mencapai 7-10 ton ha-1. Alternatif pengendalian dan solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai agen biokontrol (Manuela, Suwanto dan Tjahyono, 1997). Salah satu diantaranya adalah Rhizobakteria pemacu pertumbuhan tanaman. Rhizobakteria pemacu pertumbuhan tanaman adalah kelompok bakteri menguntungkan yang berperan penting dalam memacu pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan (Wahyudi, 2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari frekuensi pemberian dan konsentrasi rhizobakteria pemacu pertumbuhan tanaman dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil edamame. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2015, bertempat di lahan milik PT. Mitratani Dua Tujuh, Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur yang terletak pada garis Lintang antara 8o11- 8o 13 dan garis Bujur 11o 36-11o 40, serta ketinggian tempat ± 64-86 m dpl. Alat yang digunakan untuk penelitian, yaitu gelas ukur, alat pengaduk, ember, cangkul, sabit, penggaris, Leaf Area Meter (LAM), timbangan digital, bambu, rafia, dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan untuk penelitian, antara lain rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman dengan kombinasi genus Bacillus sp., Pseudomonas sp., Azotobacter sp., Azozpirillum sp., dan Aspergillus sp. dengan kerapatan 109 cfu ml-1 dan benih edamame varietas SPM 1. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu frekuensi pemberian rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang terdiri dari T1=tanpa pemberian dalam satu periode tanam, T2=1 kali dalam satu periode tanam, T3 = 2 kali dalam satu periode tanam, dan T3 = 3 kali dalam satu periode tanam, dan faktor kedua yaitu konsentrasi rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang terdiri dari K1=0%, K2=1%, K3=5%, dan K4=10%. Dari kedua faktor di peroleh 16 kombinasi perlakuan yang di ulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 48 petak percobaan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan jumlah populasi per petak sebanyak 56 tanaman. Pada penelitian terdapat tiga macam pengamatan, yakni ii pengamatan destruktif, non destruktif dan panen. Parameter yang diamati secara destruktif adalah luas daun (cm2) yang diamati pada 15, 30, 45, dan 60 hst. Pengamatan non destruktif yang meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai/tanaman), jumlah cabang, dan waktu berbunga (hst) yang diamati pada 15, 30, 45, dan 60 hst. Pengamatan panen yang meliputi jumlah polong per tanaman, bobot segar polong per tanaman (g), dan bobot Stdanart Quality (g). Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5 %. Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terjadi interaksi antara perlakuan frekuensi pemberian dan konsentrasi rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman pada komponen pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun, tetapi tidak menunjukkan adanya interaksi pada komponen hasil. Frekuensi pemberian rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman sebanyak satu kali dengan konsentrasi 10% menunjukkan tinggi tanaman lebih tinggi (39,43 cm) dan jumlah daun lebih banyak (14,25 helai/tanaman) dari perlakuan yang lain, tetapi perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan frekuensi pemberian tiga kali dengan konsentrasi 5%. Perbandingan perlakuan frekuensi pemberian dan konsentrasi rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman dengan Standart Operating Procedure (SOP) PT. Mitratani Dua Tujuh diketahui bahwa perlakuan rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman menunjukkan jumlah polong yang lebih banyak tetapi mempunyai ukuran polong yang lebih kecil daripada SOP, selain itu tanaman yang diberi perlakuan rhizobakteri mempunyai tingkat serangan hama dan penyakit yang lebih rendah daripada SOP dan tanaman yang tidak diberi rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman.