Analisis Efisiensi Pemasaran Ubi Kayu (Manihot utilisima) Studi Kasus di Desa Pandansari Lor, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang
Main Author: | Mabruroh, Nikmatul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131047/1/ISI_SKRIPSI_EFISIENSI_PEMASARAN_UBI_KAYU.pdf http://repository.ub.ac.id/131047/2/DAFTAR_ISI.pdf http://repository.ub.ac.id/131047/2/COVER.pdf http://repository.ub.ac.id/131047/ |
Daftar Isi:
- Pada kondisi rawan pangan, ubi kayu merupakan penyangga pangan yang andal. Dalam sistem ketahanan pangan, ubi kayu tidak hanya berperan sebagai penyangga pangan tetapi juga sebagai sumber pendapatan rumah tangga petani. Ubi kayu dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti beras karena merupakan sumber pangan utama karbohidrat setelah padi dan jagung. Selain itu ubi kayu memiliki kandungan gizi yang cukup baik bagi tubuh. Peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, khususnya konsumsi dalam negeri harus diimbangi dengan pemasaran yang baik. Jika pemasaran dapat berjalan secara efisien, maka hal ini dapat menguntungkan di pihak petani (produsen) maupun lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Faktor yang menjadi kendala dalam pemasaran ubi kayu di Desa Pandansari Lor, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang adalah 1) kurangnya informasi pasar, 2) lemahnya petani (produsen) memanfaatkan peluang pasar, 3) lemahnya posisi tawar petani (produsen) untuk mendapatkan harga yang lebih baik, dan 4) pada umumnya petani (produsen) dalam melakukan kegiatan usahatani tidak berdasarkan pada permintaan pasar, namun kegiatan usatahani yang dilakukan secara turun temurun. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan penelitian mengenai efisiensi pemasaran ubi kayu di Desa Pandansari Lor, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk 1)Menganalisis dan mengidentifikasi saluran dan lembaga pemasaran ubi kayu di daerah penelitian, 2) Menganalisis dan mengidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran ubi kayu yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di daerah penelitian, 3) Menganalisis marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga petani, share biaya pemasaran dan share keuntungan, serta rasio keuntungan dan biaya pada setiap saluran pemasaran ubi kayu di daerah penelitian, 4) Menganalisis efisiensi pemasaran ubi kayu di daerah penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Pandansari Lor, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang dengan pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (purposive). Responden petani di pilih secara stratified random sampling dan di peroleh jumlah petani sebanyak 49 petani. Cara pengambilan sampel responden lembaga pemasaran dilakukan dengan teknik snowball sampling berdasarkan alur pemasaran ubi kayu dari produsen (petani ubi kayu) sampai di pihak konsumen (pabrik kripik). Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan saluran dan lembaga pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan nilai marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga, rasio keuntungan dan biaya, efisiensi harga, dan efisiensi operasional. Untuk mengukur efisiensi operasional berdasarkan fasilitas transportasi diukur dengan load factor efficiency dan untuk menganalisis indeks efisiensi pemasaran. ii Berdasarkan hasil penelitian di peroleh tiga saluran pemasaran ubi kayu segar dengan saluran terpanjang melibatkan petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar tingkat desa. Pada penelitian ini petani hanya melakukan fungsi pertukaran yaitu penjualan dan tidak melakukan fungsi pemasaran lainnya karena ubi kayu yang di jual dengan sistem tebasan sehingga fungsi-fungsi pemasaran hanya dilakukan oleh lembaga pemasaran ubi kayu yang meliputi fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Perolehan share harga di tingkat petani pada saluran pemasaran II lebih besar jika dibandingkan dengan perolehan share harga di tingkat petani pada saluran pemasaran lainnya, yaitu sebesar 80,95%. Hal ini dapat diartikan bahwa saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang paling efisien, karena dapat memberikan perolehan nilai share harga tertinggi kepada petani dan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat telah mendapatkan keuntungan dari kegiatan fungsi pemasaran yang dilakukan, Sedangkan untuk nilai biaya pemasaran dan keuntungan yang paling tinggi yaitu terdapat pada saluran pemasaran I dengan nilai total biaya pemasaran sebesar Rp 509,5,- serta kentungan yang di peroleh oleh lembaga pemasaran sebesar Rp 291,5-/kg untuk pedagang pengumpul dan Rp 483,-/kg untuk pedagang besar tingkat desa sehingga di dapat nilai rasio K/B masing-masing lembaga pemasaran sebesar 0,03 dan 2,22. Tingkat efisiensi harga pemasaran ubi kayu dari keempat saluran pemasaran ubi kayu yang ada di Desa Pandansari Lor berdasarkan pendekatan transportasi dan processing telah efisien, karena selisih harga di masing-masing lembaga pemasaran relatif lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata biaya transportasi dan processing. Sedangkan tingkat efisiensi operasional yang diukur dengan load factor efficiency dari fasilitas transportasi belum efisien, karena dari ketiga saluran pemasaran yang ada belum menggunakan alat angkut dengan optimal atau tidak sesuai dengan kapasitas angkut normal yang telah ditentukan Saran yang dapat diberikan yaitu, 1) Sebaiknya petani perlu membentuk kelompok tani ubi kayu yang ada di Desa Pandansari Lor, karena dengan adanya kelompok tani tersebut, maka kelompok tersebut akan menampung hasil produksi ubi kayu dari petani dan secara bersama-sama petani dapat menentukan harga jual ubi kayu, sehingga posisi tawar petani menjadi meningkat. 2) Sebaiknya petani dalam menjual ubi kayu tidak dengan sistem tebasan, melainkan dengan cara di panen sendiri oleh petani mulai dari pencabutan di lahan. Setelah itu, petani melakukan fungsi pemasaran yaitu sortasi dan penimbangan agar pendapatan yang di terima petani bisa meningkat serta harga jual yang diberikan oleh petani bisa tinggi, 3) Pengetahuan petani tentang bagaimana cara berusahatani ubi kayu yang kurang menyebabkan hasil produksi ubi kayu cenderung kecil sehingga perlu adanya penyuluhan kepada petani tentang pengetahuan berusaha tani ubi kayu. 4) Penggunaaan kapasitas angkut transportasi oleh lembaga pemasaran yang melebihi kapasitas normal, menyebabkan beban transportasi yang digunakan selalu over capacity yang berakibat rusaknya transportasi maupun komoditas yang di angkut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dapat diberikan pemahaman kepada setiap lembaga pemasaran bahwa untuk penggunaan transportasi secara optimal dimana kapasitas angkutnya tidak kurang dan tidak lebih dari kapasitas normalnya, sehingga kualitas ubi kayu akan tetap terjaga