Analisis Daya Saing Karet Alam Indonesia Di Pasar Internasional
Main Author: | Susliawan, ArdiKurnia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131070/ |
Daftar Isi:
- Dalam rangka menjalin hubungan dagang secara Internasional, Indonesia turut serta dalam organisasi perdagangan dunia. Indonesia berpartisipasi dalam perjanjian perdagangan bebas dengan anggota-anggota ASEAN yang dikenal dengan nama MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Dengan adanya MEA akan dapat mendorong pembangunan ekonomi nasional. Namun, globalisasi perdagangan dapat mengurangi pangsa pasar jika suatu negara tidak siap menghadapi globalisasi perdagangan sebagai akibat dari persaingan dengan negara produsen lain. Dalam pemeringkatan World Economic Forum, daya saing Indonesia menduduki peringkat 37. Peringkat tersebut masih kalah dengan Singapura, Malaysia dan Thailand (Global Competitiveness Report, 2015). Hal ini mengindikasikan daya saing Indonesia masih rendah dibanding negara-negara lainnya. Salah satu komponen ekonomi yang penting untuk meningkatkan daya saing nasional untuk menghadapi perdagangan internasional adalah kegiatan ekspor impor. Kegiatan ekspor juga berdampak nyata bagi Perekonomian Nasional Indonesia karena kegiatan ekspor dapat menyumbang pendapatan nasional negara atau produk domestik bruto (PDB). Di Indonesia, Sektor Pertanian merupakan sektor penyumbang pendapatan nasional negara (PDB) terbesar. Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat potensial di Indonesia. Karet merupakan hasil perkebunan terbesar kedua di Indonesia setelah sawit (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2013). Permasalahan karet alam Indonesia menurut data Food and Agriculture Organization (FAO) (2014), dari tahun 2008-2012 yaitu produktivitas karet alam di Indonesia dibandingkan negara Thailand dan Malaysia mempunyai rata-rata paling rendah sebesar 0,81 ton/ha, padahal potensi karet alam untuk dikembangkan di Indonesia secara kompetitif cukup baik bila dilihat dari luas areal karet alam yang terbesar di dunia. Dalam perdagangan internasional, dilihat dari nilai ekspornya karet alam Indonesia menempati urutan ke dua setelah Thailand. Menurut data FAO (2014), kondisi perdagangan karet alam saat ini yang mengalami over supply menuntut suatu negara produsen seperti Indonesia supaya memiliki daya saing terhadap negara produsen lainnya untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan pasar yang dimilikinya. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari peelitian ini adalah: (1). Menganalisis perkembangan ekspor karet alam Indonesia, (2). Menganalisis posisi daya saing karet alam Indonesia di pasar internasional, dan (3). Menganalisis spesialisasi perdagangan karet alam Indonesia di pasar internasional. Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini adalah metode statistic deskriptif, Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Competitiveness Index (ECI), dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui perkembangan nilai ekspor karet alam Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal serupa terjadi pada ii kedua negara eksportir karet alam pesaingnya, yaitu Thailand dan Malaysia. Peningkatan ini terjadi selain karena meningkatnya permintaan dunia terhadap komoditas karet alam sebagai dampak dari perkembangan industri, juga didorong oleh peningkatan produksi karet alam domestik. Perbaikan terhadap harga karet alam di pasar internasional turut mendorong perkembangan nilai ekspor komoditas ini. Karet alam Indonesia sebagian besar dieskpor ke negara-negara tujuan utama, antara lain Amerika Serikat dan Jepang. Posisi daya saing karet alam Indonesia di pasar Internasional bernilai positif. Daya saing karet alam Indonesia bernilai positif dikarenakan hasil analisis RCA karet alam Indonesia menunjukkan rata-rata RCA > 1 yaitu 4,08. Posisi daya saing karet alam Indonesia masih kalah dibandingkan Thailand, Malaysia, dan Pantai Gading namun masih lebih tinggi dibanding dengan India. Hal ini diindikasikan dari nilai rata-rata indeks RCA karet alam Indonesia bernilai 4,08 dibawah negara Thailand 51,19; Malaysia 15,34; dan Pantai Gading 4,62 namun lebih tinggi dari India sebesar 0,85. Hasil nilai RCA Indonesia tahun 1991-2011 menunjukkan perkembangan yang menurun. Daya saing karet alam Indonesia di bawah rata-rata negara lain tersebut dipengaruhi oleh rendahnya nilai ekspor karet alam Indonesia sedangkan nilai ekspor total Indonesia cukup tinggi. Spesialisasi perdagangan karet alam Indonesia cenderung sebagai eksportir karet alam. Hal ini dikarenakan nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) sebesar 0,40. Nilai ISP karet alam Indonesia dibawah Thailand 0,99 dan Pantai Gading 0,96; namun lebih tinggi dari India 0,04 dan Malaysia -0,11. Nilai ISP Indonesia yang rendah dibanding Thailand dan Pantai Gading terjadi dikarenakan peningkatan impor karet alam Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, namun impor karet alam Indonesia lebih rendah dari impor karet alam negara Malaysia dan India sehingga nilai ISP Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan kedua negara tersebut.