Jamur Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Andong Merah Serta Inang Alternatifnya Pada Berbagai Jenis Tanaman Dracaena Spp
Main Author: | Pitriani |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131094/ |
Daftar Isi:
- Andong merah (Cordyline fruticosa L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang biasa dijadikan sebagai tanaman hias pada taman kota, namun dalam budidayanya sering kali terjadi serangan penyakit. Penyakit yang sering menyerang tanaman andong merah ini adalah Cercospora sp. Crous, Colletotrichum sp. Penz dan Sacs, Phyllosticta sp. Wikee, dan Fusarium sp. Sacc. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan seragan penyakit adalah inang alternatif. Tanaman inang alternatif adalah tanaman lain selain tanaman utama yang juga bisa menjadi inang hama atau penyakit yang menyerang tanaman utama dan kekerabatannya masih dekat. Inang alternatif dapat dimanfaatkan dalam pengendalian penyakit sebagai pengendalian hayati. Pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai agen pengendali penyakit. Penelitian tentang inang alternatif pada beberapa jenis Dracaena spp. Vand. perlu dilakukan karena masih jarang dilakukan dan masih dekat kekerabatannya dengan andong merah. Penelitian ini dilakukan di Sub Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya (UB) yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan September 2015. Pelaksanaan penelitian meliputi: a. Pengambilan sampel tanaman andong merah di lingkungan UB Jalan Veteran, Malang ada 7daun dan di lahan budidaya andong merah seluas 100m2 di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Batu lima daun b. Identifikasi patogen bercak daun pada tanaman andong merah secara makroskopis dan mikroskopis, c. Uji postulat Koch jamur penyebab penyakit bercak daun pada tanaman andong merah yang sehat dengan cara semprot, d. Penyiapan inokulum diperoleh dari biakan murni jamur patogen pada PDA berumur 7 hari setelah inokulasi (HSI), kemudian menghitung kerapatan konidia patogen menggunakan haemocytometer, e. Perkecambahan dan pembentukan apresoria Fusarium sp. dilakukan pengamatan setiap 3 jam sekali yaitu 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, dan 24 jam, f. Pengamatan masa inkubasi dan intensitas serangan patogen bercak daun pada tanaman andong merah, D. deremensis War., D. fragrans L., D. marginata Lam., D. reflexa Lam., dan D. angustifoliaMed., g. Pengamatan intensitas serangan patogen bercak daun pada tanaman andong merah, D. deremensis, D. fragrans, D. marginata, D. reflexa, dan D. angustifolia pada cara inokulasi kontrol, semprot, dan kuas, h. Data inkubasi dianalisis menggunakan uji t, data persentase perkecambahan dan persentase pembentukan apresoria, intensitas serangan penyakit (%) dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) danRancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dan apabila hasilnya berbeda nyata, maka analisis dilanjutkan menggunakan uji Duncan. Hasil identifikasi patogen penyebab bercak daun pada tanaman andong merah adalah jamur Fusarium sp. Setelah diuji postulat Koch, jamur Fusarium sp. ii menimbulkan gejala bercak cokelat pada ujung daun andong merah. Pada pengamatan persentase perkecambahan Fusarium sp. mulai terjadi pada 3 jam setelah inokulasi (JSI) dan mengalami peningkatan setiap jam pengamatan, sehingga persentase tertinggi terjadi pada 24 JSI sebesar 59,38%. Sedangkan pada pembentukan apresoria terjadi pada jam 21 dan 24 JSI sebesar 13,59% dan 31,58%. Dari kelima jenis Dracaena spp. yang dijadikan sebagai inang alternatif bagi Fusarium sp. yaitu D. marginata, D. fragrans , dan D. angustifolia dan rata-rata intensitas serangan Fusarium sp. tetap. Cara inokulasi semprot dan kuas efektif dalam menimbulkan penyakit bercak daun pada D. marginata, D. fragrans, dan D. angustifolia, namun rata-rata intensitas serangannya tetap.